Sembilanbelas

3.8K 659 22
                                    

Hyewon berdiri menatap keluar jendela kelas. Kedua matanya tertuju ke laki-laki di bangku taman yang jadi keliatan kecil dari atas sini.

Laki-laki itu, Park Jihoon.
Dia benar-benar menjauhi Hyewon sejak percakapan terakhir mereka di cafe sebrang sekolah waktu itu.

Jihoon gak lagi nunjukkin perhatiannya ke Hyewon. Bahkan tiap papasan pun, dia selalu bertingkah seakan gak pernah ada apapun sama Hyewon.

Hyewon bertanya-tanya sendiri, gimana perasaan laki-laki itu sekarang? Apa sama kaya Hyewon ... yang ngerasa berat, karena hari-hari terakhirnya di sekolah menengah atas malah kaya gini—suram.

Hyewon rindu ... duduk berhadapan sama Jihoon, rindu natap wajah laki-laki itu waktu lagi fokus ke layar handphonenya.

"Liatin siapa sih?" tanya Yeji di samping Hyewon, sambil menyandarkan punggungnya ke tembok.

"Jihoon," sahut Hyewon. Tangannya masih mengusap permukaan jendela tempatnya menatap Jihoon yang masih duduk di bawah sana.

"Ajak ngobrol sana! Kali aja dia juga kangen lo."

Hyewon menggeleng lesu. "Yeji, kira-kira dia bakal masuk universitas mana ya?"

"Tanya aja ke kakaknya. Btw, lo pengen satu universitas sama dia?"

"Feeling gua gak enak soal itu."

"Maksudnya?" tanya Yeji gak ngerti.

"Gua punya feeling bahwa dia bakal pergi jauh dari sini." Mata Hyewon berkaca-kaca. Atensinya sama sekali gak beralih barang sedetikpun.

"Mau ke mana?"

Tanya Yeji waktu Hyewon berbalik.

"Perpustakaan. Mau ikut?"

"Engga deh."

Tinggal beberapa hari lagi ujian masuk perguruan tinggi negeri akan digelar. Tepat 3 hari setelah upacara kelulusan sekolah. Hari ini para murid kelas 12 masih diwajibkan masuk karena pagi tadi wali kelas menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan ujian nanti.

Berbeda dari hari biasanya, siang ini perpustakaan nyaris penuh. Ke mana pun mata Hyewon memandang, yang dilihatnya adalah para murid kelas 12. Hanya ada dua tempat duduk bersebelahan yang Hyewon lihat masih kosong.

"Hai, Jihoon."

Hyewon menoleh terkejut, waktu anak laki-laki yang duduk di hadapannya menyapa sambil menatap ke samping kiri Hyewon.

Jihoon terlihat mendudukkan diri tepat di samping Hyewon. Laki-laki itu sama sekali gak menoleh menatap Hyewon.

"Hai," balas Jihoon setengah berbisik. Membalas sapaan siswa tadi, sebelum membuka buku paket miliknya dan fokus mempelajari contoh soal-soal ujian masuk universitas.

Hyewon ikut membuka lembaran buku miliknya. Bertemu Jihoon tak mengurungkan niat belajarnya, walau kehadiran laki-laki itu cukup membuat Hyewon kesusahan untuk fokus.

Sesekali Hyewon menoleh, mencuri pandang pada laki-laki yang sama sekali tak memedulikan kehadirannya. Terlalu mustahil jika Jihoon tak menyadari, bahwa Hyewon duduk tepat di sampingnya.

Detik demi detik, menit demi menit, bahkan berjam-jam telah berlalu, Hyewon masih belum beranjak dari duduknya. Begitu juga Jihoon. Entah kapan terakhir kali Hyewon merasa senyaman ini saat belajar.

Hyewon rasa, dia rindu belajar di dekat Jihoon. Walau kali ini laki-laki itu tak bisa Hyewon ajak bicara lagi.

Satu per satu murid keluar dari perpustakaan, karena hari mulai petang. Satu demi satu kursi mulai kosong, sampai yang tersisa hanya Jihoon dan Hyewon. Entah kenapa Jihoon belum juga beranjak dari duduknya. Sementara Hyewon merasa sulit untuk beranjak dari duduknya.

Karena setelah hari ini, mungkin akan sulit untuk bertemu Jihoon di sekolah. Mulai besok, murid kelas 12 dibebaskan. Boleh datang ke sekolah untuk belajar di perpustakaan, menemui guru untuk minta diajarkan materi yang belum dimengerti untuk bekal ujian, atau boleh juga belajar di rumah.

Hyewon meremas roknya.
Kata demi kata yang ingin diucapkannya pada Jihoon sama sekali tak keluar dari mulutnya.

Sedangkan Jihoon ... cuma diam bahkan setelah menutup buku miliknya.  Hanya keheningan yang menemani Jihoon dan Hyewon.

Melihat Jihoon hanya diam padahal telah selesai dengan soal-soal di bukunya, Hyewon jadi bertanya-tanya ... kenapa laki-laki itu masih belum beranjak juga dari duduknya, seakan ada yang ingin dia sampaikan pada Hyewon, tapi dia terus-terusan diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun?

Seakan Jihoon hanya duduk diam untuk menikmati duduk berdampingan dengan Hyewon di sekolah seperti sekarang, untuk yang terakhir kalinya.

Hampir 30 menit mereka hanya duduk diam tanpa bicara apapun. Sampai akhirnya Jihoon beranjak pergi lebih dulu, tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Hyewon berkaca-kaca menatap kepergiannya. Ada banyak hal yang mau Hyewon ucapkan pada Jihoon—tentang maaf, tentang kabar, juga tentang ... rindu.

Tapi tak satupun terucapkan.
Karenanya Hyewon berdiri, memasukkan bukunya ke dalam tas, menggendong tasnya setelah menyeka buliran bening di sudut matanya, lalu melangkah pergi.

Sebelum pulang, Hyewon menatap sekeliling sekolah. Mengingat kembali segala macam kenangan indahnya bersama Jihoon.

Hyewon terisak, detik ini dirinya merelakan Park Jihoon, sebagai seseorang yang hanya menjadi bagian dari kisahnya di masa putih abu.






















Nyongaaaaan🖐
Maaf baru up, baru ada ide😂
Btw gw kangen bgt sama Jiun😭😭😭

Ada yang masih baca cerita ini kah?😂
Komen dong yang banyak😂
Voment juseyo😉

Stay || Park Jihoon✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang