Apa jawaban lo ketika ditanya 'apa arti nyokap bagi hidup lo?'
Sebagian mungkin menjawab 'she is my everything', beberapa mungkin menjawab 'pahlawan yang gak ternilai' dan banyak lagi jawaban yang selalu menunjukkan rasa sayang ke nyokap.
Tapi kayaknya cuma gue yang menganggap nyokap adalah sosok paling annoying yang pernah ada.
Menakjubkan ketika hampir semua anak di luar sana yang selalu berlomba-lomba menunjukkan rasa sayang dan cintanya ke nyokap, sedangkan gue di sini seakan terpatri sebagai anak durhaka dan gak tau diri. Kalo ditanya soal sayang, jelas gue sayang banget ke nyokap. Dan untungnya nyokap juga ngebales rasa sayang gue, sayangnya, balesan nyokap terlampau berlebihan.
Juan balita sangat bahagia ketika melihat nyokap seakan menyerahkan seluruh waktunya buat bikin anaknya merasa aman, dan menjadi anak paling beruntung yang pernah ada. Tapi Juan dewasa, nggak suka sama semua itu.
Mungkin nyokap lupa bahwa anaknya juga bisa bertambah usia.
Mulai dari dibawain bekal makan tiap hari, sampai melarang gue main jauh dan pulang larut malam. Apa kabar seorang cowok remaja yang nggak dibolehin pulang malem setelah pergi main bareng temen-temennya? Stres. Pusing. Pengen kabur aja rasanya.
Pun sama halnya ketika gue SMA dan mulai menemukan kesukaan gue di bidang olah raga luar ruangan yang cukup ekstrim; pecinta alam. Selesai mengisi formulir, gue pun dengan antusiasnya mengikuti orientasi ekskul bareng temen sekelas gue.
Seorang lelaki berbadan tegap yang menjabat sebagai ketua ekskul pecinta alam bercerita tentang banyak hal yang menyenangkan sampai menyedihkan mengenai hidup bertahan di alam liar. Gue mendengarkan dengan jiwa bergejolak, gak sabar buat segera mendirikan tenda di pegunungan atau di tepi pantai, membangun solidaritas bareng sesama atau pun nangis bareng karena susahnya nyari makanan enak di hutan.
"Kak, diklat berapa hari?" Tanya nyokap kala itu, sambil kedua tangannya terampil memasukkan barang ini dan itu ke dalem tas ransel.
"Dua hari doang, Ma."
"Yah, bakal kangen dong."
"Kan ada Papa sama Eyi."
"Ya tapi nggak ada jagoan mama jadinya sepi." Nyokap terus aja mengutarakan hal-hal yang menurut gue terlalu berlebihan. Belum lagi rentetan benda-benda nggak penting yang sebetulnya gue gak butuh tapi tetep harus gue bawa.
Diklat hari pertama selesai, sekarang waktunya istirahat dan lanjut tidur sebelum nanti jam empat pagi udah harus bangun buat apel. Gue beruntung diklat cuma dua hari, bukan dua bulan, bisa mati gue lama-lama di bombardir kegiatan yang gak ada habisnya.
"Juan dari kelas 10-5?" Suara kakak kelas yang bertugas sebagai panitia menginterupsi dan membuat gue menunda kegiatan beres-beres tenda.
"Iya, ada apa kak?"
"Ada yang nyariin lo."
Kedua alis gue tertaut. "Hah, siapa?"
Panitia itu gak jawab, cuma sekedar tunjuk subjek yang dimaksud pake dagu dan tatapannya yang sinis. Gue jelas bingung. Tapi kebingungan gue berangsur menjadi kepanikan ketika ngeliat siapa yang dateng.
"Ma, ngapain sih ke sini?"
"Nih, selimut kakak ketinggalan," Nyokap nyerahin satu tas kanvas berukuran sedang yang di dalemnya berisi selimut dan beberapa makanan ringan. "Sama ada makanan, jangan sampe ga makan ya."
Sekitar lima belas menit, nyokap pun pulang. Dan hal yang nggak gue bayangin pun terjadi. Beberapa panitia langsung nyamperin gue dan memberi gue peringatan tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEET OF SIN; MONSTA X
Fanfictiontiap orang punya lembaran dosanya masing-masing. bedanya, hanya pada bagaimana orang itu menyelesaikannya. cast by @tujuhpendosa on twitter