"Prolog"

576 213 360
                                    

"REVANNN!!!" teriakan itu membuat Alleta mendongak dan melihat seseorang yang selama ini dia kagumi.

Tampak seorang laki-laki yang sedang berjalan dan disoraki oleh segerombolan wanita, Alleta benci itu. Disaat dia menyukainya justru orang itu disukai banyak orang.

Alleta ingin kesana dan bilang.
"Gak usah deket-deket! He is mine!"
Tapi tidak bisa, memangnya dia siapa?. Alleta memilih untuk pergi ke kelasnya.

Dia kesal? tentu.

Marah? Entahlah sulit diartikan.

Revano Putra Adijaya.

Cowok.paling.dingin dan cuek.

Revan bukan KETOS apalagi KAPTEN BASKET. Bukan juga seorang cowok pintar dengan segudang prestasinya. Malahan dia tidak pernah mendapatkan peringkat 10 besar di kelasnya.

Tapi kenapa dia malah di gemari dan disukai kaum hawa?.

Apakah karena dia tajir? Entahlah Revan saja malas jika bertemu dengan wanita seperti itu yang hanya memanfaatkan hartanya seperti yang dulu.

"Van! lu dicari Leta noh" panggilan temannya tidak digubris. Dia memilih untuk duduk dan melipat tangannya lalu tidur.

Jangan tanya apa hubungan antara Alleta dengan Revan.

Tanpa cewek itu Revan sepertinya bahagia.

"Van! lu tu sebenarnya kenapa sih?" Revan mendongak mendengar pertanyaan temannya itu.

"Kenapa emang?"

"Lu jangan ngasih harapan gitulah, kalo emang gak suka ngapain lu tembak" ucap Beni yang mulai bosan dengan hubungan temannya itu.

Punya pacar tapi kayak jomblo.

"Gue cuman kasian" ucapnya tanpa bersalah. Aldi tau itu.

Tapi mengapa harus Leta?. Leta terlalu baik. Yaaa.... semua cewek gak pantes emang buat disakitin. Apalagi tentang perasaan.

Lu bilang cinta tapi perasaan lu gak ada.

Tanpa Revan sadari. Alleta mendengar itu semua. Memang benar Revan menerimanya hanya kasian.

Alleta tau itu.

Revan melihat Alleta tanpa ekspresi. Seolah - olah apa yang dia katakan tadi hanyalah angin semata.

"Eh... Leta ngapain? Mau ketemu sama bang Repan ya?" goda Leo yang dikenal cowok paling ganteng setelah Revan. Anggap saja dia wakilnya.

Tapi setampan tampannya Leo. Leo juga dikenal cowok yang ramah.

"Eh, enggak kak tadi gak sengaja lewat" jawab Leta gugup sambil tersenyum manis kearah Leo.

"Modus!" Gumam Revan sambil melihat Leta.

Revan mendekat kearah Leta.
Maksudnya dia keluar. Tanpa melihat Leta.

"Van! Woi! Gila tu orang!" teriak Kevin melihat Revan dengan gampangnya mengabaikan Leta tanpa bersalah.

"Gak papa kak"

Alleta memilih untuk mengejarnya. Meskipun sakit.

"Kak Revan!"

"Apa?"

"Kakak marah ya?" ucap Leta. Entah kenapa jika bersama Revan dia seperti anak kecil.

"Gak"

"Boong! tadi aja marah" dahi Revan berkerut, tau darimana?.













Mau dilanjut gak? Lagi gabut saya :v

Next? Komen!

ALLEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang