[4]

235 127 157
                                    

jika saja aku bisa mengulang waktu pasti aku tidak akan pernah menyukaimu.
.

.
.
.

.

Setelah mendengar Alleta yang sudah diputusi oleh Revan. Entah kenapa dia tidak marah. Biasanya jika Alleta disakiti oleh pria pasti Galih orang pertama yang akan maju dan melindungi nya tapi sekarang? Galih hanya menasehati dan menyuruh nya agar tidak melepaskan Revan. Kenapa? Bukankah dia tau bahwa Revan sangat membencinya?.

"Kamu kenapa nyuruh aku buat berjuang lagi?" tanyanya sedangkan yang ditanya hanya tertawa. Sepertinya Galih tidak waras dengan apa yang dia lakukan sekarang.

"Ta. Lu baru diterima loh cintanya. Baru juga satu minggu"

"Ya terus? Lagian Revan gak suka sama aku. Aku gak mau maksa seseorang buat suka sama aku Gal"

Galih mengangguk "iya sih tapi kalo emang dia gak suka ngapain dia nerima lu didepan semua orang?. Biasanya kan langsung ditolak mentah-mentah"

"Mungkin biar akunya gak malu. Bisa jadi kasian"

"Revan tu baik. Tapi karena waktu jadi gak baik. Pokoknya lu harus dapetin cintanya Revan"

"Galih kenapa si? Udah jelas-jelas dia bilang kalo aku bukan tipenya. Ya buat apa? Revan kan....." ucapannya dipotong oleh Galih. "Dia bilang gitu?" ucapnya terkejut mendengar Revan yang mengatakan seperti itu.

"Iya, lagian waktu di toko buku mereka berdua lagi bareng ke sana. Emang aku harus mundur Gal, biar gak sakit hati terus"

"Mereka? Revan sama siapa?" ucapnya sambil berdiri seperti nya dia menyesal telah mengatakan kepada Alleta agar menyuruh nya untuk berjuang lagi.

"Jesy"

'gue udah ngasih kesempatan sama orang yang salah. Tapi sekarang gak lagi. Gue benci lu Van!' batin Galih sambil mengepalkan tangannya.

**********

Setelah bel istirahat berbunyi Alleta memilih untuk duduk diam di kelasnya. Berbeda dengan teman satu bangkunya yang melihat keadaan Alleta sekarang. Dia sedikit pendiam dari biasanya. Tiba-tiba ada temannya yang membuat semuanya terkejut. "Guys! REVAN SAMA GALIH BERANTEM" ucapan itu membuat semuanya berhamburan keluar. Sedangkan Fani dan Alleta memilih untuk tidak kesana.

"Kenapa harus berantem si" ucapnya begitu kesal kepada Galih. Alleta memutuskan untuk keluar melihat pertengkaran yang terjadi diantara mereka berdua.

"UDAH DONG!"

Alleta melihat Jesy dari kejauhan yang sedang melerai mereka berdua sedangkan Galih yang melihat Jesy langsung menarik lengannya. "Lu cewek apaan si!. Gak tau malu!"

Revan yang mendengar langsung meninju wajah Galih.

Bugh!

"REVAN!" teriakan Alleta membuat semuanya diam. Ternyata gadis yang mulanya pendiam bisa menjadi pemarah.

"Kamu apaan si!" dan menolong Galih yang sudah tersungkur di tempat.

"Bilangin ke cowok lu itu gak usah nyakitin cewek!" Ucapan Revan membuat Alleta berdiri. Dia sangat marah kepada Revan yang sama sekali tidak pernah berubah. Selalu menyalahkan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri.

Plak!

Sebuah tamparan mulus di wajah Revan membuat semuanya terkejut. Begitu juga dengan Jesy yang sudah dilihat tajam oleh Alleta. Revan saja masih syok dengan apa yang terjadi. Apa ini mimpi?.

ALLEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang