"2(2)"

310 162 240
                                    

Awan sudah mendung. Itu artinya nanti hujan akan turun. Dan pada saat itu juga sekolah sudah usai yang dinanti nantikan para mahasiswa pada umumnya. Setelah pulang pasti mereka akan tidur atau tidak sholat dan makan itu pasti. Atau tidak menolong ibu mereka mengambil jemuran.

Setelah bel pulang berbunyi Alleta cepat cepat keluar dari kelasnya. Tapi Fani memanggilnya dan menahan tangannya untuk pergi.

"Lu mau kemana si? kan aku belum cerita"

"Lain kali aja ya aku mau ketemu sama kak Revan dulu. Soalnya penting banget"

"Lebih penting dari gue?" Alleta cepat cepat menggeleng. Tidak tau kenapa Fani jadi sensitif seperti itu.

"Bukan gitu.... tapi....."

"KAK REVAN!!! TUNGGGUUUU!!" teriakan itu mampu membuat Alleta menoleh. Siapa yang memanggil Revan dengan lantang seperti itu.

Revan berjalan tidak menoleh sedikitpun.

"Jesy?!" mata Fani melotot melihat bagaimana Jesy memanggilnya dengan teriak. Entah kenapa Fani tidak suka jika itu terjadi.

Alleta menatapnya dengan datar dia hanya tersenyum manis kearah dua insan tersebut. Bagaimana Revan yang masih mengabaikannya dan juga Jesy yang masih tetap memanggil meskipun Revan pura-pura mendengar.

Galih yang berada dibelakang lantas menyuruh Fani pergi.

"Lu mau Revan diambil?" Alleta menoleh dan menggeleng lemah kearah sahabat kecilnya itu.

"Denger ya Ta, semua cowok gak bakalan mau sama cewek yang kayak gitu" sambil melihat kearah Jesy. " Gue setuju kalo Lo sama dia" Alleta terkejut dengan pernyataan yang diberikan Galih. Bagaimana bisa? Baru kemarin dia bilang untuk menjauhi Revan tapi sekarang? kenapa dia berubah pikiran?.

"Tapi Galih kemarin bilang gak ..."

"Kemarin ya kemarin sekarang ya sekarang. Ribet banget si lu" ucapnya dan meninggalkan Alleta sendirian.
Melihat Galih yang meninggal kan dirinya lantas dia bertanya.

"Mau kemana?"

"Pulang, lu bareng Revan " ucapnya begitu enteng

"Tapi....."

"Tapi apa? lu gak mau kan kalo dia ambil orang lain ?"
Alleta menggeleng dengan cepat. Takut jika nantinya Revan diambil orang lain.

"Yaudah sana cepet. Gue dukung lu sekarang" Alleta tersenyum dan langsung memeluk sahabatnya itu.

"Makasih Galihhh kamu yang terbaikkkk"
Galih mengacak rambut Alleta dengan gemas.

Alleta melihat Revan yang sedang mengambil motornya. Dan ada Jesy disampingnya. Alleta memilih untuk mengejar mereka berdua. Jangan sampai terlambat! dan tidak boleh sampai diembat! Semangat!.

'kalo itu yang membuat lu bahagia. Gue juga bahagia. Tapi kalo ada yang nyakitin lu lagi gue gak bisa terima. Meskipun sementara. Karena Gue sayang sama lu Ta. Selamanya'

______

"KAK REVAN!" Revan langsung menoleh seperti biasa mata yang selalu tajam dan wajah yang datar.

"Eh, kak Alleta ngapain?" tanya Jesy. Sedangkan Leta sendiri hanya bisa tersenyum mengembang bukankah dia yang harus bertanya. Untuk apa dia disini sekarang?.

"Ngapain nanya kayak gitu" ucapan Revan mengarah kearah Jesy yang sepertinya tidak terima.

"Gak papa si kak cuman nanya" ucapnya merasa terganggu.

"Terus ngapain lu ada disini? mau pulang sama gue? sory ga bisa" tolak Revan mentah-mentah seperti sudah tau apa isi hati Alleta kepadanya. Sedangkan Jesy?. Jangan tanya dia tersenyum melihat Revan yang menolaknya.

ALLEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang