[5]

224 112 98
                                    

Ingin melupakan. Tapi tidak bisa meninggalkan
.
.
.
.
.
.
....

Sejak kejadian dimana Revan ditampar oleh Alleta. Revan sama sekali tidak pernah keluar kelas. Biasanya Alleta yang mengajak nya untuk membeli makanan di kantin. Tapi Revan baru merasakan hal itu sekarang.

Lain halnya dengan Alleta yang memilih untuk keluar kelas bersama Galih. Meskipun dia merasa ada yang hilang tapi Alleta tidak bisa melupakannya.

"Ta. Mau beli apa?" tawaran Galih tidak dia gubris. Dia menatap kursi di bagian pojok. dimana teman Revan berkumpul. Tanpa adanya Revan.

Galih yang merasa tidak didengarkan lantas dia menepuk bahu Alleta. "Lu pikirin apa sih" ucapannya membuat Alleta pergi dari sana.

Kenapa sampai sekarang dia masih belum melupakan Revan? Bukankah Revan sudah melukai Galih dan juga dirinya? Tapi entah kenapa dia merasa Revan tidak salah dalam masalahnya.

"Lu kenapa si Ta. Kenapa lu jadi buta gara gara Revan?"

_______

Alleta pergi ke taman dia tidak tau entah apa yang dia pikirkan sekarang. Seharusnya dia tidak memikirkan Revan tapi entah kenapa pikirannya tiba tiba mengarah kesana.

"Kenapa aku gak bisa lupain Revan?" tanyanya kepada dirinya sendiri. "Karena lu udah terlanjur cinta Ta" ucap dari seseorang sambil menepuk pundaknya. Alleta terkejut melihat ada Leo yang sudah duduk disampingnya.

"Lu tau gak? Sejak kejadian kemarin. Revan sering gak mau diajak keluar. Padahal dia yang selalu ngajak kita dulu. Tapi sekarang Revan berubah total Ta."

Alleta terkejut mendengar Revan yang seperti itu.

"Berubah gimana maksudnya kak?. Bukannya dia emang gitu ya?"

Leo menggeleng pelan "iya sih kalo sama lu. Tapi Revan sekarang beda jauh pokoknya. Yang dulunya pemarah emosian. Sekarang dia jadi murung gak mau bergaul sama kita lagi. Ngomong nya selalu 'lu duluan aja nanti gue nyusul' buktinya? Ga ada"

Alleta mengangguk. Apakah Revan sama seperti dirinya? Tapi itu pasti tidak mungkin.

"Lu mau nanya apa?" Entah kenapa Leo bisa menebak apa yang akan ditanyakan Alleta.

"Eh enggak " mengurungkan niatnya untuk bertanya. Leo yang menyadari itu langsung memegang kedua bahu Alleta. "Lu gak usah sungkan gitu Ta. Gue tau kok lu pasti pengen tau tentang hubungan mereka berdua kan?. Tapi untuk sekarang gue gak tau apa-apa tentang mereka berdua. Revan aja gak pernah cerita sama gue"

"Apaan si sok tau"

"Hallah tadi aja bilangnya 'aku kenapa si gak bisa lupain Revan?' hallah cewek emang gitu. Mulutnya munafik!" lalu melirik kearah Alleta yang sudah memasang wajah cemberut.

"Kak Leo apaan si! Enggak!"

"Tukan gak ngaku..."

"Kak!" ucapnya kesal kepada Leo yang sudah mulai usil kepadanya. Sedangkan Leo sendiri mengacak rambut Alleta dengan gemas.

"Tau a malesin. Coba aja kak Revan disini"

"Nah kan... Revan lagiii. Wahh harus kasi tau nih" Leo pura pura mengambil handphone nya dan mulai mengusili Alleta yang sudah kesal. Begitulah Leo sering jail dan humoris. Pintar mencairkan suasana. Tidak suka jika ada orang yang sedih hanya karena cinta. Menurutnya itu sama saja menyakiti hati dirinya sendiri.

"Kak! kok nyebelin banget si!" mencoba untuk mengambil handphone Leo. Tapi Leo tidak sengaja menangkis tangannya hingga mengenai hidungnya yang sudah memerah karenanya.

"Ta sakit? Maaf gue gak sengaja pasti sakit banget itu. Sini coba gue liat" ekspresi Leo seketika berubah dia sangat cemas kepada Alleta sekarang. Gara gara dirinya hidungnya jadi terluka.

Leo melihat dari jarak dekat. Alleta sangat cantik entah kenapa pikiran Leo berubah seperti itu. Jangan sampai Revan mengetahui isi pikirannya bisa habis nanti.

"Kak Leo modusin Leta?" ujarnya sangat polos dan juga lugu. Jadi ini yang membuat Revan jatuh hati kepadanya. Tapi kenapa Revan menyakitinya?.

"Amit amit!" dan menoyor dahi Alleta dengan keras. Sambil memasang ekspresi jijik .

"Hallah" ujar Alleta sambil tersenyum.

"Imut si iya" batin Leo yang sudah mulai kehilangan akal. Dia seperti nya akan menyukai gadis yang sedang berada disampingnya kali ini.

Tanpa mereka sadari ada Revan yang sedang melihat mereka berdua dengan tatapan tajam.

Ternyata Alleta gak sepenuhnya suka sama gue Batin Revan dan mengepalkan tangannya sambil tersenyum miring.

ALLEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang