[6]

177 94 109
                                    

Kenapa seseorang jika sudah memutuskan sebuah hubungan sikapnya harus berubah?"
.

.

.

.


Revan sedikit telat sekarang ke dalam sekolahnya. Meskipun sekolah itu tidak ada hukuman bagi yang terlambat. Tapi guru yang mengajarnya pasti tidak akan menyuruhnya masuk kelas dan ikut pelajaran. Tapi itu sudah biasa bagi Revan. Berangkat telat salah satu prioritas nya. Masuk BK? Jangan tanya Revan sudah masuk kedalam buku tatib. Dimana tempat perkumpulan orang orang seperti Revan.

"Hai kak. Telat ya?" sapaan dari adik kelasnya hanya dia pandang malas. Dia baru masuk pagar sekolah langsung disambut adik kelasnya. Yang menurut nya gayanya sangat feminim. Revan tidak suka cewek seperti itu. Dia akan teringat masa lalu nya. Dimana Revan ditinggalkan lalu diacuhkan begitu saja. Revan sama sekali tidak menyesal telah memutuskan hubungan mereka berdua.

"muka lu menor banget" bukannya menyapa balik tapi Revan justru memberi sebuah penghinaan. Revan lalu pergi meninggalkan adik kelasnya yang tidak tau siapa namanya itu. Entahlah sepertinya dia sudah menyesal telah menyapa Revan tadi.

"WHAT?! ya ampun baru kali ini gue dibilang kayak gitu sama cowok. Padahal gue udah dandan pagi pagi cuman karena kak Revan! Bego banget si gue!" dia mulai membodohi dirinya sendiri. Sedangkan Revan sendiri memilih tidak mendengarkan. Bodoamat tentang dia yang sudah dandan cantik. Revan tidak peduli.

"Goblok!"

Revan berjalan menuju koridor kelas nya. Tapi dia tidak sengaja menabrak seorang gadis yang sedang membawa setumpuk buku paket.

"Aduh"

Buku yang dia bawa langsung terjatuh. Revan mau tidak mau harus menolong Gadis itu. Meskipun Revan seperti orang yang tidak peduli sama sekali kepada yang lain tapi Revan orang yang bertanggung jawab dan akan meminta maaf nanti.

"Sory" permintaan maaf yang dilontarkan Revan membuat Gadis itu mendongak. Dia rindu.

Mereka menatap satu sama lain. Seperti ingin merajut kisahnya kembali yang sudah terputus. Revan menatapnya dengan tatapan entahlah.

"Sory Ta" ucapannya sangat datar. Ini yang Alleta rindukan. Melihat Revan dari jarak dekat membuat jantung Alleta berdegup lebih kencang. Leta seharusnya bisa menahan ini. Tapi sepertinya dia tidak bisa.

"Ya" Alleta mencoba untuk cuek dan mengambil bukunya. Sepertinya Alleta kesulitan membawa. Tapi Alleta tidak ingin meminta bantuan Revan. Pasti dia akan menolaknya.

"Mau gue bantu?" tawaran yang diberikan Revan membuat Alleta menoleh. Seperti nya Alleta terkejut dengan apa yang dia dengar sekarang.

Alleta menggeleng tapi Revan langsung mengambil buku dari tangan kecil Alleta. "Gak ada penolakan"

"Eh gak usah"

Revan tidak mendengarkan dia langsung berjalan mendahuluinya.

Setibanya didalam kelas . Semuanya tampak hening dan ada guru pengajar. Revan kira ini buku hanya untuk Alleta seorang tapi kenapa bukunya sangat banyak?.

"Permisi" ucapan Revan yang lantang dan juga datar mampu membuat semuanya tercengang. Baru kali ini Revan masuk kedalam kelas mereka. Meskipun Alleta pacarnya dulu.

Seketika suara bisikan dari teman Alleta membuat Alleta yang berada dibelakang Revan hanya menunduk takut takut Galih melihatnya. Tapi sayang, Galih seperti nya tidak suka mereka berdua bersama lagi.

ALLEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang