"Untukmu, yang selalu tersenyum bahagia"
Pagi itu kala dingin menyelimuti bumi pertiwi, dua sosok insan tengah berada di tempat –yang mana semua sumber kehidupan berada– dimana semua orang menyebutnya dengan danau cinta. Ya, danau cinta. Ketika mendengar namanya semua akan mengetahui betapa indahnya tempat ini.
Danau yang dikelilingi bukit savana hijau nan asri lengkap dengan tanjakan nya yang terkenal, apalagi kalau bukan tanjakan cinta. Tanjakan fenomenal dengan mitosnya yang terkenal. Tempat ini adalah Ranu kumbolo. Danau yang berada di dataran tinggi dengan ketinggian 2400 meter diatas permukaan laut. Salah satu dari sekian danau yang berada di atas gunung.
Danau paling indah yang pernah kutemui. Begitu juga dengan apa yang ada hadapanku. Sosok perempuan paling menawan yang mampu membuatku terpaku tak berdaya hanya dengan senyumannya. Perempuan yang dengan mudahnya membelah diriku dan tanpa pamit langsung merebut semua jiwaku. Perempuan yang dengan tatapannya membuatku terhipnotis dalam diam.
Dingin yang menyapa dipagi ini tak membuatku jengah untuk selalu memperhatikanmu. kau terlihat sangat cantik seperti halnya danau ini selalu indah dan tak akan pernah bosan untuk melihatnya.
"Pagi ian, kenapa gak bangunin aku ?"
"Pagi, Diba." Ucapku sambil mengelus pipi lembutnya
"kenapa ngak bangunin aku ? padahal aku ingin lihat sunrise hmm" memasang wajah manja.
"gimana mau bangunin, kamu tidur pules banget, aku gak tega" jawabku sembari melihatmu yang tengah mengerdipkan mata mencoba fokus. "kita keluar yuk lihat suasana pagi disini, aku jamin kamu ketagihan" sahutku sambil membuka resleting tenda.
Pagi itu waktu menunjukkan pukul 06.00 kami baru keluar tenda. Kami tertegun untuk beberapa saat menikmati indahnya secuil surga yang jatuh kebumi pertiwi dihadapan kamu. kami duduk berdua di teras tenda, sembari menyalakan kompor untuk sekedar membua minuman penghangat. Kami saling bercanda gurau menikmati dinginnya pagi sembari ditemani kopi hitam yang menambah hangat pagi ini. Entah kenapa hari ini aku sangat bahagia, terlebih lagi adanya dirimu menemaniku di pagi dan tempat seistimewa ini.
"terimakasih tuhan, kau telah memberikanku kesempatan, kesempatan untuk merasakan kebahagiaan yang tak terkira, danau impianku dan dia –perempuan yang selau aku cinta" pintaku dalam hati.
Aku pun tak tahu, hal apa yang membuatku tak bisa memalingkan pandanganku darimu. Kau seolah mejadi magnet terkuat untuk menarik semua yang ada di diriku.
"ian, kenapa benggong si ?" katamu sembari melambaikan tangan di depan wajahku. "kenapa lihat aku kayak gitu" tanyamu dengan heran.
"Gak papa diba, aku bersyukur, ada dua potonga surga yang menemaniku" ucapku menggodamu
"dua ? Aku gak paham sama maksudmu" tanyamu penasaran
"itu" menunjuk ranu kumbolo seraya tersenyum kepadamu. "dan kamu diba"
"kamu bisa aja rian" tersenyum manis sambil mengusap rambutku.
Pagi ini adalah pagi yang sangat berarti bagiku. Pagi yang tak penah aku ingikan untuk segera berakhir. Senyummu di tambah keindahan danau pagi ini membuatku merasa sempurna. Kita duduk di pelataran tenda bernyanyi bersama sambil sesekali mengabadikan foto kita berdua. Kita benar-benar terbuai asmara pagi ini. kebersamaan ini seakan tak pernah ingin kulalui cepat-cepat. Dingin ini terkalahkan dengan kehangatan perasaan cinta kita.
Mentari mulai tinggi, cahayanya mulai menghangatkan pertiwi. Bosan dengan hanya duduk-duduk di tenda kita memutuskan untuk berjalan menuju tanjakan paling fenomenal disini. Tanjakan cinta. Kita berjalan menuju tanjankan tinggi itu. Degan vegetasi hijau yang sudah mulai gundul karena terlalu banyak langkah yang melaluinya.
YOU ARE READING
Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)
Teen Fiction"Untukmu, wahai sang pewarna kanvas hati, yang hadir membuat bahagia, yang pernah memberikan senyum paling indah, pemilik mata sejernih permata"