Pelangi

11 2 0
                                    

Perkataan inayah masih sangat melekat dipikiranku. Entah kenapa hal yang selama ini membuatku takut mulai mendekat. Hadirnya sosok laki-laki tersebut, masa lalunya yang dulu sempat menjadi pangeran kuda putih baginya. Aku masih ingat bagaimana bahagianya dia ketika bercerita tentang laki-laki itu. dia bercerita dengan gembira, sedangkan aku seolah-olah menjadi pendengar yang baik dengan hati yang patah.

Kriinnggggg

Alarm menunjukkan pukul empat pagi, seruan untuk menghadap kepada-Nya mulai bersautan. Sudah beberapa jam aku melamun memikirkan hal-hal buruk tentangmu, adiba.

"Tuhan, salahkah aku jika terlalu mencintai makhluk-Mu ? salahkan aku jika menyayangi salah satu bidadari-Mu ? engkau sang MahaKuasa dengan rahman rahim yang tak terbatas, tunjukkan jalan kasihmu kepadaku tuhan. Maafkan aku, bukan bermaksud menduakan-Mu tapi hatiku sedang jatuh cinta dengan salah satu bidadari surga-Mu." Doaku

Tanpa terasa nestapa berubah menjadi air mata, turun perlahan membasahi pipi dalam pengharapan makhluk yang hina kepada tuhannya.

"ian, ian, bangun"

"aooomm, iya ma"bangun dengan setengah sadar

"kamu ketiduran ya"tanya mamaku

aku yang mendengarnya dengan berangsur sadar mulai mengulang waktu dalam ingatan. Ternyata aku ketiduran diatas sajadah sehabis sholat subuh tadi.

"kamu kenapa ?" tanya wanita paruh baya itu

Kembali aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari wanita tersebut.

"ian, kamu dimana"

Tertera disana chat darimu, yang beberapa hari hilang tanpa kabar kemudian muncul hanya dengan kamu dimana, apa kau tidak berfikir bagaimana perasaanku selama ini tanpa kau sadari kau telah mempermainkan perasaanku.

"mau ke kampus" balasku

"aku mau ketemu sama kamu"

"oke" balasku singkat

Kumasukkan ponselku dalam tas dan segera menunggangi kereta kudaku.

Kusandarkan tubuhku pada kursi kecil di tengah taman kampus. Sendiri dalam keramaian seakan mengisyaratkan keadaanku. Berlalu-lalang orang berganti duduk disampingku yang entah seperti patung bagi mereka. Hanya tatapan kosong tanpa semangat yang ada dalam tubuhku.

"aku tahu kamu disini"

Suara itu seakan menjadi penyadar dalam kematianku. Aku yang sedang melamun seketika tersadar dengan hadirnya sosokmu duduk di sampingku. Entah apa aku harus senang, bahagia atau kecewa. Aku tak bisa menerjemahkan. Semua berkumpul menjadi satu dalam jantung yang ingin kau redakan. Hatiku ingin kau tenangkan. Jiwaku ingin kau dekap dengan pelukan.

"oh iya" sembari senyum kecut

"kamu kenapa ?"

"aku tahu kamu hanya basa-basi"

"yaudah ikut aku, aku akan cerita semuanya"

Kuikuti langkahmu tapi tidak dengan hatiku. Hatiku gertir membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Jujur saja ingin kudekap tubuhmu agar kau tahu bagaimana jeritan hatiku memanggilmu.

"kenapa kamu ngajak aku kesini ?"

"aku mau jelasin semuanya"

Kau menggandengku kesalah satu ruangan panti jompo

"itu bu sofyan, dia ibu dari andre, mantanku"

Aku merasa iba melihat kondisi bu sofyan, seketika teringat akan mama di rumah –yang entah apa aku bisa membahagiakannya.

"apa maksudnya ini" bisikku agar bu sofyan tidak bangun.

"kita keluar aja, takut ganggu istirahatnya bu sofyan"

Aku hanya mengamini perkataanmu sembari mengikuti langkahmu. Kau mengajakku duduk di ruang tamu sembari tetap memegang tanganku.

"sebelumnya aku mau minta maaf udah gak ada kabar beberapa hari, aku binggung dan butuh waktu sendiri" jelasmu

"gara-gara andre ?"

"emang ada hubungannya sama andre, tapi kamu dengar dulu"

"aku ngelihat kamu waktu itu di taman sama andre"

"maaf, aku gak bermaksud. . . "

Hening, terlihat air matamu turun membasahi pipi dan bibirmu. Kuusap air matamu, kau pegang erat tanganku.

"cerita aja, aku percaya sama kamu" sembari tersenyum menenangkanmu.

"ini memang ada hubungannya dengan andre, dia ngajak aku balikan"

"terus. . ."

"aku gak mau tapi dia maksa, karena dia ingin bahagiain ibunya"

"ibunya andre bu sofyan tadi ?" jawabku mencoba menebak.

"iya, tapi kamu tenang dulu, aku gak terima dia. Aku yakinin itu ke kamu karena aku juga sudah punya kamu" jawabmu perlahan.

"terus kamu bawa aku kesini dan ketemu sama bu sofyan buat apa ?"

"aku mau bantu andre dengan kondisi ibunya, bukan karena aku mau balikan sama andre, aku harap kamu ngerti"

"kenapa baru bilang sekarang ?" jawabku dengan ketus

"maaf, aku gak mau nyakitin hati kamu" ucapmu

Kupegang kepalanya sembari mengusap pelan

"kalau kamu cerita dari awal aku juga akan maklumin, diba" jawabku sambil tersenyum.

"makasih ya" sembari memelukku

"aku akan selalu bantu dan dukung kamu kalau itu memang hal yang baik, kamu gak perlu harus sembunyi dari aku karena takut akan nyakitin aku, kita bisa bicarain berdua baik-baik kan" ucapku

Kau hanya mengangguk sembari masih tersisa air matamu yang turun perlahan membasahi pundakku.

"aku sayang kamu ian" ucapmu

Aku hanya tersenyum sembari memelukmu semakin erat.


"Melihatmu, ragaku tak bisa menerjemah. jantung yang ingin kau redakan. Hatiku ingin kau tenangkan. Jiwaku ingin kau dekap dengan pelukan"

Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)Where stories live. Discover now