Waktu itu, 30 oktober Tak terasa sudah enam bulan aku dan dirimu menjalin hubungan. Ya, hubungan ini baru seumur jagung memang. Tapi kuyakinkan aku tak main-main dengan perasaan. Seperti halnya sebuah hubungan, selalu ada kisah disetiap detiknya. Tawa, tangis, sedih, senang, semua seolah-olah pelajaran yang wajib di rasakan oleh seseorang, terlebih dalam hal menjalin perasaan. Dan dengan kemantapan hati akan kulalui semua bersamamu, Adiba.
Mentari pagi tak secerah biasanya. Bias sinar yang yang masuk menembus jendela seakan terhalang oleh awan-awan kelabu yang seakan datang secara perlahan. Mungkin akan turun hujan, pikirku.
Ku mencoba menghubungimu lagi –setelah sebelumnya berkali-kali menghubungimu. Namun tetap saja tak ada balasan darimu. Mungkin dirimu sedang sibuk dengan tugas-tugasmu yang memang membutuhkan waktu lebih dari pada untukku. Kau memang sempat berkata akan sibuk beberapa waktu tapi tak kusangka sampai seperti ini. Harus kumaklumi itu karna itu semua demi masa depanmu.
"jangan lupa makan, jaga kesehatan ya :)" mengirim pesan untukmu.
Aku melaju menebus padatnya kota menuju kampus. Entah kenapa udara hari ini sangat panas walaupun matahari tak terlihat tertutup awan hitam.
Setelah berjam-jam dengan pengenyangan otak akan teori-teori aku merasa cukup bosan. Sudah sepertinya otak butuh inspirasi lain.
Ting,
Ting,
Ting,
Kubuka ponselku –tak biasanya grup rame seperti ini- ternyata grub para jomblo sedang berkumpul di kantin. Tanpa pikir panjang segera ku beranjak ke sana.
"ada pujangga dateng nih"seru dani
"mentang-mentang udah punya pasangan kita dilupain nih ceritanya" sahut angga tak mau kalah
Aku hanya tersenyum tanpa salah, memang benar apa perkataan mereka, setelah aku menjalin hubungan dengan adiba, aku jarang bertemu dengan sahabat-sahabatku ini.
"Sorry-Sorry, maklum lah baru keluar dari terpuruknya patah hati"
"kamu mah gitu, dapet baru kita dilupain" balas angga dengan wajah sok manja
"udah-udah daripada ngobrol gak jelas kita kerumah angga aja yuk sebelum hujan nih, sekalian reuni" ajak inayah
Tanpa komando semua berdiri dan bergegas menuju mobil angga.
"ian, ian, ian" teriak inayah
"eh, iya nai ada apa" jawabku dengan kaget
"kamu kenapa si dari tadi ngelamun aja"selidiknya, tanpa terasa semua mata menatapku, tak terkecuali angga yang sedang menyetir. Matanya melihatku dari spion tengah.
"aku gak kenapa-kenapa kok"
"kamu kalau ada apa-apa cerita, jangan pendem sendiri" sahut dani
"siap bosku hehe" jawabku sambil tersenyum mencoba mengelabuhi mereka.
Kupandangi kembali awan yang mulai murung, perlahan meneteskan butir-butir air mata dan seketika hujan turun dengan derasnya.
Aku masih ingat, pertemuan degannya, disuasana seperti ini, di saat hujan tengah melanda. Kau layaknya sinar mentari yang muncul setelah hujan redah. Hadir membawa keindahan setelah gelapnya hujan yang membawa duka.
Entah kenapa ingin rasanya ku tuangkan aksara, untukmu adiba. Termenung dalam rinai hujan yang membawa kenangan. Mengingatkanku padamu yang membuatku bangun dari keterpurukan.
YOU ARE READING
Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)
Novela Juvenil"Untukmu, wahai sang pewarna kanvas hati, yang hadir membuat bahagia, yang pernah memberikan senyum paling indah, pemilik mata sejernih permata"