Pagi ini disalah satu bulan penuh perjuangan bagi Indonesia. Perjuangan yang dilakukan oleh penduduk pribumi untuk memerdekakan negaranya. Membebaskan diri dari belenggu penjajahan asing yang menginjak harga diri kita. Dengan semangat pantang menyerah, rela mati demi tujuan satu, merdeka. Ya, bulan ini adalah bulan agustus.
Demikian denganku, akupun juga sedang berjuang. Berjuang untuk memerdekakan hatiku dari rasa kesunyian yang ada. Rinai hujan membasahi bumi pertiwi pagi ini. seperti memberi isyarat untuk dua insan yang jatuh cinta agar saling mengerti dan memahami.
Aku duduk di sofa kecil berwarna merah di sudut cafe. Cafe bertemakan retro yang sedang hits dikalangan anak muda. Cafe ini memang mempunyai daya tarik sendiri. Alunan musik pop era zaman 2000an seolah menambah kesan tersendiri bagi penikmatnya. Seperti bernostalgia akan kenangan-kenangan masa lalu.
Suara rintik hujan ditemani kopi hangat dan alunan musik seharusnya sangat menentramkan di pagi seperti ini. tetapi, semua yang ada seolah kalah dengan perasangka-perasangka yang mulai menerka. Apakah aku siap atau tidak, berani atau menyerah, maju melangkah atau terdiam dalam seribu bahasa.
Perjalanan pengasingan kemarin telah membuatku menemukan apa yang ku cari dan apa yang seharusnya memang dilakukan. Dan sekarang tinggal menjalankannya.
"klinggg"
Suara lonceng yang berbunyi menandakan ada seseorang yang sedang membuka pintu cafe. Aku yang termenung menatap hujan yang mengetuk kaca cafe tesadarkan oleh suara lonceng tersebut. Aku yang secara spontan menatap ke arah suara itu, yang awalnya bersangka-sangka kini berubah menjadi gelisah yang tak tentu arah. Sosok perempuan yang berjalan menuju ke dalam dengan pandangan menuju ke arahku semakin membuatku tak bisa menenangkan raga.
Perempuan yang berjalan semakin dekat kearahku itu adalah dirimu. perempuan senja yang hadir dalam hidupku yang tengah membombardir perasaanku dengan sejuta rasa-rasa yang ada. Dia yang kurindikan di dalam pengasinganku kini tengah berjalan menuju tempatku. Setiap langkah kakinya seolah menusuk diriku dengan rindunya. Tatapan matanya beradu pandang dengan tatapanku. Ada yang tersirat di dalam dimensi mata kita. Sebuah rasa penyesalan bercampur rindu seakan tersirat dengan jelas dari mata indah itu.
Kau tengah duduk di hadapanku. Kita sama-sama terdiam dalam rindu yang tak terucap. Sesekali tatapan kita bertemu untuk kemudian sama-sama saling mengalihkan dengan malunya. Ada sebuah rasa canggung yang menjadi jurang diantara kita. Jika saja aku adalah orang pemberani sudah kukatakan dengan memegang tanganmu bahwa aku merindukanmu. Tetapi nyatanya, aku hanya seorang pengecut yang hanya berani mencintaimu dalam kediamanku.
"kamu gimana kabarnya" sapaku mencoba mencairkan suasana. Kau tersentak dalam lamunanmu. Sempat kudapati kau berbicara sendiri seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Aku baik, kamu gimana ?"
"aku juga baik" jawabku.
Kita kembali terdiam dalam ketidaknyamanan ini. kau memendam rasa yang entah apa, sedangkan aku memendah resah yang tak tentu arahya. Kuputuskan untuk mengambil ponselku yang ada di atas meja.
"Apa harus kutulis lewat pesan lalu memberikan padanya, aghh ini bukan yang ku mau, aku harus berani, harus" Ucap batinku.
Ku letakkan polsenku ke atas meja, kembali kutatap dirimu yang masih tertunduk dengan tangan yang saling menggenggam erat menandakan gelisah. Aku mengambil nafas dalam-dalam sembari menyiapkan mental.
"permisi mas mbk, ini pesanannya" ucap seorang pelayan.
Aku yang tengah bersiap seketika batuk karena terkejut akan kehadiran pelayan cafe tersebut. Dan kau pun melihatku sambil tertawa perlahan. Kita sama-sama tertawa mengingat kejadian konyol yang terjadi. Senyum manismu itu adalah senyuman kerinduan yang tak sengaja terukir. Membekas dalam hati mengawang dalam sanubari.
YOU ARE READING
Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)
Teen Fiction"Untukmu, wahai sang pewarna kanvas hati, yang hadir membuat bahagia, yang pernah memberikan senyum paling indah, pemilik mata sejernih permata"