Pagi ini sama seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada yang berubah. Kujalani rutinitas seperti biasanya. Namun ada satu hal yang berbeda semenjak aku mengenalnya. Perempuan senja itu, namanya Adiba. Aku jatuh cinta kepadanya. Semenjak percakapan dengannya –ketika di rumah angga, aku semakin jatuh cinta. Aku tau mungkin hanya aku yang merasakannya. Tapi yang jelas aku ingin mencintainya, lebih dalam.
Aku duduk di taman sama seperti waktu itu. Ketika bertemu denganya. Untuk sejenak kuputar ulang memori bersamamu waktu itu. Benar-benar indah. Jika bahagia adalah puncak dari sebuah rasa. Maka saat ini tak ada kata yang pantas mewakilinya.
Rasa yang ada sempat kuanggap hanya euforia sesaat, namun nyatanya menjelma menjadi cinta yang menghinggap. Semakin hari aku tak menyangka bakal menjadi hari-hari yang sangat membingungkan. Bagaimana kutak binggung, kau semakin menghinggap dalam kalbu, menancap tajam seperti pisau yang semakin detik semakin dalam ke jiwaku. Kau menetap diujung mimpiku Seolah-olah penjaga dalam alam sadarku.
"selamat pagi, ian" sapamu melalui pesan
"pagi juga, diba" tersenyum bahagia melihat pesan darimu.
Hanya dengan ucapanmu itu aku meledak. Setiap ruas-ruas jantungku seperti bom atom yang hancur tak berbentuk. Dirimu seperti lubang hitam yang menarik setiap galaksi perasaanku. Habis tak tersisa. Namun ada yang aneh setiap kau kirim pesan bertuliskan "selamat pagi"itu. Entah sihir apa yang kau masukkan dalam kalimat itu. Yang jelas kau membuatku candu. Candu akan sapaanmu tiap pagi yang membuatku resah tak menentu jika kusambut mentari tanpanya.
"kamu lagi dimana"
"aku di taman"
"tunggu aku ya"
Sejenak saja kau mampu memuatku semakin resah. Setiap pesan darimu selalu membuatku menerka-nerka. Terbayang keindahan parasmu seperti bias senja yang menentramkan. kau layaknya senja dan itu yang membuatku semakin resah.
Senja adalah keindahan yang selalu dinantikaan banyak orang. Banyak sekali yang menantikannya disetiap sang surya mulai malu menampakkan sinarnya. Seperti dirimu –perempuan yang sangat cantik dan itu tak terelakkan lagi –yang dikagumi oleh banyak lelaki. hal yang paling membuatku semakin resah di setiap detiknya.
Kata "tunggu" darimu seperti sihir bagiku. Andai saja kau tahu. Menunggu adalah hal yang paling tidak kusuka. Sebagian orang menganggap menunggu itu Membosankan. Tapi entah kenapa aku masih saja terdiam disini. Bukan beberapa menit ataupun hitungan detik, namun kisaran berjam-jam. Ingin ku balas pesanmu dan menanyakan keberadaanmu. Namun kembali fikiranku terkalahkan oleh hatiku. Hingga akhirnya aku tetap duduk di sini, terdiam menantimu.
"hai, maaf ya lama" sapamu sambil menempuk pundakku. tiba-tiba kau mengejutkanku. ku palingkan wajahku, dan ternyata benar. Dia perempuan itu. perempuan senjaku. Adiba. Kembali bias senja yang menerpa wajahmu menambah kecantikanmu.
"ya tuhan. Betapa indah dan mengagumkan ciptaanmu ini. Bidadari tanpa sayap." Ucapku dalam hati.
"rian, rian, hallo"
"eh, iya diba" sentuhan nya membuatku tersadar. Aku kembali terlihat bodoh di hadapannya.
"kamu kenapa rian ? setiap kusapa kamu selalu ngelamun ?" tanyamu heran.
"Ah ngak ko, Cuma perasaanmu aja". Jawabku menghela tidak menunjukkan perasaanku sesungguhnya.
Andai kau tahu. Ingin sekali ku jelaskan dihadapanmu tentang apa yang kau katakan. Itu semua salah besar. Jika saja aku punya keberanian akan kujelaskan alasanku kenapa aku selalu termenung ketika melihatmu. Ini semua karnamu diba. Kau penyebabnya. Bukan seperti yang kau tuduhkan, tetapi karena ada bidadari dihadapanku. Bidadari tak bersayap. Dan kau tahu siapa bidadari itu. Sudah tentu itu dirimu adiba.
YOU ARE READING
Aksara K.A.T.A Sebuah Perjalanan Tentang Arti Memiliki (Akan Terbit)
Teen Fiction"Untukmu, wahai sang pewarna kanvas hati, yang hadir membuat bahagia, yang pernah memberikan senyum paling indah, pemilik mata sejernih permata"