Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I was missing you and another day passed.
I was missing you and another year passed
This is how I live. As I long for you, long for you
Like tangled hair after you get up.
My days have become a mess too, this is on you.
I try to act like I'm fine.
But my depressed face and your traces that are everywhere.
That's all on you. I still can't forget you, come back to me.
Even if we'll have the same ending again.
💐💐💐
Setelah melakukan hal yang aneh bersamanya, disinilah kami berada. Duduk manis ditemani segelas kopi dingin dan kue yang dibelinya di sebuat toko, yang katanya menjadi favoritnya. Aku tidak pernah melihat Yewon membawa ponsel, laptop, atau barang elektronik. Bahkan dompet dan uangpun aku tidak pernah melihat.
Namun aku sudah terlalu sering melihatnya tiba-tiba muncul dan tiba-tiba menghilang di tempat ini. Dimana ia tinggal saat di masa ini? Atau apakah ia pernah kembali ke masa depan? Sesungguhnya aku tidak tahu, dan tidak berani bertanya.
"AHA!!!" ia bangkit dan berlari kencang tanpa menoleh.
Sejujurnya aku belum berteriak karena ya terlalu kaget dengan apa yang ia lakukan.
Sepuluh menit kemudian ia kembali dengan membawa pulpen, kertas, dan ampop coklat yang entah dia dapat dari mana.
Ku ambil salah satu kertas dan mataku membulat, "Kau darimana bisa mendapat ini?" Ujarku sembari mengacungkan kertas ini ke arah wajahnya.
"Tidak usah kaget. Kau tidak tahu ada teknologi bernama flashdisk kah? Di masa ini bukannya sudah ada ya?" Katanya polos dan membuatku mulai marah
"....Kirim surat itu ke Jerman. Lakukan saja." Ku sipitkan mataku dan menaruh kembali surat yang baru saja ia print dari laptopku. "Sebentar lagi kau kan ujian master jadi lakukan, Yoongi"
"Kau menemukan tempat print dimana?" Tanyaku dan ia hanya terkekeh, "Apa kau tidak diajari untuk sopan dengan barang orang lain?"
"Tentu saja, Yoongi. Keluargaku dan termasuk aku adalah orang berpendidikan, jadi untuk etika, aku sangat memahami itu. Aku selalu sopan terhadap orang asing, meskipun dia mungkin aneh" Ia bergumam seperti meledekku.
Di tangkupnya wajahku sesaat sebelum aku memalingkan wajahku.
Menahanku untuk bergumam dan mengomel sendiri, "Aku ingin terus disampingmu. Mengusap wajah dan peluhmu. Memberikan bahagia padamu, meskipun pada akhirnya kau lah yang memberikan bahagiamu untukku"