(WARNING 18+)
"Kau tidak lebih dari seorang iblis menjijikan! Aku membecimu Axel."
-Valerie Agatha-
"Oh ya? Akan ku tunjukan seberapa iblisnya Aku" ucap Axel dengan smirk nya
-Axel Phoenix Richar...
Pagi yang cerah seharusnya disambut dengan senyum yang cerah pula, tapi tidak dengan valerie yang sedang meratapi nasibnya dengan tangan terikat keatas ranjang dan pakaian yang sudah tidak karuan.
Tangis tidak bisa ia bendung lagi, semuanya sudah cukup banyak melukai hati Valerie. Ia hanya lelah, lelah fisik maupun batin.
Disela sela isaknya ia mendengar decitan suara pintu kamar yang terbuka, munculah sosok tampan dengan jeans dan kaos polos berwarna hitam. Pesona Axel memang sangat sulit untuk ditolak, seperti dia memang diciptakan untuk pemuas mata kaum hawa.
Dia Axel Phoenix Richardson, percayalah aku mengucapkan namanya dengan nada penuh kebencian.
Sekilas ia memang sempurna, tapi nyatanya ia tak lebih dari seorang iblis yang menjelma pada sosok malaikat.
"Hey, sudah bangun sayang? Ucapnya seraya mengelus pipi valerie. Valerie tak menjawab apapun ia bahkan mengalihkan pandangannya kearah lain sebab tak sudi menatap wajah Axel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Tatap aku, itu tidak sopan Valerie" ucapnya dingin tanpa nada. Valerie tak menghiraukannya, ia masih fokus menatap kosong kearah jendela sampai tangan kokoh itu mencengkram dagunya dengan kuat, memalingkan wajah Valerie agar bisa menatapnya.
"LIHAT AKU, JALANG!" Teriaknya membuat air mata Valerie keluar begitu saja. Bukan karna bentakannya tapi karna sebutan jalang yang ia lontarkan kepada Valerie, itu sungguh menorehkan luka dihatinya.
"A-aku bukan ja-lang" cicitnya pelan dengan suara tertahan karna cengkraman kuat Axel.
"Kau memang jalang, memangnya mau ku sebut apa? Pelacur? Wanita penggoda?" Ucapnya dengan senyum kecut.
Valerie sudah tidak tau mau bicara apalagi, rasanya lidahnya pun sudah kelu.
Akhirnya ia hanya bisa memohon untuk melepaskan cengkramannya karna sungguh rahangnya terasa akan patah.
"K-k-ku mohon lepaskan, kau menyakit--tiku a-xel"
Tak lama saat emosi nya yang sudah mulai mereda ia melepaskan cengkramannya pada dagu Valerie. Disana terlihat jelas guratan merah bekas tangan Axel. Dan rasa perihnya pun masih sangat tersisa.
Valerie meringis kesakitan, dan Axel sedari tadi hanya menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Tangannya bergerak mendekati dagu itu lagi, Valerie sudah menutup mata seraya menunggu rasa sakit apa lagi yang akan ia dapatkan.
Tapi ternyata, tangannya mengelus lembut luka memar di dagu Valerie. Perlahan ia memberanikan diri membuka mata untuk memastikan apakah ini nyata atau hanya sebuah ilusi.
"Sorry" ucapnya mencelos begitu saja. Valerie masih mencoba mencerna apa yang baru saja ia katakan.
Axel bangkit dari duduknya, ia membuka laci kecil di sebelah ranjang. Dan apa yang dipegangnya sekarang membuat mata Valerie membulat sempurna.
"A-a-xel" ucapnya terbata bata melihat ia kini sedang berdiri menatap Valerie dengan pisau tajam ditangannya.
"Ada apa sayang?" Ucapnya seraya mendekati Valerie. Nada bicaranya memang tidak mengintimidasi tapi tatapan dinginnya lebih tajam dari pisau yang sedang ia genggam.
"Apa k-kau akan mem-membunuhku?" Ucap Valerie
"Membunuhmu? Mungkin nanti setelah aku mencicipi tubuhmu" ucap Axel dengan smirk nya.
"Apa maksudmu Axel"
"Jangan sok polos Valerie, aku tau tubuhmu itu pasti sudah disentuh banyak lelaki di tempat maksiat itu" Ucapan Axel benar benar menyakiti hatinya.
"aku tidak semurahan itu." Ucap Valerie membatin
"Kumohon Axel apapun yang akan kau lakukan kumohon jangan"
ia semakin mendekat dan tidak menyisakan jarak diantara keduanya, tangan kanannya mencengkram kuat dagu valerie sedangkan tangan kirinya masih menggenggam pisau itu.
Cupp~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu ciuman mendarat diri bibir Valerie, tubuhnya mendadak kaku. Ia tak tau harus melakukan apa. Axel begitu ahli dalam ciumannya sedangkan dirinya hanya terdiam pasrah seperti anjing bodoh.
Ciuman Axel semakin dalam, ia menjatuhkan pisau nya ke lantai dan tangan kirinya mulai menyentuh paha Valerie. Setiap sentuhan yang diberikan Axel sangat sulit untuk Valerie hindari, ia pun tak bisa melawan karna tangannya masih terikat keatas.
Ia sadar ia tak bisa membiarkan ini terus terjadi, karna Axel sudah kalut dengan nafsunya. Ia semakin nafsu dan kasar, ciuman yang tadinya lembut pun kini berubah menjadi liar.
"A-axel eenghh,, s-stop" ucap valerie menahan kuat desahan yang sudah tak bisa ia tahan saat Axel tanpa henti memberikan banyak kiss-mark dileher jenjangnya.
"You wanna play with me baby?" Ucap Axel dengan smirk andalannya.