"Gue dikeluarin dari Starlight."
"Whatt?" teriak Delinda tidak percaya. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui apapun. Padahal sudah jelas-jelas tidak ada kejadian apa-apa sejak babak belurnya Fajar dua hari yang lalu. Atau mungkin, ia memang tidak tahu apa-apa?
Delinda mengamati cowok yang sudah berseragam seperti dirinya itu. Tebak di mana mereka sekarang? Ya, di ruang kelas Delinda.
Gadis itu sudah tahu bahwa ada anak laki-laki pindahan dari SMA Starlight yang akan join di kelasnya. Tapi, apa ini? Dia baru mengetahui kalau anak yang dimaksud adalah Fajar, teman sekaligus sahabatnya sendiri, ketika cowok itu dengan santainya menghampiri Delinda yang sibuk dengan PR nya yang belum selesai.
"Ini gue gak lagi tidur kan? Hel, coba lo cubit gue!" Helley pun menurut, lalu mencubit lengan Delinda kuat.
Delinda meringis kesakitan, sementara Fajar terus tertawa.
"PR dikerjain di sekolah, gue bilang papa mampus lo!" ujar cowok itu setelah berhenti tertawa.
Delinda yang kini sudah sepenuhnya menyadari apa yang terjadi, lantas menyeret Fajar keluar dari kelas. Mereka menuju perpustakaan dekat kelas, bel masuk masih tinggal sepuluh menit lagi.
"Kenapa lo tiba-tiba pindah ke Glenmore?"
"Kan udah gue bilang, gue dikeluarin dari Starlight."
Delinda mengusap wajahnya. Ia lupa, padahal itu adalah kalimat pertama yang diucapkan Fajar saat muncul dihadapannya tadi.
"Terus kenapa lo gak pernah cerita apa-apa ke gue. Lo dikeluarin karena apa? Dan sejak kapan?" Cerocos Delinda tanpa henti.
"Yakan surprise, buat lo!" jawab Fajar sambil senyum-senyum tidak jelas.
"Gue serius, anjay!" Delinda mulai kesal kepada makhluk didepannya ini, Fajar tidak pernah bisa serius.
"Hahaha. Ceritanya panjang Del. Yang jelas baru kemarin gue dikasi tahu, ya gue sih gak keberatan. Cuman yang gue takutin tuh--"
"Lo belum ngomong ke papa lo?" Tebak Delinda.
Fajar mengangguk sekilas, kemudian mengelus rambut Delinda.
"Seneng gak, gue pindah ke sekolah lo?" Tanyanya sambil tersenyum.
Delinda balas tersenyum, lantas mengangguk-anggukan kepalanya.
***
Seperti biasa, bu Zuma memperkenalkan Fajar sebagai murid baru di kelas Delinda. Hampir semua anak perempuan, termasuk Helley, teman semeja Delinda. Menatap takjub ke arah cowok yang menjadi pusat perhatian itu.
"Ganteng juga ya."
"Gak kalah sama Galaksi coy!"
"Nambah stok cogan nih."
Itu bisik-bisik yang Delinda dengar dari bangku sebelah. Gadis itu memutar bola matanya, tiba-tiba saja kesal mendengar pujian-pujian yang ditujukan untuk Fajar.
Delinda berdecak saat tidak sengaja menangkap basah Fajar sedang tebar pesona, senyum-senyum ke arah cewek-cewek yang duduk di belakang. Membuat mereka teriak tertahan karena takut kepada bu Zuma yang masih ada di depan. Menyebalkan lagi, saat Fajar ketahuan mengarlingkan sebelah matanya kepada salah satu cewek yang duduk di belakang Delinda. Untung saja Senja bukan seperti cewek-cewek alay di kelasnya, batin Delinda.
Bu Zuma keluar meninggalkan kelas, sesaat kemudian. Karena memang hari ini jadwalnya ada di kelas lain.
"Sok kegantengan banget woy, dari tadi gue perhatiin," celetuk Delinda, yang kebetulan bangkunya paling depan. Otomatis bisa didengar Fajar dengan jelas.
"Kan emang ganteng del, begimana sih," ralat Fajar, sambil menjitak kepala Delinda.
"Kalo gak percaya tanya aja sama Helley," kata Fajar lagi.
Dan Delinda rasa ia tak perlu menanyakan hal demikian pada sahabatnya yang satu itu. Tentu saja ia sudah tahu jawabannya.
"Hahaha. Gimana kalo Fajar duduk di sini aja. Biar Dellin pindah ke belakang. Eh del, itu Galaksi sendirian loh. Lo sama dia pasti cocok, udah sama-sama rajin, sama-sama pinter, sama-sama galak, sama-sama ga bisa di ajak becanda, sam--"
Delinda buru-buru menyumpal mulut Helley dengan lembaran kertas yang tentunya sudah ia remas-remas. "Jangan sama-samain gue sama manusia setengah batu itu, ya!" tegur Delinda.
Fajar tertawa, "Eh jangan gitu dong, kasian anak orang."
"Emang gak bisa diajak bercanda nih bocah!" Helley lagi-lagi menampilkan wajah yang menjengkelkan.
Fajar melihat Senja, yang duduk di belakang Delinda. Dari tadi gadis itu hanya tersenyum melihat tingkah kedua cewek didepannya.
"Hai Sen, apa kabar?"
"Eh aku baik, Jar. Kamu?"
Fajar tampak sedikit bingung karena Senja menggunakan aku-kamu, padahal hanya bicara santai kepadanya. Tapi dia langsung faham, setelah mendapat isyarat mata dari Delinda. Mungkin memang sudah kebiasaan, pikirnya.
"Ya, seperti yang lo liat."
"MATI GUE!"
"Tuh kan gaje. Lo tuh masih muda, jangan mati dulu elah!" Helley menanggapi dengan nada masih menyebalkan seperti tadi.
Delinda menabok dahi Helley dengan buku tipis di mejanya, "NASIB PR BHS INGGRIS GUE, NYET!"
***
Fajar melangkahkan kaki ke meja belakang. Tadi dia mendengar dari Helley, kalau Galaksi--cowok yang sekarang lagi nelungkupin kepalanya di atas meja ini-- duduk sendirian, tidak ada anak laki-laki lain yang bangkunya sendirian. Sudah dia pastikan cowok ini adalah Galaksi.
Fajar menggeser kursi di sebelah Galaksi. Cowok itu masih belum terganggu, ia mengeluarkan earphone kemudian mendengarkan lagu sambil menyenderkan bahunya ke belakang.
Fajar mendongak ketika suasana kelasnya yang baru saja rame, alias gaduh kini mendadak hening saat mendengar suara berat yang tidak asing lagi bagi warga SMA Glenmore, irama langkah sepatu pantofel yang mendekat ke arah kelas mereka.
Fajar menoleh ke samping, dilihatnya Galaksi sudah mengangkat kepalanya, kini dia duduk santai seolah tidak ada seonggok daging di sebelahnya.
"Wey! Gue Fajar, murid baru pindahan dari Starlight. Gue duduk disini soalnya--- iya, soalnya ga ada bangku lagi yang kosong. Lo gak keberatan?" Tanya Fajar mengawali percakapan.
"..."
Galaksi hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap ke depan.
"Diem diem bae," ketus Fajar pelan, tapi karena mereka bersebelahan dan kondisi kelas yang sedang hening. Galaksi bisa mendengarnya dengan jelas.
"Lo tau nama gue Galaksi," kata cowok itu dengan nada dingin, "dan gue tau kenapa lo dikeluarin dari Starlight."
Seketika Fajar menatapnya intens, ini menarik.
🌞
Satu kata untuk cerita ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Sunshine
Teen FictionUpdate setiap Senin dan Selasa setelah senja. -Jika kebanyakan orang menyukai sunrise sesudah fajar, atau sunset yang menciptakan senja, maka aku lebih suka sunshine, yaitu kamu- *** Mengisahkan seorang gadis kecil penyuka matahari namun tidak untuk...