Hari yang cerah seperti biasanya. Pagi ini Delinda kembali mengunjungi taman sekolah untuk melihatnya. Masih ingat dia? Ya, dia bunga matahari yang pernah Delinda ceritakan. Masih indah. Selalu bisa menyalurkan energi positif bagi siapa saja yang melihatnya. Ceria, dan bahagia. Setidaknya itu menurut Delinda.
"Hai, bunga!" itu bukan suara Delinda, namun suara gadis lain yang berhasil mengambil perhatian Delinda.
Delinda menoleh dan mendapati Senja, berdiri di belakang kursi yang didudukinya.
"Eh hai Sen, sini duduk." Senja menurut. Lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya.
"Del. Emm, sebenarnya ada sesuatu yang pengen aku omongin ke kamu," ujar Senja berhati-hati.
Delinda menolehkan kepalanya sebentar, mengamati wajah Senja yang masih menunduk. Lalu mengalihkan tatapannya ke bunga-bunga itu lagi.
"Santai aja Sen. Mau ngomong apa?" Tanya Delinda tenang. Padahal sejujurnya dia sedang menyembunyikan rasa keponya.
"Emm, kamu kenal gad--" namun sebelum Senja menuntaskan kalimatnya. Perhatian mereka sudah teralih pada suara bising dari ruang kelas mereka. Delinda cepat-cepat berlari untuk melihat apa yang terjadi, disusul oleh Senja beberapa detik kemudian.
Sesampainya dalam kelas, Delinda menyibak kerumunan yang kebanyakan diisi oleh anak kelas sebelah yang turut penasaran akan apa yang terjadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kepo adalah manusiawi, termasuk yang dirasakan Delinda saat ini.
Semakin kesini, suara familiar itu semakin terdengar jelas. Raut wajah Delinda pun semakin menampakkan kekhawatiran.
"BGST JADI ITU TUJUAN LO PINDAH KE GLENMORE?"
"ANJG, JGN ASAL NGOMONG KALO LO GA TAU APA-APA!"
Akhirnya setelah mendesak beberapa saat. Delinda bisa melihat tiga orang dengan wajah familiar, namun ia tidak tahu namanya. Dengan Fajar di hadapan mereka dengan posisi kerah seragamnya ditarik oleh salah seorang diantara mereka, dan kedua tangan Fajar yang dicekal oleh dua orang lainnya.
Delinda bisa melihat ekspresi cowok itu yang meringis kesakitan, bahkan ada sedikit luka robek dirahangnya.
"KENAPA KALIAN DIAM SAJA. BANTUIN FAJAR!" Teriak Delinda kepada siswa yang berkerumun di sekitarnya. Ia mengusap wajah kasar ketika tak ada satupun yang menghiraukan dia. Memangnya siapa yang akan berurusan dengan tiga anak yang terkenal tukang onar sekolah, demi seorang murid baru yang bahkan tidak mereka ketahui apa masalahnya.
Seorang laki-laki yang tadinya menarik kerah seragam Fajar kini bersiap-siap melayangkan pukulan lagi. Demi melihat itu, Delinda tidak ada pilihan lain kecuali meminta tolong cowok berperawakan tinggi yang sekarang sedang duduk santai di meja paling belakang.
"Galaksi, tolong hentiin mereka!" Delinda sedikit berteriak. Nadanya kini lebih menunjukkan permohonan. Ia tahu tidak akan mudah membujuk cowok seperti Galaksi, namun ia tak ada pilihan lain. Selain ketua osis, di balik wajah datarnya, Galaksi juga salah satu siswa yang ditakuti di sekolah. Apalagi Delinda pernah melihat sendiri betapa dia menghajar salah satu murid di sekolah mereka sampai terkapar tanpa mendapat masalah. Untung saja waktu itu Delinda tidak tertarik untuk ikut campur urusan mereka. Jika tidak, pasti sudah hancur image Galaksi di sekolah ini.
Galaksi yang semula duduk santai, dengan memejamkan matanya kini menatap Fajar yang hampir saja akan babak belur jika saja dia tidak mengeluarkan suara beberapa detik kemudian.
"Berhenti," ujarnya dingin, sambil melangkahkan kaki mendekati kerumunan.
"Gak seharusnya lo bawa masalah pribadi ke sekolah. Ini bukan sekolah nenek lo goblok!" tegasnya sambil menatap tajam ketiga cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Sunshine
Teen FictionUpdate setiap Senin dan Selasa setelah senja. -Jika kebanyakan orang menyukai sunrise sesudah fajar, atau sunset yang menciptakan senja, maka aku lebih suka sunshine, yaitu kamu- *** Mengisahkan seorang gadis kecil penyuka matahari namun tidak untuk...