Satu minggu berlalu sejak pindahnya Fajar ke SMA Glenmore, dan satu minggu pula Delinda selalu dibuat jengkel karenanya. Bagaimana tidak, cowok itu selalu berbuat rusuh. Satu hari pun dia tidak pernah absen dari ruang BK. Dan alasannya selalu sama, "gue cuma membela diri, mereka yang duluan!"
Seperti saat ini, Delinda sedang enak-enaknya makan mie ayam gratis dari salah satu temannya yang habis jadian, istilahnya peje di kantin. Namun kabar dari salah seorang anggota tim basket yang ia ketahui bernama Agus membuyarkan kesenangannya begitu saja.
"Iya, gue liat sendiri mereka ngebogem Fajar di belakang lapangan. Makanya gue langsung kesini ngabarin elo," ujarnya masih terlihat ngos-ngosan.
"Terus kenapa lo gak bantuin dia gus?" Helley menyahuti, sementara Delinda masih diam. Mungkin ia sudah kehilangan kata-kata.
"Gue mau kesana. Makasih Dita, gue doain langgeng deh." detik berikutnya Delinda segera berlari sementara teman-temannya yang lain hanya geleng-geleng kepala.
Sementara di lain tempat, Fajar sedang mati-matian bertahan agar dirinya tidak ambruk. Bayangkan saja, ia sendirian dan lawannya adalah tiga anak kelas duabelas sekaligus. Apalagi kemampuan bertarung mereka bisa dibilang sudah jago, berbeda dengan dirinya yang masih amatiran.
"BERHENTI"
Suara nyaring seorang cewek membuat mereka refleks menoleh, Delinda segera berlari menghampiri Fajar, ia bisa melihat cowok itu sedang tidak baik-baik saja. Bahkan kondisinya sangat buruk.
"Minggir lo, jangan sok jadi pahlawan deh kalau nggak mau nasib lo sama kayak dia," ujar salah satu cowok brengsek didepannya.
"Kalau gue nggak mau? Lo mau apa hah? Nyerang gue? Oke kita liat aja, seberapa bancinya kalian sampai mau mukul cewek!" tantang Delinda.
"jadi lo mau berlindung sama cewek ini jar? Cih, banci!"
Fajar mengisyaratkan Delinda untuk minggir, namun bukan Delinda namanya jika ia menurut begitu saja.
"Gue heran deh, yang seharusnya dipertanyakan kecowok-an nya tuh lo semua. Lo cowok? Lah kok mainnya keroyokan! Pada gak berani lawan Fajar sendirian?" Ejek Delinda dengan tawa meremehkan, Fajar juga tidak bisa menahan senyumnya melihat gadis itu tidak memiliki rasa takut sama sekali.
"Bacot banget lo anak ayam!"
"Sorry gue lebih suka kalo lo manggil gue Singa betina aja Hahaha"
Seorang cowok bertubuh jangkung memberi isyarat kepada dua orang temannya agar segera maju untuk meringkus Fajar dan juga Delinda, mungkin mereka menyadari bahwa sia-sia saja berdebat dengan gadis ini, hanya akan membuang waktu mereka.
Delinda mulai was-was, ia tahu kondisi Fajar sudah tidak memungkinkan untuk membela diri, apalagi menyerang. Makanya ia berusaha mengulur waktu. Kepala Delinda celingukan seperti mencari seseorang. Lalu ketika tiga cowok didepannya mulai melangkah mendekat, ia pun berteriak dengan suara khas cemprengnya.
"PAK WARR!"
Sontak mereka semua menghentikan langkah. Delinda tidak berbohong, dari kejauhan mereka bisa melihat guru BK itu menampilkan wajah garang, semakin kesini semakin terlihat wajah tidak bersahabatnya.
"Kalian ikut saya sekarang!" Ujar Pak War memberi titah.
"Saya boleh ikut pak? Saya saksi kejadian ini!" Delinda mengajukan diri, ia merasa guru BK itu harus tahu bahwa Fajar hanyalah korban disini, sementara ia tidak percaya ketiga cowok brengsek itu akan mengakuinya.
Setelah permintaannya disetujui oleh pak War, Delinda segera menyusul mereka. Namun sebelumnya ia sudah meminta Senja untuk membawa Fajar ke ruang UKS untuk diobati. Iya, Senja datang bersama pak War dan juga Agus. Mungkin mereka yang memberi tahu guru BK itu setelah kepergiannya tadi dari kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Sunshine
Teen FictionUpdate setiap Senin dan Selasa setelah senja. -Jika kebanyakan orang menyukai sunrise sesudah fajar, atau sunset yang menciptakan senja, maka aku lebih suka sunshine, yaitu kamu- *** Mengisahkan seorang gadis kecil penyuka matahari namun tidak untuk...