Perkenalan

498 32 28
                                    

Kata pepatah tak kenal maka kenalan dong. Aku Delinda Divia Dasyasatvika, anak kelas sebelas Senior High School Glenmore.

Asal kalian tau aku bukan anak pemilik yayasan atau CEO perusahaan besar seperti di novel-novel kesukaan kalian. Aku juga bukan gadis jenius pemenang berbagai olimp seperti tokoh-tokoh kebanggaan kalian, atau perempuan berparas perfect dan bodygoals seperti pemain film favorit kalian, hanya saja aku sedikit famous di kalangan siswi SMA Glenmore. Ralat bukan terkenal sih, cuman siapa yang gak kenal Delinda? Hehe canda.

"Cerewet seperti biasanya," celetuk seorang cowok dengan rambut kusutnya, yang kini sudah mendaratkan diri di springbad bermotif bunga matahari. Delinda mencebikkan mulut, sebal mendengar komentar yang merusak mood paginya.

"Bisa diem nggak? Lagian ini tuh masih pagi udah main masuk ke kamar orang aja," protes gadis itu lalu beranjak dari cermin, duduk di meja belajar guna memasukkan sekotak bekal yang sudah ia siapkan ke dalam tas bergambar member blackpink.

"Lagian pagi-pagi udah ngomong sendiri di depan cermin, kurang sehat lo?"

"FAJAAAR!" tidak, bukan karena mulutnya yang mengejek Delinda, tapi karena tangan jailnya yang hampir saja menyentuh lighstik army bomb di atas nakas.

Delinda menjauhkan benda itu darinya. Fajar bagaskara, cowok petekilan perusak semua barang-barang di kamarnya, lihat saja sekarang Fajar mengincar lighstik kebanggaan Delinda, padahal sebelumnya dia sudah merusak album Love Yourself nya BTS sama flashdisk berisi drama korea kesukaan Delinda, menyebalkan.

"Jangan alay deh del, pegang juga belum," ujar cowok itu disertai kekehan.

"Lo itu perusak, see? Perusak. Gue gak bakal biarin lighstik mahal gue bernasib sama kayak album kemarin," Ketus Delinda yang dihadiahi jitakan ringan oleh Fajar.

"Dasar bawel, gue beliin sepuluh baru tau rasa lo?" Fajar beranjak keluar dari kamar Delinda.

"Alah sok sok an mau beliin gue, emang punya duit bang?" Gadis itu tertawa dengan dilebih-lebihkan. Bermaksud mengejeknya, lihat saja sekarang Fajar mengedikkan bahu tidak peduli.

Fajar dan Delinda, mereka adalah dua sahabat sejak kecil, namun karena suatu hal yang menyebabkan mereka harus tinggal satu rumah. Tapi meskipun begitu jangan harap seorang Fajar Bagaskara akan akur dengan Delinda Dasyasatvika, itu bukan sesuatu yang bisa terjadi diantara mereka.

Delinda melirik jam berwarna emas di pergelangan tangannya, tidak. Bukan emas asli, hanya imitasi yang ia beli di pasar malam bersama Fajar. Ah cowok itu lagi. Mungkin dia akan menjadi orang yang paling sering muncul dalam kisah Delinda. Karena dia adalah salah satu orang yang paling dekat dengan Delinda sejak kejadian naas sepuluh tahun yang lalu. Ralat, atau mungkin Fajar adalah satu-satunya, entahlah Delinda tidak yakin.

Delinda melangkahkan kaki keluar sambil mengendap-endap, setelah memastikan tidak ada yang mengetahui kepergiannya, ia mulai beranjak membuka gerbang belakang rumah. Disana sudah ada pak Bandri- sopir ayahnya yang sudah siap untuk mengantar. Jika kalian bertanya kemana Delinda pergi sepagi ini, jawabannya tidak ada yang mencurigakan, ia hanya melaksanakan kewajibannya sebagai anak sekolah, lalu kenapa ia harus sembunyi-sembunyi? Tidak, mungkin kalian akan tahu semuanya. Tapi tidak sekarang. Nanti Delinda terlambat, "ayo pak, kita jalan," ucap Delinda ramah yang langsung diangguki oleh pak Bandri.

SMA Glenmore tampak asri seperti biasanya. Gadis riang itu menatap taman yang tampak subur dibelakang sekolah. Ini masih terlalu pagi, Delinda memutuskan mengunjungi bunga mataharinya. Sebenarnya Delinda yang membawa dia saat agenda Satu Jiwa Satu Bunga yang diselenggarakan saat masa orientasi siswa kemarin. Delinda mengeluarkan botol air mineral dari dalam tasnya, "hai selamat pagi my sun." tidak ada jawaban seperti biasanya, gadis itu menghembuskan napasnya pelan.

Hello My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang