Memories

92 22 5
                                    

"Entah kenapa nama Senja bisa berdampak segitunya sama gue, seakan ngembaliin gue ke masa silam, disaat hari-hari buruk itu terjadi. Bener-bener nyusahin tau nggak," Delinda mulai menceritakan apa yang dialaminya hari ini, hanya sebatas pertemuannya dengan seorang gadis yang bernama indah itu.

"Gue tahu, nggak semudah itu ngelupain hal-hal yang terjadi di masa lalu, apalagi kenangan yang bisa dibilang, jauh dari kata indah," Fajar menghentikan kalimatnya, kemudian menatap Delinda serius.

"Tapi lo bisa latih, again and again. Mungkin lo bakal nemuin hal kayak gini lagi, saat gue nggak ada," jangan dikira cowok seperti Fajar, bisanya hanya menjahili Delinda. Buktinya hari ini, dia bijak.

"Semua tergantung dari lo. Lo bisa jadi tangguh, dan bisa jadi lemah. Tergantung apa yang lo tanamin dalam diri lo sendiri." Fajar kembali meneruskan ucapannya.

"It's okay, thanks udah dengerin gue, dan kasih gue kekuatan selama ini." ujar Delinda, kali ini ia mengucapkan itu dengan tulus.

"Gue bakal jagain elo, stay strong Del. Meskipun gak selamanya gue bisa ada disisi lo, saat lo butuh nanti." Ujar Fajar dengan mata menyipit karena tersenyum. Delinda akui Fajar lebih tampan saat tidak menggoda atau menjahilinya.

"Ck, kenapa lo gak pindah ke sekolah gue aja sih?" Delinda menarik-narik ujung hoodie cowok itu, membuat si pemilik baju menolehkan kepalanya.

"Jangan maksa, lagian bosen kali gue liat muka lo kalau kita satu sekolah," kata Fajar sambil terkekeh.

Delinda mencebikkan mulutnya sekali lagi. "Kan biar bisa jagain Delinda 24 jam," kemudian Delinda tersenyum sambil menunjukkan deretan gigi rapihnya. Tentu saja Delinda hanya menggoda Fajar. Ia bukan anak kecil yang butuh penjagaan ekstra seperti itu.

Sesendok makanan terakhir telah masuk ke mulut Fajar. Ia masih diam, mungkin cowok itu mulai berpikir. Selama ini dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa diandalkan Delinda, dia memang gadis mandiri, dan periang. Fajar akui itu, tapi ia juga tahu sebenarnya Delinda tidak sekuat itu. Mungkin lain kali permintaan Delinda akan ia pertimbangkan.

Sepiring nasi uduk dan segelas teh hangat, sempurna telah berpindah dalam perut Fajar dan Delinda. Kini Delinda masih duduk, sambil menunggu Fajar membayar makanan mereka.

Ya, sepulang sekolah tadi, Delinda meminta Fajar mentraktirnya di warung makan dekat kompleks rumah mereka. Memangnya kapan Fajar tidak menuruti permintaan sahabatnya itu, apalagi ketika Delinda bilang ada yang ingin ia ceritakan pada Fajar.

"Langsung pulang nggak del?" Tanya Fajar yang kini sudah kembali duduk disamping Delinda.

Delinda hanya bergumam, kemudian beranjak mendahului Fajar.

🌅

Seorang gadis dengan setelan gaun berwarna jingga di bawah lutut dan rambut panjang tergerai, membawa sling bag dengan warna senada, telah berdiri sejak lima menit yang lalu. Kepalanya celingukan seperti sedang menunggu seseorang, dan benar ia tersenyum ketika melihat seorang gadis turun dari ojek online didepannya.

"Kamu udah datang hel."

Gadis yang dipanggil Helley itu hanya menyengir, kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang lima ribuan untuk membuat bapak-bapak tukang ojek itu pergi dari hadapannya.

"Kenapa Senja nggak masuk duluan?" Helley bertanya sok akrab.

"Nunggu kamu."

Tanpa menjawab lagi, mereka berdua langsung memasuki sebuah cafe yang tidak terlalu ramai pengunjungnya. Mata Helley memicing melihat dua sosok manusia di pojok cafe, bukankah itu Delinda dan Fajar?

Hello My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang