"SAHABAT "
~karenanya kita mengenal apa itu solidaritas.~"PRENGGG." Tiba-tiba suara piring pecah terdengar dari arah pintu catering.
Para santriwati pun seketika melirik dan menghampiri ke asal suara tersebut.
"ASTAGFIRULLAH BI." Teriak ustadzah Salma sambil menghampiri Bi Astri yang tak sadarkan diri.
Bi Astri adalah salah satu bibi yang bertugas di dapur catering pesantren. Perlu diketahui, ketika waktu makan tiba. Bi Astri bertugas untuk mengantarkan jatah makanan ke petugas yang berjaga di pesantren.
"Astagfirullah, ustadzah ayo kita bawa Bi Astri ke puskesmas pesantren!" Ajak Sarah kepada ustadzah Salma yang kebetulan pada waktu itu bertugas untuk menertibkan catering.
"Bi sri, tolong beri tau ustadz Hasan untuk menyiapkan mobil!" Seru ustadzah Salma kepada Bi Sri yang bertanggung jawab di bagian catering.
Sebagian santriwati termasuk Sarah, membantu mengangkat Bi Astri ke dalam mobil ustadz Hasan.
"Nak Sarah, ustadzah boleh minta tolong sama kamu?" Tanya ustadzah Salma ketika hendak menaiki mobil.
"Iya, ada apa ustadzah?" Jawab Sarah kebingungan.
"Ustadzah kan sekarang bakal nganterin Bi Astri. Tolong kamu gantiin dulu ustadzah mengurusi makanan ya!" Pinta ustadzah Salma.
"Baik ustadzah." Ucap Sarah sambil tersenyum dengan lesung pipinya.
°°°
Kali ini Sarah, Lia, dan Melita mendapatkan tugas dari Bi Sri untuk mengantarkan makanan ke petugas yang sedang berjaga di perbatasan wilayah santriwan dan santriwati.
"Sar tau gak?" Tanya Melita sambil berjalan membawa keresek hitam yang berisi beberapa botol mineral untuk petugas.
"Apa Mel?" Tanya Sarah sambil melirik ke arah Melita yang sedang senyam-senyum tak jelas.
"Si Haikal ganteng ya." Celetuk Melita sambil tersenyum.
"Kirain apaan." Gumam Sarah yang membawa beberapa bungkus nasi.
"Gantengan Raffi tau Mel." Ucap Lia tak sadar.
Sarah dan Melita pun seketika langsung melirik Lia yang sedang tersenyum.
"Hah? Raffi? Maksud kamu Raffi yang suka sama Sarah? Jangan bilang kamu suka sama Raffi? Dia kan punya Sarah, iya gak Sar?" Tanya Melita kepada Lia dengan tatapan tajamnya.
"Eh a-anu, ma-mana mungkin lah a-aku suka sama Raffi, a-aku tau diri kok." Jawab Lia terbata-bata.
"Syukurlah." Ucap Melita lega sambil tersenyum.
"Astagfirullah apaan sih kalian? Belum tentu kali kalo Raffi itu jodoh aku. Setiap manusia boleh suka sama lawan jenis. Karena cinta itu fitrah. Asal jangan berlebihan! Lebih baik kita curhatin perasaan kita ke pemilik-Nya, kepada Allah Sang pengatur hati, yang dapat membolak-balikan hati manusia." Ucap Sarah sambil tersenyum dengan lesung pipinya.
Lia dan Melita hanya mengangguk mendengarkan perkataan Sarah.
"Ya Allah kenapa dengan hati hamba? Kenapa dengan perasaan hamba?" Ucap batin Sarah heran yang merasakan sesak didalam hatinya ketika mendengar Lia memuji Raffi.
°°°
Alfath, Riko, dan Jodi kini sedang berjalan menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari asramanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERIHAL SECERCAH RINDU
Teen Fiction"Kita bagai bumi dan langit yang hanya terpisah oleh jarak. Layaknya senja dan fajar yang selalu setia menghadirkan segurat kesan yang tak dapat diartikan untuk dikenang. Ibarat bulan dan bintang di malam hari yang selalu setia menerangi bumi ." •...