Jieun menatap tidak suka kearah Jungkook yang terus saja mencuri-curi pandang pada Jimin. Dia sudah berusaha mengambil perhatian Jungkook dari tadi, tapi lelaki itu malah terus saja kembali melirik Jimin lagi dan lagi. Hingga pada satu titik, dia sudah tidak tahan dan memutuskan untuk bertanya saja langsung pada orangnya.
"Kenapa kau terus melihat Jimin?"
Jieun bertanya, tapi tidak ada satupun yang bergeming, baik itu Jungkook ataupun Jimin yang menjadi objek pembicaran. Karena itu, Jieun melepar garpunya ke piring untuk mendapatkan perhatian.
"Astaga, Jieun! Kau ini kenapa?"
Tanya Jungkook, kaget.
"Kau yang kenapa. Apa yang salah dengan Jimin sampai kau terus-terusan melihatnya?"
Kata Jieun, jengkel juga lama-lama jadi lalat di rumah ini.
"Tidak ada. Aku hanya heran saja, belakangan ini dia tidak makan dengan benar."
Jawab Jungkook, sekenanya.
"Ya tapi bagus juga sih, tidak perlu keluar uang banyak untuk bahan makanan sehari-hari. Sepertinya anggota rumah ini tidak bertambah sama sekali, padahal ada dua orang baru."
Kata Jungkook, menyindir Jimin dan bayinya. Dia sebenarnya khawatir karena Jimin malah terlihat lebih kurus daripada sebelum hamil. Tapi dia juga tidak ingin terlihat terlalu peduli karena dia pikir Jimin bisa saja memanfaatkan perhatiannya.
'Sial sekali. Padahal aku benar-benar benci selai lemon. Tapi aku pura-pura suka dan menginginkannya hanya agar Jimin bisa makan. Bagaimana sih pelayan disini, katanya Jimin suka lemon. Tapi kenapa dia tidak makan banyak? Sudah begitu, teh lemon ini sangat asam. Topping donatnya juga. Semuanya serba lemon begini, gigiku bisa ngilu seharian.'
Jungkook membatin sendiri. Dia tidak tahu kenapa dia lebih banyak memperhatikan Jimin daripada dirinya sendiri akhir-akhir ini. Kalau dihitung-hitung, Jungkook sudah berkorban banyak untuk Jimin. Bahkan kamar miliknya yang luas sekarang ditempati oleh Jimin karena dia pikir itu bisa membuat ibu hamil merasa betah di rumah.
Selain itu, Jungkook juga mengganti parfumnya dengan yang biasa supaya baunya tidak terlalu menyengat dan membuat Jimin mual. Lalu rumahnya yang didekorasi ulang menjadi kebanyakan warna kuning agar Jimin suka dan tidak bosan melihatnya. Karena kata empat pelayan kepercayaannya, warna favorit Jimin adalah warna kuning.
Tapi Jimin malah terlihat biasanya saja melihat semua perubahan disetiap sudut rumahnya. Apakah Jimin tahu berapa banyak jumlah uang yang sudah Jungkook gelontorkan untuk membuang barang-barang kesayangannya dan menggantinya dengan yang berwarna kuning? Itu sangat mahal, sementara Jungkook sendiri adalah pribadi yang benci boros-boros. Tapi demi kenyamanan Jimin tinggal disini, Jungkook tanpa sadar sudah tidak peduli lagi dengan uangnya.
"Aku selesai."
Kata Jimin, berdiri dari kursinya.
"Yahhh! Kau bahkan hanya makan tiga gigitan roti, apanya yang selesai??"
Protes Jungkook, ikut berdiri untuk menghalangi Jimin meninggalkan meja makan.
"Aku tidak mau menghambur-hamburkan uangmu yang berharga hanya untuk mengisi perutku."
Kata Jimin, dia sensitif sekali kalau sudah disindir-sindir oleh Jungkook.
"Kau jangan terlalu percaya diri. Aku memberikan semua makanan ini untuk bayiku, bukan untukmu. Jadi duduk dan makanlah yang banyak supaya anakku sehat."
Suruh Jungkook.
"Kenapa kau sampai harus repot-repot membuat skandal baru ini terlihat nyata? Bukankah tidak ada kamera yang sedang merekam kita sekarang ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] SkandaL
FanfictionDulu jungkook sangat berharap menjadi seorang idola, tapi setelah mendapatkan semuanya dia mulai bosan. Lalu dia bermain-main dengan hidup Jimin. Dan membuat skandal yang ternyata malah merubah seluruh kehidupannya.