Jimin sedang melamun, ketika Jungkook membuka pintu kamarnya. Entah apa yang Jimin pikirkan saat ini sehingga tidak menyadari kalau Jungkook sudah berada didepannya.
"Jimin?"
Jungkook menyadarkan Jimin dari lamunannya, tapi Jimin hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.
"Aku minta maaf untuk yang kulakukan waktu itu."
Kata Jungkook, sambil menyerahkan buket bunga dan sekotak besar cokelat pada Jimin.
"Aku tidak perlu diberikan ini. Bisakah aku tahu apa yang sebenarnya tertulis dalam perjanjian kita?"
Pinta Jimin.
"Jimin, sungguh. Aku tidak ada niatan untuk melecehkanmu. Semuanya murni karena aku ingin mendapatkan sebuah akhir."
Kata Jungkook, lirih.
"Akhir apa? Apa yang bisa kau akhiri dengan meniduriku? Kau bahkan merekamnya dan menyebarkannya. Kau anggap aku ini apa? Kenapa tidak kau lakukan perjanjian semacam ini dengan pelacur saja jika kau memang berniat melakukannya? Kenapa harus denganku?"
Cerocos Jimin, dia sudah tahu tentang semua kabar yang beredar luas dari para pelayan disini. Video itu jelas-jelas sudah berhasil membenarkan pemberitaan sebelumnya kalau dia memang datang untuk menjual tubuhnya demi menjadi kaya raya.
"Tapi Jimin, kita sudah sepakat. Aku sudah membayar semua biaya pengobatan ayahmu. Dan aku juga mengirimkan uang untuk ibumu."
Bela Jungkook.
"Ibuku tidak menggunakan uang darimu. Dia bahkan tidak mau kuhubungi lagi. Aku takut, Jungkook. Bagaimana jika ayahku sadar dan kemudian membaca semua pemberitaan bohong tentangku? Nantinya bukan hanya ibuku, ayahku juga pasti akan membenciku."
Jimin mengungkapkan semua yang menjadi beban pikirannya saat ini.
"Mereka orang tuamu, mereka akan percaya padamu setelah semua ini berakhir."
Ujar Jungkook, menyepelekan masalah Jimin.
"Katakan bagaimana semua ini akan berakhir?"
Jimin melemparkan sebuah tespek ke ranjang dekat dengan sofa yang Jimin duduki, lalu mata Jungkook membulat melihatnya.
"Tidak mungkin. Aku hanya tidur denganmu sekali."
"Aku sudah menduganya."
"Apa?"
"Kau tidak akan senang dengan ini. Tapi, anak ini adalah anakmu. Aku akan pergi jika memang kau tidak membutuhkanku lagi, tapi aku akan menyerahkan anak ini padamu. Kau kaya, kau pasti bisa mengurusnya."
Kata Jimin, dia tahu diri kalau Jungkook lebih daripada sekadar mampu untuk mengurus anaknya secara finansial.
"Aku tidak siap jadi ayah. Lagipula bukan ini yang kuharapkan dari hidupku. Aku ingin hidup bebas sendirian."
Ujar Jungkook, lalu Jimin menatapnya tidak percaya.
"Apa kau pikir kehadiran anak ini adalah yang kuharapkan? Bahkan tidur denganmu saja, aku tidak pernah mengharapkannya."
Kata Jimin, menatap sengit kearah Jungkook.
"Sudahlah, Jimin. Dia masih kecil, seharusnya mudah untuk menggugurkannya hanya dengan meminum obat."
Jungkook sebenarnya tidak tahu harus bersikap seperti apa dalam situasi seperti ini. Hanya saja, untuk sekarang dia sama sekali tidak ingin ambil pusing.
"Apa? Apa kau akan membunuh anakmu sendiri??"
Tanya Jimin, matanya berkaca-kaca. Dia sudah ingin menangis, tapi kata-kata Jungkook membuatnya marah.
![](https://img.wattpad.com/cover/190447390-288-k540564.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] SkandaL
Fiksi PenggemarDulu jungkook sangat berharap menjadi seorang idola, tapi setelah mendapatkan semuanya dia mulai bosan. Lalu dia bermain-main dengan hidup Jimin. Dan membuat skandal yang ternyata malah merubah seluruh kehidupannya.