***
Berkali-kali dirinya menyeka kasar air matanya yang terus turun membasahi wajah cantik yang tampak sembab. Berjalan dengan langkah pelan sedikit tertatih tanpa mau memperdulikan tatapan orang-orang yang memandangi dirinya dengan penuh tanda tanya.
Make up yang semrawutan dengan mata sembab yang terus mengeluarkan air mata. Langkah yang tertatih serta pakaian yang memiliki robek di beberapa bagian.
Jari telunjuk nya menekan angka 18 dengan gemetar. Suara bisik-bisik yang berada dari belakang membuat tubuh nya menegang antara sedih bercampur emosi.
"Eh, ini bukan si DJ yang janda itu kan ya? Baru pulang jam 7 pagi? Ckckck.."
"Enggak heran Mbak. Namanya juga DJ kan memang dunia malem"
"Duh.. mau hati-hati jaga suami nih kalau kayak gini"
"Ck, aku kasian deh jeng sama anaknya. Punya mama kayak gitu. Hih amit-amit." Sahut yang lain.
"Namanya aja bagus (Namakamu) Grahita Tiyasa, tapi kelakuannya? Amit-amit."
Yups benar, nama DJ yang dipaksa tidur bersama Iqbaal tadi malam adalah (Namakamu) Grahita Tiyasa.
(Namakamu) sebisa mungkin menahan emosinya, dan menulikan pendengarannya.
Ting
(Namakamu) bernapas lega dan ia melangkah lebih cepat sambil menahan rasa sakit baik di fisik maupun batin, dirinya keluar dari ruang yang berbentuk persegi yang mulai detik ini menjadi tempat sialan bagi dirinya.
Tangan kanan nya mengeluarkan kunci dari dalam tas selempang sebahu yang ia kenakan. Membuka pintu appartemen yang dengan semua nya bersifat normal, tidak mewah dan tidak kekurangan.
'Clek'
"Lucca... Mama pulang Nak"
Tak ada sautan. Matanya mengedar menatap penjuru ruangan. Sepi. Tangan nya bergerak mendorong dan menutup pintu lalu mengunci nya.
"Lo kenapa baru pulang?! Gue khawatir! Lucca nyariin Mama nya"
Lagi-lagi tangis nya pecah. Dengan sedikit menyeret kaki nya ia menabrakkan tubuhnya pada tubuh sahabat yang sudah seperti saudara baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choice
Чиклит"Bunda." Panggil Iqbaal pada seorang perempuan di depannya. Rike. "Kenapa Le?" "Bund, aku selama ini disuruh nikah kan sama bunda. Sekarang aku udah bawa calonnya bunda." Rike tersenyum, saat mendengar penuturan anak laki-lakinya. "Sama shasa kan na...