6 ⏹ Maafkan Saya ya?

1.9K 277 23
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

×××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

Hanggini berdecak kesal karena (Namakamu) masih terdiam.

"(Nam..)! Sadar dong lo! Lo jadi pusat perhatian disini!" Hanggini menyenggol tangan (Namakamu).

Benar apa yang dikatakan oleh Hanggini, saat ini dirinya di kelilingi oleh banyak orang. Tak jarang, mereka memotret ia dan Iqbaal.

Astaga, mau disimpen dimana ini wajah gue?! Batin (Namakamu), diiringi matanya yang terpejam sejenak.

"Saya butuh jawaban kamu, (Namakamu)." Ucap Iqbaal dengan suara bariton yang terdengar jelas di kedua telinganya.

Astaga, ia masih trauma untuk mendengar suaranya. Tetapi, ia juga merasa senang bisa bertemu kembali dengan pria ini.

"Je, lo bisa kan bawa pulang Lucca duluan? Ada hal yang harus gue urus sama cowo ini."

"Ha? Mau kemana lo? Apa engga sebaiknya dirumah aja selesainnya?"

(Namakamu) terdiam, apa yang diucapkan oleh Hanggini ada benarnya juga. Apartemennya lebih aman dari jangkauan orang-orang.

Hanggini mendekat, ia menepuk-nepuk pundak (Namakamu). "Udah, lo bawa balik aja dia. Biar gue sama Lucca jalan-jalan dulu disini."

"Je, serius lo ngga apa-apa jagain Lucca?"

Hanggini mengangguk seraya tersenyum, "ngga apa-apa. Asal lo harus cerita aja nanti di apart."

(Namakamu) merogoh tasnya kemudian memberikan kunci mobil pada Hanggini, "Je, telpon gue kalau ada apa-apa. Gue pulang duluan ya? Sorry."

"Iya, hati-hati ya (Nam..)."

(Namakamu) melihat Iqbaal yang masih menatap dirinya, ia pun segera menarik tangan--ralat, menarik baju bagian lengan-- Iqbaal.

"Lo, minta penggemar elo ini buat minggir. Kalau engga berhasil, jangan harap bisa ketemu lagi sama gue!" Ucap (Namakamu) dengan penuh ancaman.

Iqbaal mengangguk patuh, dan ia meminta orang-orang di sekelilingnya untuk memberinya jalan. Hampir semuanya patuh, namun tetap saja sisanya ada yang menyoraki, ada yang tetap diam di tempatnya, dan ada yang melempari (Namakamu) dengan popcorn.

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang