8 ⏹ Menerima

1.9K 263 20
                                    

×××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

×××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

Ting nung

Ting nung

Ting nung

Hanggini memejamkan matanya lalu memandang (Namakamu) sinis. "Gue lagi makan, tolong."

"Gue juga lagi makan Je." Balas (Namakamu) santai sembari memutar bola matanya malas.

"Siapa sih? Ganggu amat!"

"Gue nggak pernah minjem duit sama rentenir kok Je, tenang." celetuk (Namakamu).

Ting nung

Ting nung

Hanggini berdecak kesal ketika terus mendengar bel yang berbunyi, "iya-iya bentar!" Teriaknya dan membuka pintu.

Hanggini tersenyum canggung, "eh, idola."

Yaps, yang berdiri dihadapannya adalah Iqbaal, seorang laki-laki yang selalu diidolakan olehnya.

"Gue boleh masuk?" Tanya Iqbaal.

"Oh, eh boleh-boleh, silakan." Hanggini membuka lebar pintu dan melihat Iqbaal yang melangkah masuk.

Iqbaal tersenyum dan meletakkan paperbag yang dibawanya.

"Calon istri saya lagi makan apa?" Ucap Iqbaal memperhatikan (Namakamu) yang sedang menyantap makanan.

Hanggini memutar bola matanya, kesal. Bisa-bisanya Iqbaal bilang lo-gue padanya, sedangkan pada sahabatnya saya-kamu. Hft, dasar!

Sesekali (Namakamu) menyuapi Lucca yang duduk di booster seat yang tepat berada di sebelahnya.

"Mamamama.." gumam Lucca, dengan telaten (Namakamu) membantu membersihkan remah-remah di sekitar mulutnya.

Tubuh Iqbaal menegang ketika mendengar apa yang diucapkan oleh anak laki-laki itu pada (Namakamu).

Iqbaal menghilangkan pikiran yang tidak-tidak lalu mensejajarkan tubuhnya dengan anak laki-laki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang