7 ⏹ Terjadi

1.6K 277 29
                                        

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

×××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××

"(Namakamu) bagi softex dong." Tangan Hanggini terjulur pada (Namakamu) yang sedang menyuapi Lucca sarapan.

(Namakamu) menoleh, "Punya lo mana?"

"Keabisan. Ntar pulang kerja gue ganti. Udah cepet buruan mana softex nya." gemas Hanggini.

Seakan teringat sesuatu, wajah (Namakamu) mendadak pucat. Matanya memandang Hanggini bimbang.

"Kenapa sampe hari ini gue belom datang bulan Je?"

"Hah?!"

"Kalo di jadwal harus nya gue duluan terus disusul sama lo." (Namakamu) menggigit bibir bawahnya.

Hanggini terkekeh ringan, "jangan bercanda lo."

(Namakamu) meletakkan alat makan, dan menatap Hanggini serius. "Gue serius Je!"

"Lo hamil, (Nam..)."

Tubuh (Namakamu) kaku ketika mendengar ucapan Hanggini. Ya, ia telah telat selama satu bulan lebih. Apakah itu wajar?

(Namakamu) berusaha mengingat, ketika waktu itu Iqbaal memaksanya. Dan, ya, saat itu (Namakamu) baru selesai dari masa haidnya. Yang berarti?

Itu masa suburnya.

Seketika kedua matanya memanas, "Je, apa yang harus gue lakuin?" Tanyanya dengan pandangan kosong.

Hanggini menghampiri (Namakamu), dan menabrakkan tubuhnya.

"Je! Jawab gue!"

Hanggini mengusap punggung (Namakamu), "g-gue bingung (Nam..)."

"Je!" Pekik (Namakamu).

"Mamamama.." Suara Lucca memanggil (Namakamu) dengan kedua tangan yang berusaha menggapainya.

(Namakamu) memegang tangan Lucca, karena posisi mereka berhadapan.

"Mama ngga apa-apa sayang." Bisiknya disertai senyum simpul yang tentunya palsu.

"Lo harus bilang ke Iqbaal."

ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang