Malam ini semua canda, bahagia tumpah menjadi satu pada meja makan kecil, sekarang dilantai beralaskan keramik putih, ada kaki yang mulai berjalan, membawa piring-piring kotor untuk dia bersihkan, spons penuh busa mulai dia gosokan pada piring, air pun jatuh membersihkan. Katanya "Gapapa kan?"
Yang ditanya, rupanya sedang melamun, tatapan nya kosong, dia pikir, sedari tadi, Kinal memperhatikannya, ternyata tidak.
"Kinal.." kali ini dia mencipratkan air tepat pada wajah Kinal.
"Ish...Ve, apaan sih, basah kan."
"Lagian, bengong trus." Jawab nya, mematikan air kran, mengeringkan tangannya. Lalu dia duduk dihadapan Kinal yang berdiri, bersandar pada washtafel.
"Jadi gimana? Gapapa kan?" katanya mengulang.
"Ha? Gapapa apanya?"
Dia menghela nafasnya, pembicaraan di meja makan beberapa menit yang lalu ternyata tak Kinal dengar, malam ini dia berniat menitipkan Liu pada Kinal, karna dia ada kerjaan di luar kota sedangkan kedua orang tua nya tak bisa menjaga Liu karna berada di luar kota juga.
"Ohh Liu? Ya gapapa lah, kaya sama siapa aja Kamu." kata Kinal akhirnya sadar, senyum nya terurai melihat Veranda memandangnya jengah.
Berhubung besok adalah hari sabtu, dia memiliki waktu yang kosong, kehadiran Liu membuatnya senang, sekarang dia menarik kursi dihadapan Veranda, tatapannya menelisik serius. "Tenang aja Ve, Aku siap kalau cuma buat jaga Liu."
Veranda tersenyum tipis, mengangguk, ntah harus berterimaksih seperti apa lagi pada Kinal, keberadaanya benar-benar membantu, dia jadi bisa bekerja dengan tenang jika Liu dengan Kinal.
"Makasih Ya, Nal."
"Heem."
Liu sudah tertidur, waktu semakin larut, gorden yang tersingkap angin, lampu-lampu yang mulai padam, membuat rasa kantuk datang. Dia terus memperhatikan, guratan-guratan wajah nya yang tegas, selalu dia kagumi, ntah sampai kapan bersembunyi akan kata persahabatan, semua memang sudah tidak mungkin, dia tahu dia sudah tidak diharapkan jauh sebelum ini.
Dia harus tersenyum diatas luka-luka yang dia rasakan, andai dulu dia menerima, mungkin cerita tak akan seperti ini, mungkin sekarang Kinal tak susah payah menunggu Yona, mungkin sekarang dia lah yang di cintai.
Terkadang menyesal, tapi dia tak ingin terlalu larut akan itu, menyesal mengenai masa lalu sama saja dia menyesal memiliki Liu, dia tak ingin terus berfikir tentang dia yang tak bisa jujur pada Kinal dan dirinya sendiri.
Beruntung sampa detik ini, hubungannya dengan Kinal masih sangat baik, dia mengindahkan semua atas nama kebahagian, dia terus mencari seseorang untuk bisa menggantikan Yona dihati Kinal, walau pada nyatanya terasa siasia, lagi-lagi dia berandai, kalau semua bisa dia lakukan dengan mudah, mungkin dia akan berkata iya jika Kinal mau dia yang menggantikan Yona.
Reza. Salah satu lakilaki yang dia percaya untuk mendekati Kinal, dia sudah kenal lama dengan Reza, dia pikir, Reza bisa membuat Kinal bahagia, Reza orang yang baik menurutnya.
Banyak ketakutan yang berujung dengan rasa sakit, Kinal selalu saja datang dengan kenyamanan baru yang sudah dia rasakan sejak dulu. Dia tak yakin, Reza bisa menerobos dinding hati Kinal, walau Kinal terlihat menerimanya, tapi dia tak benar-benar melihat kebahagian pada Kinal.
Kalau suatu saat nanti Kinal bisa menerima Reza, hatinya sudah sangat siap, mencintai bukanlah tentang memiliki tetapi tentang memberikan yang terbaik untuk kebahagian yang di cintai.
Serumit apapun cinta yang dia rasakan, dia hanya memiliki satu tujuan. yaitu membahagiakan,
Kinal.