Part 7

1.1K 157 32
                                    

Sejak saat itu dia jadi takut jatuh cinta. Bukan karena trauma, bukan juga karena tak ingin lagi mengenal cinta. Hanya saja dia belum siap. Dia takut hatinya kembali kecewa, kembali terluka disaat dia merasa bahagia. Sebenarnya dia pun ingin kembali merajut cinta. Dia sudah tidak berharap kembali mengulang cerita bersama orang yang sama. Keinginan untuk kembali sudah tak lagi menjadi harapannya. Karna dia sadar jelas tak mungkin dia dan Yona kembali bersatu.

Kini dia sudah lekas menata hatinya. Tapi entah mengapa, dia belum berani untuk membuat sebuah komitmen baru. Seperti yang telah dia katakan waktu itu, bukan dia tak ingin jatuh cinta lagi, dia hanya masih belum siap akan kemungkinan yang bisa saja terjadi nanti. Dia hanya perlu waktu, waktu untuk meyakinkan perasaannya. apakah dia orang yang tepat untuk menjadi teman berbaginya.

Dia ingin Reza mengenalinya dulu, kenali dia dari sisi baik ataupun buruknya. Dia tidak ingin Reza, lantas kecewa lalu meninggalkannya seperti para pelaku cinta lainnya. Dia tidak bermaksud menyamakan Reza dengan semua yang pernah menyakitinya. Karna dia tau setiap orang itu berbeda.

Berhentilah berasumsi bahwa dia masih memikirkan cinta lama, atau mungkin berpikir dia trauma. Dia hanya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, tidak ingin mudah percaya. Ada yang harus Reza tahu, bahwa baginya masa lalu tidak lebih dari sebuah kenangan bisu. Dan trauma tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Dia hanya sedang berusaha menjaga hatinya, karna sampai detik ini belum ada yang benar-benar mampu dia percaya untuk bisa menjaganya.

Dan yang harus Reza pahami, Dia tidak ada niatan untuk menggantungkan perasaannya sama sekali. Jika dia memang bersungguh-sungguh dia pasti akan bersabar dan siap dengan kemungkinan apapun nanti. Tapi jika memang tidak, maka mundurlah dan hentikan sekarang karna dia tidak ingin terluka lebih dalam. Dia tidak akan memaksanya bertahan menunggu keputusanya. Seandainya dia tidak terima tidak masalah baginya. Karna sungguh dia hanya masih belum yakin pada perasaannya, apalagi untuk mempercayakan hatinya pada Reza.

"Inikan kopernya?" kata Kinal memecah suasana yang sedari tadi hening.

Reza mengangguk, suasana sangat tak enak ini terjadi saat Reza menanyakan tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka, mulut Kinal bungkam tak berbicara apapun, sampai Reza menyerah, dia mungkin sudah terbiasa, hatinya terus dipatahkan oleh Kinal, tapi sayangnya dia terus dan terus berdiri menunggu, dan percaya kalau suatu saat nanti Kinal bisa menerimanya.

Suasana bandara yang ramai malah terasa sepi oleh Reza, dia merasa gagal menembus dinding hati Kinal, terbuat dari apa pikir Reza, dia rasa dia sudah sangat bersungguh-sungguh pada Kinal.

Saat urusan koper sudah terselesaikan, Kinal pergi terlebih dulu, katanya ada urusan lain, tapi Reza lebih percaya kalau Kinal sedang menghindarinya.

Jika sudah tiba waktunya, mungki dia akan berhenti untuk menjalani semua yang telah dia perjuangkan, mungkin sudah sampai atau bahkan dia sudah lelah.

Dia terlihat lemas, kemeja abu-abu nya jadi berantakan, kepalanya dia taruh pada meja cafe yang dia tempati untuk menunggu.

"Haaa...."

Suara nafas yang belum teratur, membuat Reza menegakan kepalanya, disana wajah cantik Yona terlihat, Yona terlihat tak tenang, dengan mata yang terus melihat sekitar, bahkan gerakan tangannya terasa terburu-buru.

"Mana koper gw??" kata Yona

Reza masih memandang aneh, ada apa? Kata Reza dalam pikirannya, dia menunjuk koper milik Yona dengan pandangan mata. "Tuh.."

"Kenapa sih lo? Ngos-ngosan banget." akhirnya Reza bertanya akan kejanggalan yang dia liat. Tapi Yona tak menjawab, segera menarik kopernya.

"Udah deh cepet balik."

"Bused gw lagi pesen kopi."

"Udahlah ngopi dirumah aja."

"Lah ga!"

Pandangan mata Yona yang tajam, akan bantahan Reza, membuat Reza memberikan senyum takutnya. "Buru deh, muka udah kaya kertas kusut gini masih aja pede."
"Cepet!"

"Aelah iyaiya."






..
.
.





Hidup ini tidaklah mudah. Banyak hal yang terkadang sulit diterima dan sulit dipahami, terlebih urusan hati. Tak ada yang lebih mengikat selain tatapan dari nya. Awalnya dia memang ingin pergi bersama Reza, tapi dia harus mengunjungi sebuah gerai lukisnya yang sudah lama dia tinggalkan, alhasil dia baru bisa menyusul Reza yang akan mengambil kopernya.

Nomor Reza yang sulit dihubungi terpaksa membuatnya harus mencari dimana Reza, kesal tentu saja.

Kakinya melangkah cepat, dengan tangan yang terus menghubungi Reza, sudah hampir sore. Dia tak mau terlalu malam sampai Bogor.

Dari banyak nya kerumunan orang, matanya yang sedang memakai kacamata itu terpaksa harus membuka kacamatanya, dia memberikan gerakan gerakan kecil pada mata dengan tangannya. Mungkin ini hanya mimpi, atau mungkin dia sedang berhalusinasi? Ah tidak tidak, dia pun menggelengkan kepalanya, saat apa yang dia lihat semakin jelas, dia benar meyakini kalau apa yang dia lihat memang benar nyata.

"Kinal..."

Matanya mulai memanas, dia memundurkan langkahnya terus menjauhi sosok itu, hatinya terus berkata kalau ini tidak mungkin, dia berharap ini hanya sebuah mimpi untuknya. Sebuah adegan-adegan masa lalu, terputar otomatis dikepalanya, bayangan saat dia harus pergi meninggalkan Kinal. Wajah Kinal saat itu masih sangat dia ingat, bahkan saat Veranda datang menghampiri Kinal.

Ini adalah hal paling dia takutkan, pertemuan dengan Kinal tidak dia harapkan, bukan tidak ingin, dia hanya saja belum bisa untuk bertemu, perpisahaan itu banyak menciptakan sebuah kenangan, luka-luka dalam hatinya terasa masih sangat basah.

Sekarang tubuhnya benar-benar berlari tak tentu arah, yang ada dalam fikirannya pergi menjauh dari Kinal, dia tak siap kalau harus tau kalau Kinal membencinya atau Kinal sudah hidup bahagia bersama orang lain.

Dia tak habis fikir kalau hari ini akan melihat sosok Kinal, ntahlah harus bahagia atau bersedih, yang jelas dia benar-benar belum siap untuk segala kemungkinan yang terjadi jika dia harus bertemu Kinal.

Getaran dalam handphonenya cukup melegakan, Reza menghubunginya, memberitahu dimana dia.

Dia tak pernah menyesali sebuah masa lalunya bersama Kinal, hanya saja dia belum cukup pintar untuk menyikapi semua hal yang berhubungan dengan Kinal. Walau hatinya terus meneriaki sebuah kata rindu, tapi dia dengan keras meredam itu semua. Dia tak ingin terus mengikuti kata hatinya, dan kembali terluka dikemudian hari.




























Bersambung.







31/07/19
Masha

Dibalik Layar Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang