Jangan terlalu senang mempermainkan hati yang benar-benar jatuh cinta kepadamu. Karena suatu saat nanti setelah Ia memutuskan untuk pergi kamu akan menyesalkan hal itu.
DIBALIK LAYAR SEASON 3
The story between them is not over.
Part 6..
Kedua tangan nya menggengam erat gelas berisikan coklat hangat, udara dingin menusuk tulang membuat dia merapatkan tangannya, kaca yang berembun, kedipan mata nya yang mampu menghalau dingin nya malam ini, rasanya dia marah karena tak bisa menghentikan penyesalannya, Dia marah karena tak ada lagi yang membujuknya untuk tenang.
Dia menarik nafasnya sangat panjang, membuat seseorang di sampingnya semakin iba.
"Udah jam 11, masih mau disini?"
Dia dengan bibir pucatnya hanya tersenyum, menganggukan kepalanya sangat pelan.
"Kalau ngantuk, duluan aja." kata nya pada sang Asisten.
Sang Asisten yang bernama Nana, memilih tetap menemaninya, satu lenguhan halus terdengar lagi di telinga Nana. Cantik, mapan, baik, apalagi yang kurang dari sosok Veranda, seolah tak ada celah untuk menilai kekurangan seorang Veranda.
"Makin malem makin dingin ya Mba."
Nana setuju, menyesap minumannya. "Ga ada niatan ke kamar nih? Besok lo masih ada syuting loh Ve."
Veranda menoleh lagi, kali ini dia melihat jam di tangannya. Hampir tengah malam, sedangkan besok dia harus bangun pagi-pagi untuk menyelesaikan syutingnya.
"1jam lagi deh, Mba."
Nana mengiyakan saja, menyibukan diri dengan handphone nya, membiarkan Veranda dengan segala fikirannya. Dia berfikir bahwa saling mencintai tak selalu harus bersama, tapi nyatanya, perasaan itu sungguh menipunya dan sekarang dia hanya bisa berkhayal tentang rasa cinta yang dia berikan, dan apa yang Kinal berikan hanya sebuah perasaan yang yang tidak dapat disentuh.
Dia tak dapat mengerti dan memahami arti dari cinta, karena saat ini dia tidak dapat bersama dengan orang yang dia cintai.
Harapan nya untuk tetap menunggu, seperti gedung pencakar langit yang tak mampu menembus indahnya awan. Padahal dia sadar, bahwa dia sedang menunggu sesuatu yang tak pasti dan tak akan tergapai.
...
.
.Meninggalkan Liu untuk bekerja bukan hal yang mudah, dia selalu tak tega ketika Liu harus di titipkan terlebih dengan Kinal, dia tak enak hati harus merepotkan Kinal.
Matahari seolah membangunkan nya, memaksa dia membuka mata, otot-otot yang terasa pegal dia regangkan, tubuhnya hampir remuk, karna syuting tiga hari berturut-turur dari pagi hingga malam.
Siang tadi dia baru saja sampai Jakarta, lalu mengistirahatkan diri sebelum harus membuka lagi mata untuk menjemput Liu yang sekarang masih di apartemant Kinal.
Sekarang dia sudah berada dipintu apartemant Kinal, satu kali tekan pada bel pintu itu, wajah Kinal sudah bisa dia lihat, selalu tersenyum hangat, membawa tubuhnya masuk dengan sedikit pelukan yang selalu dia rindukan.
"Liu mana?"
Kinal yang baru saja selesai menyiapkan minum untuknya, berjalan mendekat, memberikan segelas air dingin untuk menyegarkan tenggorokan karna Jakarta yang panas.
"Tidur, mungkin dia cape baru pulang sekolah."
"Kamu ga kerja?"
"Udah pulang.".
Dahi Veranda tak percaya. "Pulang?" kata Ve bertanya, wajah nya yang serius mampu membuat Kinal mengalah, berbicara sebenarnya.
"Yaa, Aku cuti." Kinal berjalan sedikit menjauh, menjauhi wajah Veranda yang membuatnya gelagapan tak bisa menjawab.
"Bolos?"
Suara pintu kulkas yang baru saja, Kinal tutup memadamkan lampu yang tadi terlihat. "Cuti, Veranda."
Kejadian selanjutnya, sudah bisa Kinal tebak, wajah Veranda akan memurung, ketika mengetahui Kinal harus tak masuk kerja hanya karna untuk menemani Liu, Ve selalu merasa hidupnya merepotkan Kinal trus.
"Hmm... Maap yah gara-gara Aku, Kam-"
"Mulai deh. Lagian cuma sehari ini aja."
"Hm iya."
Suasana menghening, terdengar alunan alunan musik yang Kinal nyalakan mengisi ruangan yang hanya ada dia dan Veranda, dia mendekat, memberikan air mineral untuk Veranda. Ketika penyesalan berawal dari kesalahan, akan ada masanya dimana kebenaran yang akan membunuh penyesalan dengan perlahan, dari sudut matanya dia bisa melihat Kinal yang sekarang terus melihat jam pada tangannya. Terlihat sedang menunggu, tapi ntah menunggu apa.
"Ehm..Ve, Kamu disini sampe Liu bangun kan?"
"Yaa, kenapa?"
"Aku mau pergi, gapapa kan kalau Aku tinggal?"
"Kemana?" kata Ve.
"Kekantor, harus ada yang diurus, sama Reza juga kok."
"Reza?"
"Heem"
Veranda hanya mengangguk, tak menanyakan apa-apa lagi pada Kinal.
Kinal sebenarnya tak enak harus meninggalkan Veranda sendiri, tapi dia juga sudah kepalang janji pada Reza.
"Yaudah kalau gitu, Aku pergi dulu ya." Kinal pergi, menciptakan seutai senyum pada Veranda yang menyembunyikan banyak kecemburuannya terhadap Reza.
Seharusnya penyesalan dilakukan secara singkat saja, selanjutnya dia harus bangun, cari cinta yang tak akan membuatnya menyesal.
Bersambung.
28/07/19
MashaMsh ada yg baca?:))