Part 5

1.1K 172 40
                                    

Kadang keheningan seperti berbicara kepadamu. Mengkritikmu, menyalahkanmu, bahkan menusukmu.
Ketika Ia berhasil membunuh, apa yang bisa kau lakukan?
Kau hanya bisa mendendam dengan gila.

Dibalik Layar Season 3
The story between them is not over, Part 5.


                                .....


Hembusan nafas, Ia keluarkan perlahan, matanya menatap Liu yang sekarang memejamkan mata, tertidur. Sudah sore, pertemuan nya dengan Reza tidak berjalan semestinya, Reza mendadak pergi, dia tak bertanya apa-apa, Reza hanya mengatakan kalau keadaan begitu mengancam jiwanya.

Ntahlah dia tak ingin memikirkan bagaimana Reza sekarang.

Dalam deras arus waktu yang menggempur.
Di antara mobil yang berjajar tak beraturan seolah memakan penuh isi kota.
Bongkahan masa lalu itu datang lagi, mulai mengusik. Hanya sedikit harapan tersisa, tertulis dari musim gugur, lalu mengering karna hentakan hati yang tak mau lagi terinjak-injak oleh harapan.

Dia si penyuka duka kehidupan, selalu mengatakan jangan gentar.
Bukankah semenanjung harapan luas terhampar?
Bukankah kepakan sayap harapan itu menenangkan?
Lalu dia tertawa dengan mata yang basah oleh cinta.

Suara-suara mesin kendaran semakin membuatnya pening, dia menyeka ujung mata nya, sekarang mulai  menyadarkan diri, tak ingin terlalu hanyut akan kisah cinta rumitnya, rambut Liu yang halus mulai dia sentuh, mata Liu yang terpejam membuat dia terlihat tenang.

Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, keadaan Jakarta benar-benar padat. Tapi dia bersyukur dia tak membawa mobil, mungkin jika dia menyetir sendiri dia akan frustasi karna jalanan yang macet.

Karna lelah, udara dingin yang dihasilkan dari ac mobil membuat rasa ngantuknya datang, sudah lebih dari satu kali dia menguap, mata nya masih mengamati jalanan yang dia harap akan segera lenggang, tapi pada nyata nya, mobil tetap diam tak bergerak.

Baru saja mata nya ingin terpejam, getaran dari handphone, membangunkan nya lagi.

Drrrt....drtt......drt......

"Halo"



.
..
.




Angin diluar yang dingin nyatanya tak membuat suasana diruangan ini sejuk, dia yang diam, matanya menatap tajam menelisik, dia masih sangat mengingat, betapa dulu dia benar membuka hatinya, meyakini bahwa laki-laki di hadapan nya ini tidak akan pernah mengecewakannya.
Dia yakin bahwa laki-laki ini benar-benar mencintainya.

Dia sangat ingin mengalahkan suara-suara yang berbisik bahwa dia tak mencintai laki-laki ini, dia tak pernah membutuhkannya.
Tapi ada begitu banyak rasa yang dia sangat inginkan dari sosok laki-laki yang sekarang hanya diam tak berkutik. Orang tua nya sangat memepercayai laki laki ini, pada awalnya dia hanya ingin melihat orang tua nya bahagia, dia mengikuti semua alur kehidupan, dia mulai menerima mungkin memang semua sudah takdirnya harus begini.

Namun ada yang aneh dengan hatinya,
Entah mengapa begitu sulit diajak untuk percaya bahwa laki-laki ini adalah orang yang akan membahagiakannya.
Begitu sulit untuk diyakinkan bahwa laki-laki ini adalah orang yang dia cintai.

Lalu pada suatu hari, laki-laki ini mengecewakannya, lantas dia merasa kalau ini memang sudah cukup, dia mengaku kalah.
Dia menyerah pada sang hati, dan dia tak boleh egois.
Tak ada salahnya dia berdamai dengan hatinya, mengikuti kata-katanya, bahwa lelaki itu bukan orangnya. Dan pada dasar nya dia memang tak pernah mencintai laki-laki ini, kepercayaan yang dia berikan pun di hancurkan begitu saja.

"Udah kan? Apa lagi?" kata nya mulai memecah suasana.

Atahara yang sekarang duduk di hadapan Yona, selalu saja dibuat mati kutu, kenapa saat Yona mengeluarkan suaranya, rasanya semua seperti sulit untuk dibicarakan, nada-nada tajam yang Yona keluarkan, membuat Athara hanya bisa diam.

Tangan yang dirapatkan, mata tegas nya sangat berhati-hati menatap Yona. Kata Athara. "Hm Yon, apa gak ada kesempatan kedua buat Aku?"

Sebenarnya ini pertanyaan yang cukup membosankan untuk Yona dengar, dan mungkin Athara pun sudah tahu akan jawaban yang Yona berikan.

"Kesempatan?" kata Yona, alisnya terangkat, menatap remeh, Atha di matanya sungguh bukan apa-apa lagi.
"Kesempatan Kamu udah habis dari 4 tahun yang lalu!" ucap Yona lagi penuh  penekaan, lalu dia berdiri hendak pergi.

"Masih banyak urusan yang harus Aku urus, permisi!"

Atha dengan sigap, menggengam pergelangan tangan Yona, menghalangi Yona pergi. "Yon.."

"Apa lagi?!"

"Biar Aku anter kebandara nya."

"Makasih, ga perlu!" jawab Yona sembari melepaskan tangan Atha dari pergelangan tangannya.

Waktu terus bergulir dari sore menuju malam, dengan wajah tertekuk dia menutup pintu mobil sangat keras, suaranya hampir saja membuat jantung Reza terlepas. Sekarang dia sudah duduk disamping Reza, Reza tak brani menanyakan apapun pada Yona, ketika Yona berada dalam mood jeleknya lebih baik diam dari pada menjadi bahan pelampiasan kemarahanya begitu kata Reza.

"Nunggu apalagi sih, Za?!"

Reza segera mungkin menyalakan mesin mobil nya. "Eh iya iya Yon.. Ini jalan."

Sekarang Yona benar-benar memilih diam, tak ingin bersuara apalagi bercerita pada Reza. Dia tidak mengerti kenapa Athara sampai sekarang masih mengejarnya, dia tak tahu apa yang sebenarnya Athara inginkan, rasa dalam hatinya kian campur aduk, padahal dia sedang mencoba untuk berdamai dengan segala cerita masa lalu. Dia mencoba memberanikan diri, karena dia tidak ingin terbelenggu oleh rasa bersalah.

Bersalah pada Kinal yang mungkin sekarang berfikir kalau dia mencintai Athara.

Hidupnya seolah dihantui bayang-bayang masa lalu, ingin rasanya menceritakan apa yang sudah dia lewati. Segala keputusan yang dia miliki dengan sikap tertutupnya, hanya dia yang tahu. Sakit hati nya pun hanya dia yang tahu.

Saat dia sedang melamun terus merancau tentang masa lalu, suara keras dari Reza membuat dia menoleh, ternyata sedari tadi mobil tak bergerak, bahkan Reza sudah berada di luar dengan mesin mobil yang berasap. Dia terkejut, segera keluar menyusul Reza.

"Kenapa Za, mobilnya?"

Reza masih mengamati mesin mobil yang mengepulkan asap, dia berkacak pinggang bingung, padahal mobilnya sering dia rawat, kenapa bisa mogok di tengah jalan seperti ini begitu pikir Reza. "Ga tau nih, kaya nya ada yang kebakar, gw ga ngerti."

"Bengkel kira-kira ada yang deket ga?"

"Bengkel masih jauh." jawab Reza sembari memperlihatkan maps nya pada Yona.

Yona jadi ikut bingung, dia ikut berfikir bagaimana caranya dia sampai ke bandara.
"Ehm... Kalau ga gini aja deh, gw telponin mobil derek buat angkut mobil lo."

"Trus koper lo gmana??" Tanya Reza pada Yona, Yona masih memegang dagu nya, mengetuknya pelan.

"Gw bisa naik taksi ke bandara sih."

Jawaban Yona tak disetujui Reza. "Ga lah, ini udah mau malem."

Setelah itu Reza mengeluarkan handphone nya, mengingat sesuatu. "Tunggu deh, gw punya temen yang kerja di bandara, kali dia bisa bantu."

Yona hanya mengangguk, menunggu Reza yang sekarang sedikit menjauh dari Yona.

"Halo.. Nal, Kamu dimana?"


























































Bersambung





28/06/19
Masha


Tadi nya mau bilang makasih 1k nya tp skrng udah 2k hehe ydh makasih ya luv, slow update ya, sibuk. (dibaca mager)

Dibalik Layar Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang