Part 4

1.1K 149 59
                                    

Sudah bosan rasanya dia mengucapkan tempat ini luar biasa, benar-benar surganya Indonesia atau sekedar berteriak keren. Begitulah adanya, pulau yang berhasil memanjakannya, memberi ketenangan.

Cuaca tropis sempurna yang menghangatkan kulit hingga berwarna coklat, pelukan ramah dari penduduk lokal dengan warna-warni pakaian adat dan rambut yang digulung, serta bule-bule dengan celana pendek dan kaos singlet lengkap dengan aneka tato.

Matanya terpejam merasakan pahitnya minuman itu, disambut gelak tawa dari beberapa orang, walau sekarang umurnya sudah menginjak 35 tahun, tapi dia selalu terlihat awet muda, tubuh mungilnya, rambut sebahu nya yang akan terus dipotong jika dirasa panjang sedikit.

Menjadi seorang guru diSekolah Dasar di Sanggar Seni rupa pengalaman yang sangat berharga untuknya, tak pernah terbesit, kalau pada akhirnya dia mengikuti jejak kedua orang tua nya. Menjadi guru bukanlah sebuah profesi yang dia tetapkan, ini hanya sebuah pengabdian nya untuk Indonesia. Dengan suka rela dia mengajarkan anak-anak tanpa rasa lelah, dia yang suka anak kecil selalu mendapat hal positiv jika bertemu dengan anak kecil, semangat nya selalu terpacu kembali.

Tak terasa empat tahun sudah dia berada disini, matanya yang awalnya terpejam, kini harus terbuka, tertidur setengah jam di Pantai Dreamland membuat kulitnya semakin eksotis. Matahari semakin terik saja, padahal jam masih menunjukan pukul 10 pagi, sedari pagi dia sudah berada disini, hanya sedang mengenang hal-hal yang sudah dia lakukan disini, hingga tak terasa waktu sudah siang.

Dalam pikirannya selalu saja terbesit dan terucap dalam hati, ketika dia hendak meninggalkan Bali.

Aku akan kembali.

Dia sekarang terduduk, berjalan kepinggir pantai, dengan segera ombak membawa air untuk menghantam kaki nya, dia membungkukan badannya, mengambil air laut pada gengamannya, air itu dia lepaskan, lantas senyumnya terukir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia sekarang terduduk, berjalan kepinggir pantai, dengan segera ombak membawa air untuk menghantam kaki nya, dia membungkukan badannya, mengambil air laut pada gengamannya, air itu dia lepaskan, lantas senyumnya terukir. Suara-suara ombak yang bergemuruh, angin yang seolah tak mau kalah, membuat dia benar-benar enggan pergi dari sini.

Bali, menjadi tempat pelarian nya dari segala kesakitan kesakitan yang dia rasa, tak mudah, melewati sebuah kerikil kehidupan yang membuat dia jatuh berkali-kali.

Cinta selalu saja membuat hidup seseorang terpuruk. Terlebih mereka yang saling mencintai tapi tak pernah bisa bersatu.

Besok, dia harus kembali pada Jakarta, menyerahkan dirinya sendiri pada sanga altar jagat raya, dia berharap semua tak akan kembali, memori-memori menyakitkan belum apa-apa sudah mulai bermunculan. Dia membiarkan angin membawa rambutnya berterbangan, matanya menelisik, menelaah apa yang sedang dia fikirkan.

Mungkin ini yang dinamakan sebuah rasa rindu yang memaksa mengulik. Ya, dia tak pernah ingin membohongi dirinya sendiri, dia memang sangat merindukan sosok Kinal. Pertemuan terakhirnya bukan hal yang baik, dia berfikir apa sekarang Kinal membencinya? menganggap nya jahat karna telah menghianatinya.

Dibalik Layar Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang