A

596 82 2
                                    

Memandangmu...
Bak siluet di batas cakrawala.

_

|[iv]|

Dia si anak komite perpustakaan. Ketua lebih tepatnya. Hobinya merangkai sajak, kesukaannya membaca sastra, kebiasaanya bermain kata. Perpustakaan adalah tempat bernaung; di balik meja administrasi, duduk menekuk lutut sambil memutar imajinasi sembari membayangkan sang inspirasi.

Jang Wonyoung, orangnya. Inspirator dari tiap kalimat yang ditorehkan seorang Minjoo. Dua tahun lebih muda, dengan tubuh tinggi semampai dan rambut hitam panjang tergerai. Siswi jurusan ilmu eksakta yang doyan keluar masuk ruang buku.

Hari ini seperti biasa Jang Wonyoung pasti datang ke perpustakaan di jam istirahat, niatnya mengisi waktu kosong dengan mengerjakan tugas laporan praktikum, kebiasaan yang sudah dihafal oleh Minjoo.

Sekarang Minjoo di posisinya sudah siap menanti kedatangan sang idola.

Lima menit. Sepuluh menit berlalu.

Nampaknya gadis itu agak terlambat dari biasanya. Minjoo sudah mulai gusar dan bosan, wajahnya bahkan terlihat masam. Padahal ia sedang melayani beberapa pengunjung di sana.

Yang datang untuk menetap tak banyak, tapi yang datang hanya sakadar melihat-lihat, meminjam, dan berurusan perihal perpanjangan buku lebih banyak.

Seperti biasa. Perpustakaan minim peminat. Sedih.

"Mungkinkah dia tak datang?" Tiba-tiba saja semangatnya memudar. Kepalanya ditidurkan di atas meja.

Hitomi di lain tempat yang masih sibuk dengan buku-bukunya hanya memperhatikan Minjoo dengan kekehan kecil.

"Daripada kau berleha-leha, lebih baik bantu aku menyusun buku-buku ini."

"Kau saja, aku lelah."

"Yak! Kerjamu sejak tadi hanya duduk, menulis, merobek, mencoret saja. Itu kau bilang lelah?"

"Berpikir juga menguras tenaga, Hiichan."

"..."

Hitomi terbungkam. Tak bisa membalas Minjoo, sebab benar yang dikatakan.

Minjoo beranjak dari posisinya. Ia melantai dan mendekam di balik meja administrasi, lalu mengeluarkan pusaka berharganya dan sebentar lagi siap berperang dengan kata-kata.

Kau bak Violet yang bergerak...

Ah! Jangan! Tulisannya dicoret.

Bahkan Edelweis tak lebih indah dari rupamu.

Kertasnya disobek, lalu diremuk, dan dibuang asal.

Selembar, dua lembar, tiga lembar... tidak tahu kini lembar keberapa yang dirobek olehnya. Seketika hilang kosakata dalam pikirannya. Mulai frustasi, kepalanya dibenamkan di atas lutut.

"Ya Tuhan. Sulit sekali."

Cukup lama di posisi itu, mungkin ia tak sadar sempat tertidur kalau saja Hitomi tak datang dan menepuk pundaknya. Membisikan sesuatu yang membangkitkan semangat.

"Ada Jang Wonyoung di depan" Begitu ujar Hitomi. Minjoo melek seketika, tak dipungkiri senyumnya langsung melebar.

"Dia lagi cari buku Anatomi--"

Ah. Benar, pasti selalu pinjam buku kalau berkunjung. Kali ini buku sains lagi ya. Seperti biasa, anak teladan. Tiba-tiba saja Minjoo merasa bangga sendiri, padahal bukan siapa-siapa. Buru-buru dia beranjak meningkalkan Hitomi dan berjalan menghampiri si adik kelas.

S  A J A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang