K

486 70 4
                                    

Manikmu...
Geramkan detak nadi ini.

_
|[xvi]|

Satu gelengan menjadi jawaban dari pertanyaan Ahn Yujin, setibanya ia di depan meja administrasi; mendapati si gadis berkacamata sedang membenamkan wajah di atas meja, jemarinya mengetuk-ngetuk bosan, sambil bergumam di sela kegusarannya. Kemudian menghela napas.

"Kak..." Yujin memiringkan kepala, berusaha mensejajarkan pandangan dengan si kakak kelas; memastikan apakah gadis di depannya itu baik-baik saja.

Hitomi datang menepuk pundak, mengisyaratkan untuk tidak perlu repot-repot menggubris seorang Kim Minjoo, yang memang sudah menjadi kebiasaan duduk dengan aura bosannya saat yang dinantikan tak kunjung datang.

Yujin hanya mengangguk sekali, seakan paham dengan isyarat itu. Ia lalu berjalan mengekori Hitomi yang melenggang ke deretan rak ilmu sejarah sambil menenteng beberapa buku. Niatnya mau mengurutkan kode buku internasional, dan Yujin sedang membantunya.

"Sejak kapan kalian jadi akrab begitu?"

Minjoo menegakkan tubuh dengan malas, lalu memutar kursi ke arah dua orang yang kini menoleh padanya. Sejenak saling pandang untuk memutuskan siapa yang akan memberi penjelasan tentang pertanyaan Minjoo ini.

"Terjadi begitu saja..." Hitomi yang menjawab.

Sesungguhnya tidak benar-benar tejadi begitu saja. Sejak insiden Hitomi tak sengaja menabrak Yujin tempo hari, entah kenapa ia jadi hafal dengan wajah khas si adik kelas yang punya lesung pipi itu; mereka jadi sering berpapasan di koridor, iseng saling menyapa dan tanpa sadar keduanya malah banyak berbincang.

Apalagi saat Yujin datang dan menyodorkan majalah masakan edisi lama yang memang sering dibawa Hitomi untuk menambah koleksi buku di perpustakaan. Disitulah Hitomi tahu kalau mereka punya hobi yang sama. Tentu kalian tahu apa yang terjadi ketika dua orang punya kesukaan yang sama saling bertemu?

Beginilah jadinya...

"Kak, soal edisi minggu ini...mau masak di rumahku?" Ahn Yujin menawarkan, tentu matanya masih fokus pada jejeran buku yang tersusun acak.

"Boleh!" Jawab Hitomi antusias.

Minjoo di tempatnya memandang kesal dua orang yang asik sendiri, hingga lupa akan kehadirannya. Ah! Ia mendesah kesal, dirinya juga malas sepanjang hari ini, rasa tak bertenaga. Sebenarnya sedang libur, tapi nekat datang dan seenaknya menukar jadwal jaga dengan pustakawan lainnya. Apa lagi motifnya kalau bukan ingin berjumpa dengan Jang Wonyoung.

Sudah dijelaskan pada pengumuman sabtu lalu; senin hingga rabu pembelajaran ditiadakan karena para guru ada rapat, tapi kegiatan di perpustakaan tidak berlaku; terkhusus di sekolah ini, ruang buku akan tetap buka meski di hari libur --hanya sampai pukul 5 sore.

Tujuannya agar literasi membaca tidak memudar dan membuka kesempatan bagi para siswa untuk leluasa menggunakan waktu baca demi menghindari kegiatan tak bermanfaat.

Lagipula, anggota komunitas perpustakaan lumayan cukup untuk bertukar tugas jaga.

Dan di sinilah mereka sekarang, dengan pakaian bebas pantas sibuk lalu lalang mengurus perihal buku dan arsip-arsip; di sana juga ada segelintir siswa lainnya yang asik membunuh waktu dengan membaca, mengerjakan tugas, berdiskusi ringan dan memilih-milih buku.

Hanya Kim Minjoo yang sejak pagi gusar sendiri menanti kedatangan Wonyoung. Biasanya si murid teladan itu akan rutin datang ke ruang buku meski sedang libur, dan lagi orangnya suka menempati urutan pertama dalam daftar pengunjung. Tapi sampai lewat jam makan siang begini, gadis itu tak kunjung tiba, sudah dihubungi Minjoo tapi tak ada balasan.

S  A J A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang