||[E P I L O G]||
|-|
Cinta adalah ketika dia tidak memperdulikanmu, dan kamu masih menunggunya dengan setia.
-- Khalil Gibran
|-|
[]
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir
_______
.Ahn Yujin menatap kosong pekarangan rumahnya, padahal tangannya sibuk bergerak bebas dengan selang dalam genggaman, membasahi dedaunan dan bunga macam jenis di sana. Tapi pikirannya ada di lain tempat, sedang memikirkan dan mengkhawatirkan seseorang, yang sekarang sedang terbaring lelap di dalam ruang buku -- atas sofa-- berbalutkan selimut.
Memorinya terus saja mengulang kejadian tak mengenakkan semalam, saat setelah dirinya melakukan cek up rutin yang biasa dilakukan tiap sebulan sekali --karena memang akhir-akhir ini gadis itu mengalami gangguan pada pengelihatannya.
Malam itu, ketika hendak pulang, didapatinya sosok terlihat seusia sedang melantai di sudut koridor, posturnya nampak tak bagus; kepala tertunduk lalu tangan satu mencengkram handrail pada dinding koridor, dan tangan satu lagi mencengkram kain pakaian bagian perut.
Seakan sedang menekan rasa sakit.
Yujin menghampiri ingin pastikan apa orang itu baik-baik saja. Wajahnya tak jelas nampak sebab terhalang surai panjang, tapi dilihat dari pakaiannya pasti orang itu adalah salah satu pasien di tempat ini. Agak terkejut juga, karena bagaimana bisa orang itu sampai di koridor ini, padahal ruang rawat bertempat di lantai dua, sedang ini lantai satu yang memang jadi tempat administrasi, obat-obatan, ruang dokter dan pasient yang hanya sebentar datang namun tak dirawat inap.
Gadis jangkung itu makin mendekat, ringisan terdengar disertai erangan kecil. Sosok itu hendak bangkit perlahan, menggenggam kuat kayu panjang yang menempel di dinding sebagai alat bantu menopang tubuh, karena kakinya lemas agak sukar berdiri.
Ia mempercepat langkah, niat menangkap kalau-kalau orang itu gagal menegakkan tubuh dan kembali tumbang. Sekitar tinggal tiga meter jarak mereka, terbelalak ia tatkala orang itu mengangkat wajah sambil memegang kepala, menampilkan muka pucat penuh peluh serta cairan merah mengalir di salah satu lubang hidungnya.
Sedetik Yujin bergeming. Kaget--
Brak!
"Jang Wonyoung!"
Orang itu jatuh, didetik kemudian Yujin berseru sambil mengguncang tubuh itu, memangku kepala si gadis dan menepuk-nepuk pelan pipinya, mencoba membangunkan.
Nihil.
"Tolong!!!" Ia mengedarkan pandangan ke sekitar, sepi tak nampak lalu lalang orang karena memang sudah mau jam tutup.
"Tolong!!" Lagi ia berteriak. Mulai matanya berair saat darah itu makin bertambah banyaknya.
Ya Tuhan!
Tidak lama kemudian terdengar hentakan kaki nyaring sedang mendekat dari arah berlawanan. Seorang pria berjas putih berlari, diikuti dua orang lainnya di belakang; seorangnya wanita dan seorang lagi lelaki muda usia remaja.
"Astaga, Wonyoung!" Si wanita menangis usai tiba di dekat Yujin dan gadis yang diserukannya.
"Bagaimana bisa dia sampai ke sini?" Pria berjas putih bertanya. Yujin hanya menggeleng gemetar, sebab ia nyaris menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
S A J A K
PoetrySebuah sajak; penghubung yang mempertemukan seorang Kim Minjoo, si komite perpustakaan yang murah senyum namun tak banyak bicara; dengan seorang Jang Wonyoung, si murid teladan yang banyak penggemar namun dingin. ==== "Dia adalah 'Khalil Gibran', si...