'Sial, kenapa harus ujan si!'
Itu Sara. Yang sedang berdiri didepan kelas dengan terpaksa karna hujan datang di saat yang tidak tepat. Maksudnya, disaat bel pulang berbunyi.
Sara mengutuk dalam hati. Mana pernah dia membawa payung. Yah, walaupun dia tahu akan hujan, sepertinya dia tetap saja malas membawa payung. Jangankan payung, tas saja slalu terlihat ringan. Sampai-sampai beberapa temannya suka menanyakan, "Lo niat sekolah gk si? Tas kok enteng bener, gak keliatan ada isinya!"
Jackpot
Sara menyeringai, dengan tatapan mata terarah pada koridor sekolah yang terdapat kakak kelas yang slalu dia ganggu sedang berdiri sambil membuka payung. Sara berlari, menghampiri Jordan.
"Eh, Kak Jordan. Kebetulan banget, whehe." Sara nyengir.
Jordan menoleh, "Nggak ada numpang-numpangan." ucapnya datar seketika.
Wajah Sara seketika datar, 'Anjir. Tau aja bambang, gue mau nebeng!' batin Sara kesal.
Raut wajah Sara berubah, menjadi wajah melas.
"Kak, Sara nebeng si. Ih pelit banget. Jangan pelit-pelit, nanti kuburannya sempit."
Jordan mendelik sinis, Sara mengernyit. "Ha? Apa?" tanya Sara.
"Lu nyumpahin gua cepet mati?" Mata Jordan seketika berubah, menatap tajam Sara yang sekarang sedang melotot.
"EH? ASTAGHFIRULLAH. MANA ADA SARA BEGITU." Sara melotot. Sambil mengelus dada.
"Bodo." Jordan pergi, membawa payung yang dia punya sekaligus membawa harapan Sara yang ingin menebeng payung juga. Sara meratap, menatap punggung Jordan melas.
Lalu sedetik kemudian dia merubah tatapannya menjadi tatapan tajam, sinis, dan menusuk.
'AWAS AJA LU YA JORDAN BAPET. GUE SUMPAHIN LO NGINJEK TAIK KUCING 5X SEHARI DALAM SEBULAN. MAMPUS AJA LU MAMPUS, TAE.' Maki Sara dalam hati, kemudian berlari menerobos hujan dengan Tas diletakkan menutupi kepala.