CHAPTER 8

3.3K 336 84
                                    

"Heh bangun yul bangun" kata prilly menepuk keras pipi arra.

"Ish mom sakit gak ada lembut lembut nya deh" kata arra sambil mengucek matanya.

"Kamu tuh ya ra bener bener bikin seorang prilly si manusia terimut sejagat raya ini" katanya.

Arra memandang ibunya sinis "cih apanya yang bikin malu coba"

"Dibully malah nganga nungguin apa kamu? Nungguin ada yang bela?!.. Arra dengerin mommy hidup ini kejam ra jadi kamu kalo gak mau ditindas ya harus kejam kayak mommy dulu, gak ada tuh yang berani ngusik seorang prilly dan perlu kamu tau gak ada sejarahnya keturunan seorang prilly nangisin cowok apalagi ngarep sama cowok ngerti?!"

"Tapi mom..."

"Kamu udah jatuh hmm? Perjuangin tanpa harus mengemis" kata prilly kemudian keluar dari mobil meninggalkan arra.

"Mommy bener ditangisin juga gak guna gak ngasilin duit ini kok" katanya kemudian ikut turun dari mobil menyusul mommynya.

😒Gak ada temen😒

Arra menyusuri koridor sekolah dengan langkah santai banyak murid murid yang berlalu lalang disekitarnya.

Arra menghentikan langkahnya ketika seseorang berdiri didepannya.
"Mau apa?" tanya arra.

"Kita perlu bicara"

"Gue gak mau"

"Dan aku gak peduli" kemudian laki laki itu menyeret arra kearah rooftop sedangka arra terus meronta, karna merasa kesal laki laki itu langsung mengangkat arra membawanya seperti karung beras.

Banyak bisik bisik dari murid disekitarnya namun laki laki itu tak peduli.

"MAU LO APA SIH?!" bentak arra ketika mereka sampai di rooftop.

"Kamu"

"Dasar gila"

"IYA AKU GILA KARNA KAMU SADAR GAK?"

"Amar lo udah punya tunangan dan dia juga seorang putro jadi jauhin gue karna gue gak mau di cap sebagai pelakor" kata arra.

"Tha kamu salah paham"

Arra menatap amar sinis "salah paham? Dimana letak salah pahamnya?"

Amar bungkam

"Gak bisa jawab kan bullshit dasar" kata anya melangkah pergi namun dengan cepat amar melingkarkan tangannya diperut arra.

"Aku bisa jelasin tha" lirihnya.

Arra menghela nafas kemudian mengangguk "jelasin" katanya.

"Dia cucu dari sahabat oma aku kita gak tunangan ataupun ada hubungan apapun aku cuma nganterin dia karna perintah oma" jelasnya.

"Oh iya? Trus kenapa kamu diem pas gue dibully?"

"Aku..."

Arra melepaskan pelukan amar dengan kasar "berhenti berpura pura mar gue tau lo ada hubungan sama cewek kemaren"

"Aku.."

"Jujur!"

"Aku dijodohin sama dia" kata amar.

"Oh hahaha yaudah jauhin gue" kata arra datar.

"Kamu gak bisa lepas dari aku agatha" amar menatap arra tajam ada sedikit rasa takut dibenak arra namun gadis itu mencoba menutupinya.

"Dan kamu bukan siapa siapa aku amar jadi stop sok ngatur urusan aku" arra tersentak dengan perkataannya aku-kamu? Bukan arra sekali sungguh sangat alay.

Amar menggeram kemudian mencengkram lengan arra "kamu milik aku agatha"

"Aku bukan barang dan kamu itu udah dijodohin jadi berhenti sok ngasih harapan gini" kata arra kemudian berjalan meninggalkan amar namun baru beberapa langkah arra menjerit ketika amar menggendongnya seperti karung beras.

"Turunin amar" kata arra pelan.

"Kita akan kerumahku dan akan kupastikan perjodohan sialan itu batal" kata amar melangkah pergi dari rooftop dengan arra yang sedang di gendongannya.

"NGGA TURUNIN AMAR DASAR PANGERAN SINTING" teriak arra sambil memukul punggung amar.

Namun amar seakan tuli, amar melajukan mobilnya setelah arra dimasukkan kedalam mobilnya.

"Amar aku gak mau kita balik ke sekolah sekarang" kata arra namun tak dihiraukan oleh amar.

Setelah 30 menit akhirnya mereka sampai dirumah amar, rumah yang benar benar besar ada banyak penjaga yang menjaga ketat rumah amar.

Arra tersentak kaget saat mendengar pintu mobil dibuka "turun" kata amar.

Arra menggelengkan kepalanya "turun atau aku seret" namun lagi lagi arra menggeleng.

Amar menggertakkan giginya kemudian menyeret arra memasuki rumahnya.

"Sakit mar lepasin" kata arra namun amar menulikan telinganya.

Setelah sampai diruang tamu disana sudah ada keluarga dari putri felincia dan putri itu juga.

"Fazhier siapa yang kamu bawa?" tanya fiona ibu dari amar.

"Calon istriku"

"Tapi,"

"Aku tidak mau menerima perjodohanku dengan putri felincia, aku menolaknya" kata amar.

"FAZHIER" teriak ema oma dari amar.

"Apa?" amar menatap omanya polos.

"Ema bagaimana ini?" tanya nancy oma dari felincia.

"Kamu tenang saja aku tau fazhier hanya bercanda dia tak mungkin menolak cucumu dan memilih perempuan miskin seperti dia" kata ema menatap arra rendah.

"Belum tau bapak gue aja dia" batin arra.

"Aku tidak bercanda" kata amar.

"Prince berhentilah bergurau sungguh itu tidak lucu" kata felincia.

"Lo nganggep ini candaan?" amar mengubah kosa katanya menjadi lo-gue.

"Kamu gak bisa giniin aku cuma karna anak pelacur kayak dia" kata felincia.

Plak

Sebuah tamparan mendarat dipipi felincia semua menutup mulutnya tak percaya ketika ada seoarang laki laki yang baru saja masuk menampar pipi seoarang putri dengan begitu kencangnya.

"Da..ddy"

Sebenarnya ali hanya akan bertamu kerumah amar karna kebetulan ayah dari amar adalah rekan bisnisnya, namun apa yang dia dengar? Seseorang menghina istrinya enak saja!.

"KURANG AJAR" teriak felincia menatap ali marah.

"Tuan ali" ayah dari felincia menyapa ali seolah ingin bersalaman namun ali menolaknya.

"Ajari putrimu sopan santun jika tak ingin lidahnya kupotong" ali menatap ayah felincia datar.

"Arra ayo pulang, dan aku cabut semua sahamku diperusahaanmu" lanjutnya kemudian berlalu sambil menggandeng tangan putrinya.

"Bodoh kamu feli"

"Maksud papi apa?"

"KAU INGIN MISKIN HUH?" bentaknya.

"Sebenarnya ada apa?" tanya ibu feli namun ayah feli hanya mendengus kemudian pergi dari rumah amar.

"Saya permisi king, queen" kata ibu feli ikut menyusul suaminya diikuti feli dan nancy.

"Fazhier?" nando memanggil amar seolah bertanya.

"Arra seorang danendra" kata amar kemudian berlalu.

"Sebenarnya ada apa ini nando?" tanya ema.

"Gadis yang tadi kau hina dia putri dari seorang danendra mommy tau sendiri siapa itu danendra" kata nando.

Ema tergagap tak percaya dia melakukan kesalahan fatal kali ini.

MY PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang