Part 9 ( Mama Baru)

15 13 3
                                    


Di dalam sebuah restoran tepatnya di meja pojok di samping jendela yang mengarah ke jalan raya. Tidak membuat Wanita itu bahagia, bahkan ia meneteskan air mata. Karena kenangan yang sudah lama terkubur seketika muncul begitu saja bersama sahabat yang sangat ia sayangi. Tapi semua itu berakhir begitu saja saat dimana sahabatnya mengetahui hubungannya dengan suaminya. Menyedihkan bukan,ia sekarang seperti jalang dimata sahabatnya. Tapi disini ia juga sebagai korban. Seharusnya yang harus disalahkan adalah suami sahabatnya itu,bukan ia.

"Hiks-hiks."

"Maaf nyonya pesanan anda." Kata pelayan yang tanpa ia sadari telah berdiri di depan nya sambil membawa nampan berisi pesanannya. Wanita itu pun bergegas mengelap air matanya dengan jari telunjuk tangannya.

"Iya, tidak apa-apa." Katanya sambil menatap kosong ke arah pelayan yang sedang menaruh pesanannya di mejanya.

"Terima kasih banyak nyonya, semoga anda bisa menghilangkan kesedihan anda." Kata pelayan itu yang ia tanggapi dengan senyuman tipis bahkan sangat tipis mungkin sampai tidak terlihat bahwa ia sedang tersenyum.

Tapi ia masih enggan bahkan tidak ada niat sedikit pun untuk menghabiskan atau mencicipi satu makanan pun dari pesanannya. Ia hanya sibuk dengan lamunannya saja, sampai ketika, ada seorang gadis yang menbuyarkan lamunannya.

"Permisi tante, Tina boleh duduk di sini. Karena hanya di sini yang masih kosong."

"Hah, oh silahkan - silahkan nak."Kata nya sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak tante." Tina pun langsung duduk di depan wanita itu. Tina bingung, kenapa wanita itu terlihat murung. Bahkan Tina melihat makanan yang masih utuh dan sudah dingin di atas meja.

"Hm, maaf tante. Perkenalkan nama saya Febrianti Valentina Sari biasa dipanggil Tina, kalo tante?" Ucapnya kemudian menjabat tangan wanita itu.

Wanita itu tersenyum. Tapi kenapa di dalam senyum itu seperti ia sedang menutupi luka di hatinya.

Mungkin tante itu sedang bertengkar dengan suaminya. Batin Tina.

" Saya Veronika panggil saja saya Tante Nika." Wanita itu tersenyum, tapi senyuman ini seperti senyum yang sesungguhnya tanpa ada beban di dalamnya.

"Boleh saya panggil Mama tan?" Wanita itu mematung mendengar permintaan Tina.

"Maafkan Tina tante, kalo sekiranya permintaan Tina itu berat."

"Eh, ndak usah minta maaf, tante tadi hanya kaget sebentar. Tante senang kok Tina panggil Tante dengan sebutan mama."

"Wah Tina seneng banget. Akhirnya Tina punya dua Mama yang sangat cantik dan baik."

"iya."

Tak berselang lama, pesanan Tina datang.

" Maaf nona, pesanan yang dibungkus sudah datang. Dan ini bill nya." Kata pelayan wanita itu sambil meletakkan pesanan Tina di meja.

Tina segera melihat angka yang tertera di dalam selembar kertas yang diberi pelayan yang masih setia berdiri di samping mejanya,setelah melihat Tina lantas memberikan 2 lembar warna merah kepada pelayan itu.

"Terima kasih nona."

Tina pun mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya.

"Maaf mama, Tina pergi dulu. Ada urusan soalnya." Pamit Tina kemudian berdiri setelah mendapatkan persetujuan dari mama baru nya itu.

"Hati-hati nak."

"Iya mama." Kata Tina kemudian bergegas pergi karena mungkin temannya itu sudah mengomel-ngomel tidak jelas karena keterlambatannya.

FAR.FEBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang