Part 12 (Dilema)

9 5 1
                                    

Setelah kejadian di luar toilet tadi, Tina memutuskan untuk pulang lebih dulu dengan alasan mau menemani mamanya belanja bulanan. Sekarang Tina lagi berjalan di pinggir jalan raya seraya melamun memikirkan janji yang ia buat dengan Tomi.

"Gue turutin apapun yang lo mau, asal jangan yang aneh-aneh."

"Ok,gue setuju sayang." Ucap Tomi dengan senyum devil nya.

"Cihh, cepetan Tomi, keburu ada yang liat!"

"Syarat nya adalah... "

" Apa? "

" Lo harus buat Edo menjauh dari Siska."

"What? Lo gila Tom!"

"Memang, gue gila karena lo."

Tina kecewa pada Tomi yang berubah seratus delapan puluh derajat. Tomi menjelma sebagai laki-laki gila dan tidak punya otak. Padahal dulu Tomi terkenal sebagai ketua osis teladan, baik hati, ramah, sabar dan juga tenang.

Apa ini semua karena ulahnya menolak cinta dari Tomi? tapi itukan haknya. Lagi pula Tomi juga tahu dari dulu kalau Tina hanya main-main saja. Apa Tomi sengaja melakukan ini untuk memberi pelajaran kepada Tina agar tidak memainkan perasaan laki-laki.

Apapun tujuannya Tomi juga salah menurut Tina, Tomi seharusnya memberi syarat yang lain. Mana mungkin Tina merusak hubungan yang dijalin oleh sahabatnya sendiri.

Saat Tina sedang sibuk melamun sambil berjalan,

Bugh..

"Adoh,pantat seksi gue." Tina mengusap pantatnya dengan meringis kesakitan.

Tina kemudian melihat si pelaku yang sudah membuang kulit pisan sembarang  yang membuat pantatnya menyium trotoar.

"Sial" Umpat Tina sambil berdiri dengan masih memegang pantatnya lalu berjalan mengejar si pelaku.

"Woyyy." Teriak Tina lantas membuat si pelaku menoleh kebingungan.

"Eh,"

"Tina? Ada apa?"

"Edo?"

Edo bingun melihat Tina yang  menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tina? ngapain lo teriak-teriak manggil gue, kaya orang gila."

Tina berdecak, kenapa ia harus bertemu dengan Edo hari ini. Pertemuan nya hari ini seperti mendukung syarat yang diberikan oleh Tomi. Tapi demi kesembuhan temannya, Tina rela melakukan ini.  Nyawa lebih penting dari pada hubungan yang sementara.

"Lo buang kulit pisang sembarang nyet!"

"Terus?"

"Gue jatuh!"

"Oh"

"Oh doang? Ck."

Tina ingin  sekali membunuh laki-laki di depan nya yang menatapnya dengan tatapan sok polos dan tanpa rasa bersalah itu karena telah membuatnya jatuh. OMG!  Untung Tina masih taat sama tuhan. Kalau tidak ia tidak akan pastikan ini orang selamat!

"Hehehe, jangan gitu dong. Gue bercanda tadi, Gue minta maaf." Edo mengulurkan tangannya ke arah Tina. Namun Tina menepisnya secara halus.

"Gak usah, Udah kadaluarsa." Tina yang sudah sebal dari tadi lantas pergi meninggalkan Edo sendirian.

"Dasar cewek! Ck. Seenaknya sendiri." Gumam Edo dan berlari mengejar Tina.

"Na?"

"Ngapain lo ngikutin gue?" Tanya Tina sambil melirik ke arah Edo yang berjalan di sampingnya.

"Gue minta maaf elah. Baperan banget dah lo!"

"Yaya. Pergi sana lo gue lagi badmood."

"Ok." Edo pun berbalik arah dan beranjak pergi meninggalkan Tina. Namun, Tina menghentikan langkah nya.

"Eh, do"

"Apa lagi, lo gak mau gue tinggalin?"

"Dasar cowok!  Bukan gitu, sebenarnya gue.. "

" Apa?" Edo mendekat ke arah Tina sambil berkacak pinggang.

"Jangan disini. Di taman saja."

__________________

"Jangan temui aku lagi mas."  Wanita itu bercucuran air mata. Hidung dan matanya merah. Wanita itu sebenarnya menginginkan agar laki-laki itu tetap di sini dan menunggu anaknya datang. Tapi wanita itu sadar diri dimana posisinya.

"Pergilah mas, anak ku sebentar lagi pulang." wanita itu menarik tangan laki-laki itu agar segera keluar dari kafenya.

"Anak kita Nika!"  Tegas laki-laki itu sambil melepas tarikan dari wanita itu.

Wanita itu menatap mata laki-laki itu sendu seperti tersirat rasa sakit, kesal, marah dan sedih. Wanita itu tidak menyesal telah memiliki anak namun wanita itu menyesal karena anak yang dikandungnya dulu adalah anak dari laki-laki bajingan di depannya.

"Kenapa kamu menemui aku lagi mas? Kenapa? Apa kurang jelas yang dikatakan Santi dulu, bahwa kita tidak boleh saling bertemu." Wanita itu berteriak cukup keras di depan laki-laki itu. Untung sekarang kafe wanita itu sudah ia tutup sejak kedatangan laki-laki itu.

"Aku hanya ingin melihat anak kita. Aku ingin tahu bagaimana wajahnya, selama ini yang ku tahu ia berjenis kelamin laki-laki itu saja. Aku juga berhak tahu Nika. Aku ini ayahnya!" Laki-laki itu menggenggam tangan wanita itu sambil menatap penuh arti kepada wanita itu.

"Oh my God!" Wanita itu menggeram prustasi sambil menyugar rambutnya. Kenapa laki-laki ini begitu keras kepala?! Ia belum siap bila nanti anaknya bertemu oleh ayah kandungnya sementara hubungannya dengan sahabatnya masih sangat renggang. Ia tidak mau menambah jarak dengan sahabatnya.

"Assalamualaikum ma, kenapa kafenya udah ditu-" Remaja itu menghentikan ucapannya ketika melihat mama yang sangat ia cintai menangis dihadapan seorang pri asing.

"Mamaaaa" Teriak remaja itu lalu memeluk mamanya yang kaget dengan keadaannya.

"Anda siapa? Apa yang anda lakukan terhadap mama saya."


Warning, Typo bertebaran!!!

Jangan lupa sentuh tanda 🌟  di bawah ⬇  sini ya.

See you..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAR.FEBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang