dua [M]

6.8K 601 97
                                    

Saat itu yang menyambut penglihatan Seokjin adalah hitam.

Gelap..

Tangannya diikat menggunakan kain hitam dan membuat tangan itu tidak bisa bergerak leluasa.

Bibirnya pun sejak tadi terbuka dengan suara mendesah keluar. Ya, Seokjin tengah disetubuhi.

Seiring dengan tumbukan benda tumpul menyentuh bagian kenikmatan di selatan tubuhnya.

Peluhnya membasahi kening hingga leher. Bagian lehernya pun tak luput dari noda bekas ditandai kerja sama antara bibir dan gigi. Desahan itu semakin keras kala tubuh diatasnya bergerak semakin cepat. Pria di atasnya mencengram erat rahangnya membuatnya kesakitan. Desahan nikmat itu diselingi desisan kesakitan.

Tak lama bunyi tamparan pipi terdengar. Kepala Seokjin langsung menengok ke kiri dengan tanda merah di pipi kanan. Seokjin nendesis sakit lalu setelahnya tersenyum kecil dan Namjoon langsung menjilat pipi tersebut.

Seiring dengan hentakan kasar yang Seokjin terima, keduanya meneriakan nama kala keduanya sampai pada puncak kenikmatan.

Namjoon merendahkan tubuhnya, bibirnya ia dekatkan ke telinga Seokjin lalu Namjoon berujar. "Aku akan menggunakan gagball."

Tidak ada raut ketakutan di wajah Seokjin kala Namjoon mengatakan tersebut. Seokjin malah tersenyum kecil seraya mengangguk. "Yes, baby. Lakukan."

Mari kita tinggalan si masokis dan si sadistic ini menghabiskan waktu bergumul di atas ranjang.


Masokis mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau kepuasan dari penderitaan sakit. Masokis atau bisa dibilang juga masokisme adalah kelainan seksual di mana seseorang akan merasa puas atau gairahnya memuncak jika disakiti atau direndahkan. Maka kala seorang masokis di sakiti dengan sex toys atau tamparan bahkan diikat dengan istilahnya BDSM mereka akan senang.
Biasanya pelaku masokis kerap dikaitkan dengan perilaku sadisme karena kebanyakan pelaku sadisme berhubungan dengan masokis untuk mendapatkan kepuasan seksual secara timbal balik.

Pelaku sadisme bisa mendapatkan kepuasan dengan menyakiti pasangannya sedangkan seorang masokis bisa merasa puas saat dirinya disakiti atau direndahkan.

.

.

Dua orang pria tanpa busana yang kini tertutup oleh selimut tebal sebatas leher nampak masih terlelap mengarungi mimpi. Hingga suara alarm ponsel mengganggu keduanya. Seorang yang lebih tinggi mengulurkan tangannya ke meja nakas, meraba mencari keberadaan ponselnya yang bunyi lalu mematikan alarm tersebut.

Yang lebih kecil terbangun, membuka matanya setengah dan mendongak menatap si yang lebih tinggi. Si yang lebih tinggi atau panggil saja Namjoon memeluk erat si kecil atau panggil saja Seokjin.

"Tidur lagi. Aku tau kau lelah."

Seokjin mengangguk. Memejamkan matanya lalu menyamankan posisinya yang tengah dipeluk Namjoon. Posisi nyaman yang tidak ada duanya.

Mari kita ucapkan selamat tidur untuk keduanya dan kita biarkan mereka tidur karena mereka berdua baru tidur beberapa jam yang lalu setelah menghabiskan waktu bertarung diatas ranjang. Tubuh Seokjin juga sangat lemas karena di hajar malam itu.

.

.

.

Seokjin tidak tau kalau takdir nyatanya akan seperti ini. Sejak kecil Seokjin berasal dari keluarga yang bahagia; ibunya seorang penjahit yang terkenal di desanya, ayahnya adalah pemilik toko furniture yang berada sebelum masuk ke desa. Ibunya seorang yang lemah lembut dengan sifat keibuan yang selalu Seokjin banggakan. Ayahnya adalah sosok yang tegas dan tak jarang Seokjin dipukul. Namun Seokjin tidak masalah. Toh itu memang salahnya. Ayahnya selalu memberikan pengertian setelah dia dipukul. Itu karena Seokjin nakal dan harus dipukul. Setelah dipukul Seokjin akan diberikan pelukan dan dimanjakan. Selalu seperti itu sampai akhirnya Seokjin sadar saat dia nakal sepatutnya dia dipukul. Bahkan tak jarang, Seokjin harus dipukul kala adik perempuannya yang salah.

TempramentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang