Sembilan

4.4K 554 113
                                    

Saat itu Seokjin tau ibunya pasti pergi membawa Jisoo dan meninggalkan Seokjin bersama ayahnya. Ibunya bilang bahwa Seokjin harus menemani ayahnya karena ibunya tidak ingin mantan suaminya itu kesepian. Saat itu Seokjin mengangguk sebagai jawaban.


Pada dasarnya sejak dulu Seokjin adalah bocah penurut.


.


.


Niat Seokjin adalah datang, memberi selamat ke kedua mempelai lalu pulang. Niat yang simple namun gagal karena hatinya berteriak menyerah. Seokjin menuruti kata hatinya untuk menyerah dan niatnya berubah menjadi pulang secepat mungkin tanpa muncul kembali di sini. Masih terlihat mudah namun niat itu kembali gagal karena saat dia menunggu Yoongi datang Namjoon menghampirinya, memeluknya begitu erat dan menangis terisak lengkap dengan pernyataan cinta diakhir. Dan Seokjin tidak tau lagi harus bagaimana.


Perasaan bersalah menggerogoti hatinya kala dia tau pernikahan adiknya batal karena Namjoon pergi meninggalkannya untuk berlari ke arahnya. Seokjin mendongak menatap punggung Namjoon yang berjalan di depannya dengan tangan menggandeng tangannya. Namjoon membawanya pergi dari sini. Dan kini semua mata menatapnya dengan tatapan menghujat. Seokjin benci tatapan seperti ini maka secara naruri dia mendekat ke Namjoon untuk mencari perlindungan.


"Kau, akan membawaku kemana?" tanya Seokjin pelan yang mampu di dengar hanya oleh Namjoon.

"Pergi. Kemana pun asal kau tidak mendapat tatapan seperti itu." jawabnya tanpa menatapnya sama sekali.


Seokjin tau Namjoon juga takut terlihat dari tangannya yang nampak bergetar saat menggandeng tangannya. Namjoon mungkin terlihat dari luarnya begitu keras dan terkesan brengsek namun jauh di dalam hatinya Seokjin tau Namjoon adalah anak yang penurut terhadap orang tua maka dari itu dia terlihat takut sekarang.


Sebuah mobil berhenti tepat di depan Namjoon dan Seokjin. Kaca mobil itu di turunkan lalu terlihatlah sosok Yoongi di balik stir kemudi. "Naiklah!" titahnya.


Namjoon terlihat mengerutkan kening dan menatap tidak suka ke Yoongi.


"Dia temanku." ujar Seokjin yang sudah berdiri di sampingnya. "Ayo masuk." kini giliran Seokjin yang membimbingnya masuk ke dalam mobil.

Seokjin dan Namjoon di kursi belakang.

"Kau berhutang padaku, Seokjin-ah."Ujar Yoongi.

"Ya, aku tau. Terima kasih."





.


.

Waktu sudah menunjukan sore hari dengan semburat jingga di langit.

"Aku rasa kalian tidak seharusnya kabur. Apalagi kau Namjoon-ssi. Kau kabur membuat seluruh keluargamu malu dan secara tidak langsung kau juga menyeret Seokjin karena kau membawanya pergi."


ketiganya kini tengah berada di apartemen Yoongi. Yoongi yang tengah duduk di sofa single di ruang tengahnya itu menatap Seokjin dan Namjoon yang sama-sama kacau. Menggelikan.


"Kalau kau tidak ingin menampungku bilang saja." Namjoon menatap Yoongi.

Yoong yang mendengar itu mendengus geli. "Wow, jadi dia orang yang kau cintai, Seokjin-ah? Tinggalkan dia. Dia terlalu buruk untukmu." Yoongi menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa dan menatap enggan ke arah Namjoon.

Seokjin yang duduk ditengah mereka menghela nafas. Dia juga tengah bingung sekarang. Bagaimana bisa seperti ini? Ini di luar semua perkiraannya. Ini tidak ada dalam rencananya.


TempramentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang