Tujuh

4.2K 598 100
                                    

Seokjin jalan dengan langkah di seret, tujuannya adalah halte bis. Tujuannya hanya menaiki bis tanpa tau kemana dia akan berhenti. Tapi yang pasti dia akan kembali ke rumahnya dulu dan tinggal di rumah kumuh tersebut. Karena bagaimanapun seberapa jauh kau pergi kau akan tetap kembali ke rumah. Seokjin sadar di sini bukan rumahnya maka dia akan memilih kembali ke rumah.

Cukup jauh dia mencari halte karena dia tidak mau berada di halte dekat kantor Namjoon. Seokjin engan bertemu dengan Namjoon, engan bertemu dengan ibunya. Dia hanya ingin sendiri. Ah, mungkin kata ingin sudah tidak pantas karena Seokjin memang sendiri.

Seokjin tiba di halte dan duduk seorang diri di sana. Sorot matanya kosong.

"Seokjin-ah,"

Seokjin masih melamun.

Bahunya dipegang, "nak."

Seokjin masih melamun.

Saat bahunya diguncang, Seokjin terlonjak kaget. "Bibi~"

Bibi Yoo, orang yang memanggilnya dan menyapanya tersenyum. "Kenapa melamun?" Bibi Yoo duduk di sebelah Seokjin.

Seokjin menggeleng, "hanya ingin." Jawabnya.

Bibi Yoo menggangam tangan Seokjin, Seokjin menatap bibi Yoo. Wanita paruh baya itu tersenyum kecil. "Seokjin tau kan kalau bibi Yoo menyayangi Seokjin."

Kening Seokjin mengerut tidak mengerti. Tangan bibi Yoo terangkat, membenarkan rambut Seokjin yang berantakan dengan satu tangan masih menggenggam tangan Seokjin. "Bibi menyayangimu seperti bibi menyayangi anak bibi sendiri. Jangan merasa sendiri, nak. Ada bibi bersamamu."

Hati Seokjin menghangat tapi dia tidak mau herharap lebih. Dia takut seperti tadi.

Seokjin menjauhkan tangannya dari tangan bibi Yoo. "Aku tidak papa, bi. Seokjin baik."

"Katakan itu dengan mata berbinar senang, senyum bahagia dan suara riangmu maka bibi akan percaya."

Seokjin memaksakan itu semua, tersenyum yang membuat senyum itu terlihat aneh dengan mata yang berkaca-kaca. "A-aku ba- hiks- ik."

Bibi Yoo membawa Seokjin ke pelukannya saat itulah Seokjin kembali menangis dibahu bibi Yoo. Mereka berdua tidak terlibat perbincangan apapun; Seokjin yang terus menangis terisak dan bibi Yoo yang dengan sabar menenangkan Seokjin.

"Namjoon jahat, bi." Adunya seperti anak kecil.

Bibi Yoo mengelus sayang punggung Seokjin.

"A-aku lelah." Keluhnya ditengah tangis terisaknya.

"Iya, nak, istirahatlah dulu jangan paksa dirimu. Ada bibi yang akan menemaniku."


Kalian bertanya kenapa bibi Yoo ada di sini? Jawabannya karena Namjoon yang meminta. Namjoon meminta agar bibi Yoo datang dan membujuk Seokjin untuk kembali ke apartement milik mereka. Awalnya bibi Yoo menurut karena ia kira Seokjin tidak sehancur ini namun saat melihat Seokjin seperti ini niat bibi Yoo membawa Seokjin kembali ke apartement urung.

"Seokjin-ah, ikut bibi ya. Kita pergi dari sini. Bibi akan membawamu istirahat ditempat lain."

Seokjin tidak memberi jawaban apapun; tidak mengangguk atau menggeleng.

Bibi Yoo membiarkan Seokjin berpikir dulu untuk beberapa menit. "Bagaimana, nak?"

Dan bibi Yoo mendapat jawaban. Sebuah anggukan dari Seokjin.

.

.

.

"Sungjae-ya, ayo memancing!"

TempramentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang