Dear, Sweet Seventeen.
Saat aku menulis ini, jam menunjukan pukul tiga pagi. Aku baru saja pulang dari bersenang-senang dengan temanku, kebiasaanku dua tahun belakangan ini, dua tahun tanpamu.
Ikut membawa pulang bau alkohol dan pening di seluruh kepala hingga rasanya hanya ingin terlelap lalu melupakan dunia ini. Walau aku tau, melupakanmu dengan cara ini hanyalah untuk sementara.
Besok seharusnya menjadi hari dimana kita sudah bersama selama dua tahun sepuluh bulan. Yang seharusnya hari ini aku sibuk menyiapkan kejutan untuk hari esok, bukan bersenang-senang bersama teman.
Seventeen, mungkin kau berpikir aku tak mencintaimu seperti kau mencintaiku. Mungkin kau selalu mengeluh aku tak pernah bisa menunjukan rasa cintaku seperti kau menunjukan rasa cintamu padaku.
Tapi kau harus percaya, ketika kau pergi, duniaku seolah runtuh. Dunia seolah hanya berisi patung-patung membosankan, dengan banyak drama yang dimainkan si pemiliknya.
Dan disinilah aku, tersesat arah. Tak tau jalan pulang, karena kau akan selalu menjadi rumah untukku.
Aku selalu bersumpah pada diriku sendiri, jika seandainya saja kau memberikanku kesempatan sekali lagi. Aku akan mencintaimu dengan seluruh hidupku. Aku berjanji.
Karena kau takkan pernah tau betapa beruntungnya dirimu untuk menghabiskan sisa hidup bersama setengah dari jiwamu, sampai kau harus menghabiskan sisa hidupmu tanpanya.
Selamat dua tahun sepuluh bulan, Seventeen. Selamat tanggal tujuh belas untuk ke tiga puluh empat kalinya. Itupun jika kau mengingatnya.
03:25 wib.
Minggu, 16 Juni 2019.Cowokesiangan.