Dear, Sweet Seventeen.
Hari ini ada sebuah pesan mampir ke akun tellonymku, memanggilku dengan panggilan kesayangan yang selalu kamu sebut; dog, hahaha.
Berkata seolah itu adalah kamu. Tapi dengan segala keraguanku, aku memilih tidak percaya.
Mana mungkin kamu mau repot-repot mengetik panjang lebar?
Mana mungkin ada 'aku-kamu' antara obrolan kita?
Mana mungkin kamu tau keberadaanku di media sosial?
Dan, mana mungkin kamu mau peduli lagi denganku?Semuanya terasa hanya angan, apa aku terlalu lama berkhayal, hingga akhirnya tersamarkan kamu datang kembali?
Pun, jika itu memang kamu, kenapa tiba-tiba?
Pikiranku sudah tertanam bahwa sosokmu sudah tak ada lagi.
Bahwa kamu sudah tak mau lagi menemuiku.
Aku bahkan yakin kamu tak ingin peduli pada urusan yang menyangkut pautkan denganku.Aku belum siap menghadapi kenyataan, entah senang atau sedih. Aku bahkan takut kalau nantinya kamu memaafkanku, lagi. Aku selalu tidak pantas mendapat maafmu.
Tapi, teman-temanku seolah menunjukkan peluang bahwa itu memang kamu. Lalu mereka mulai membicarakan kemungkinan yang terjadi, satu pertanyaan membuatku hancur.
"Kenapa tidak berteman saja dengan dia?""Aku dan dia tidak akan pernah bisa menjadi teman. Lebih baik tidak sama sekali." jawabku.
19:47 wib.
Minggu, 7 Juli 2019.Cowokesiangan.