"Seandainya kamu panjang umur, kamu bakal nikah denganku, ngga?" An bertanya dengan polosnya.
Pertanyaan An membuatku tersenyum, selalu saja begitu. An selalu mempunyai banyak pertanyaan yang terdengar konyol namun menggemaskan.
Dengan yakin aku berkata, "Doakan aku ya, An. Semoga semesta berpihak pada kita."
"Serius, Wil?"
"Aamiin yang paling serius." ucapku berusaha meyakinkannya.
"Aamiin! Kamu harus hidup lebih lama, biar bisa terus bersamaku." antusias An dengan jawabanku.
"Semoga, An. Aku ingin keliling kota Malang bersamamu, aku ingin membawamu bersama mendaki Dieng, membuktikan pada kamu bahwa Gunung ngga semengerikan itu, atau bahkan Dieng bisa menjadi tempat terindah bagimu dalam perjalanan kita. Dan juga, aku ingin di atas perahu berdua bersamamu, melihat mamalia paus yang kau sukai itu.
Aku ingin hidup panjang, An. Aku ingin hidup dan berjalan bersamamu. Aku ingin buktikan bahwa sosok sebenarnya dari seorang laki-laki, dan menghapus semua opini burukmu tentang kaumku. Meski aku tau, beberapa dari mereka memang seperti berengsek, tapi aku pastikan, aku takkan pernah menjadi bagian dari mereka."
An diam, lalu ia berkata, "aku lelah dengan hidupku. Tapi kalau sama kamu, aku bisa tenang, aneh."
"Jangan salah, An, aku ini bisa membuat ketenangan dan ketegangan lho." kataku membuat kemerahan di pipi An mulai muncul.
"Ngaco kamu!" ledek An diselingi ketawanya yang lepas.
An, aku mencintaimu. Dengan seluruh hatiku, raga, dan jiwaku. Jangan pernah berpikir buruk dan berlebihan tentang segala hal. Kalau aku sudah bilang, aku jatuh padamu, percayalah aku tak akan bisa berdiri dan berjalan untuk menghampiri yang lain lagi. Karena An, kamu sudah menjadi rumah bagiku.
21:50 wib
Tangerang, 26 September 2019
Untukmu di bawah langit kota Malangㅡcowokesiangan.