"......"
"Hinata sama, bisakah anda membantuku?"
"......."
"Arigatou."
Neji menghentikan panggilannya, ia meletakkan ponsel pintar keluaran terbaru miliknya di meja. Menghela napas lambat, ia menyunggingkan senyum rupawannya.
"Aku akan segera bertemu dengannya!" teriakan kencang dengan suara bass meruntuhkan segala presepsi fansnya terhadap sifat idola mereka, Namun Neji bernapas lega karena ruangan yang ia tempati adalah ruangan kedap suara dan pintu tertutup rapat, ia mengambil siaga agar kealay annya tidak diketahui.
Neji megambil photo berpigura cantik didepannya. Menatap dalam penuh rasa campur aduk.
'Hieee....aku akan segera menemuimu calon istri masa depanku.' inner yang kelewat ooc dari Neji kembali muncul. Di bayangan sana, chibi Neji dengan mata berbentuk hati merah muda sedang berputar bahagia.
"Sejak kapan prince Neji ini melamun?" Suara terdengar kalem dan penuh sindiran pria hyuga itu dapatkan. Buru buru ia meletakkan kembali foto berpigura itu pada tempat semula.
"Apa yang kau lakukan disini Karin?" mengalihkan pertanyaan. Gadis bersurai merah itu memutar mata malas, kemudian ia menatap Neji penuh selidik.
"Aku kan mantan wakil ketua osis." ujarnya. "Jadi wajar kan aku berada di dalam ruang lamaku, memantau bocah menyebalkan sepertimu," Lanjutnya lagi.
Neji berdecak, ia tak suka jika ia disebut bocah ingat!
"Kuulangi lagi pertanyaanku, sejak kapan kau berada disini?"
"Sejak sebelum dirimu masuk kemari." Menunjuk sofa dipojok ruang. Neji meringis masam, bahkan ia sampai lupa kebiasaan bawahannya di kepengurusan osis ini.
"Ah, ini kan foto hime konoha!" Neji tersentak, mengumpat dalam hati akibat keteledorannya menyimpan photo pribadinya.
"Kembalikan!" Perintah pria bongsor itu penuh geraman. Gigi menggertak keras. Karin melirik Neji sekilas, mengabaikan tatapannya yang jikalau dalam anime asli bisa mengeluarkan percikan petir.
"Aku bahkan memiliki lebih banyak fotonya!" Itu sebuah kenyataan. Bahkan digaleri ponselnya, karin lebih dominan menyimpan photo photo keponakannya dari pada milik dirinya sendiri, jikalaupun miliknya sendiri mungkin bisa dihitung dengan jari.
"Kau mau lihat?" Tanyanya tanpa sadar. Karin mengembalikan pigura berisi photo Tenten kecil kepada Neji. Kemudian dia merogoh saku jas yang ia kenakan.
"Kau bisa melihat betapa manisnya mereka disini."
Pict Naruto dan tenten
"Nah benar kan kataku, walaupun sifat mereka tidak mencerminkan seorang queen sejati akan tetapi, mereka itu sangat sangat saling menyayangi."
Neji terdiam, melihat satu photo milik hime yang tanpa sadar diperlihatkan oleh Karin.
Eh tunggu...
Karin mengerjap pelan, melihat pada tangannya dan tangan Neji yang tengah menggenggam ponselnya. 'APA YANG TELAH AKU LAKUKAN!!!" Dalam hati Karin menangis pasrah."Kita perlu bicara!"
Dilain tempat...
"Namikaze hime?"Itu suara Sasuke yang ikut dengar perkataan Hinata. Tenten menepuk jidatnya pelan.
"Ah iya! Namikaze dan Senju hime sangat cantik dan baik!" Jiwa fangirl Hinata bangkit. Ia menganggukkan kepala lalu menatap Sasuke.
"Sasuke san, apakah kau bagian dariku?" Tanya Hinata memastikan opininya.
"Kami!" Koreksi Kiba menimpali. Hinata mengerjap kaget lalu pipinya merona merah, ia kembali menjadi gadis pemalu.
"Ki ki kiba kun juga?"
"Kau benar!" Jawab Kiba dengan senyum sangat lebar. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Hinata hingga gadis itupun kaget dan sangat shock .
BRUKKKKK
Dan Hinata pingsan dengan wajah memerah padam. Dirinya tidak kuat, Hinata lelah!
Teman temannya pun ribut, kemudian dengan sigap Kiba menggendong Hinata, membawanya menuju UKS diikuti oleh Tenten dan Naruto dibelakangnya.
Sasuke menatap kejadian itu datar dan berjalan kembali menuju bangku miliknya. Kaum wanita mengelu elukan atas sikap dinginnya dan sebagian besar laki laki mencibirnya, ada beberapa juga yang dengan leluasa menguap lebar.
"Mendokusei."
Kalian tau itu siapa bukan?
Tebeche?
Udah doubel up ya ;) selamat menunggu kembali😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen
FanfictionNamikaze Uzumaki Naruto dan Senju Uzumaki Tenten, dua sepupu yang bertempat tinggal di desa tersembunyi Konoha. ketika mereka menginjak umur 16 tahun, mereka akan dikirim ke pusat kota untuk belajar dan bekerja mandiri. Sikap mereka yang 'kampungan...