Naruto berjalan lunglai memasuki kontrakan mereka, dibelakangnya Tenten pun mengikuti dengan aura suramnya. Mereka melepas sepatu sekolahnya di rak sepatu kemudian menggantinya dengan sandal rumahan. Kemudian Naruto berlalu menuju kamar tidur meninggalkan Tenten yang termenung.
Gadis berkepang dua itu melihat jam yang tergantung di dinding ruang tamu. Jam tiga lebih tujuh menit, waktunya untuk mereka bersiap.
"Aku pakai kamar mandinya dulu, dattebayou!" Naruto berteriak kencang dari dalam kamar.
"Cepat!" Buru buru Tenten meletakkan tas yang ditentengnya di sofa, ia berjalan menuju dapur untuk mencuci tangan tak lupa dengan tiga kotak wadah bekalnya tadi. Jiraiya, kakek satpam yang telah memergokinya dan Naruto mengembalikan wadah bento pemberian kepada pemilik asli. Tenten dengan cekatan mencuci kotak bekal yang masih kotor tadi di wastafel.
"Aku gak masak ya, nanti kita pergi makan di kedai ramen saja!" Tenten berteriak tak kalah kencang. Gadis yang masih memakai kacamata itu membereskan hasil cuciannya untuk segera ia letakkan di rak piring, lalu Tenten menyambar lap untuk mengeringkan tangannya. Bungsu Senju itu kemudian berbalik menuju lemari es, mengambil sebotol air mineral dan meneguknya rakus.
Mengembalikan botol ke tempatnya semula, kemudian Tenten mengelap mulutnya dengan punggung tangan. Gadis berkepang dua itu berjalan kembali menuju ruang tamu, mendudukkan diri di sebelah tasnya berada.
.
.
.
"Cepet Kitsune!!! Gantian." Sungutnya sebal. Sudah hampir 15 menit dan si gadis pirang itu tidak memunculkan suaranya. Ah ia juga tidak peduli jika suaranya tidak terdengar oleh Naruto karena dia masih berada di dalam kamar.
"Ya...Cepol sama, sekarang mandilah." Naruto melongakkan sebagian kepalanya di depan pintu kamar. Surai pirang panjangnya yang basah sudah tertaata rapi, mungkin sehabis keramas ia langsung menyisirnya. Hal buruk yang selalu diabaikan oleh queen Naruto.
"Jangan lupa memakai wig yang kusiapkan di meja!" Peringat Naruto seraya berjalan mendekati Tenten, ia memakai jaket berhodie serta celana jeans selutut.
"Aku menunggu disini." Lanjutnya lagi seraya memposisikan diri senyaman mungkin di sofa, tidur terlentang berbantalkan tas milik Tenten.
Beberapa saat kemudian Tenten kembali dengan pakaian hampir serupa milik Naruto.
Dilain tempat flashback.
"Yamato kaichou, kami sudah siap,shannarou." Ucap gadis Haruno itu seraya membungkuk empat puluh lima derajat. Disampingnya Temari ikut berojigi. Mereka sekarang berada di luar gerbang istana, bersiap siap untuk pergi 'menguntit' para hime mereka yang saat ini berada di Tokyo.
"Hai, kita akan berangkat sebentar lagi nona." Yamato membalas dengan sigap.
Kemudian dari arah belakang rombongan raja dan permaisuri datang dengan barisan arak arak . Hashirama sebagai raja yang menjabat dua periode ini menatap dua anak dari rekannya. Arak arak raja berhenti tepat di depan pintu gerbang.
"Haruno Sakura memberi hormat pada yang mulia, semoga yang mulia panjang umur."
"Sabaku temari memberi hormat pada yang mulia, semoga yang mulia panjang umur."
Mereka berojigi, membungkuk hormat dengan suara saling bersahutan memberi salam. Hashirama mengangkat tangannya, membuat gestur tubuh agar gadis Haruno dan Sabaku itu mengangkat kepalanya.
Mito berjalan maju diikuti Khusina yang kini berada disampingnya. Mereka dengan bergantian memeluk anak dari sahabat mereka.
"Baik baik disana ya Saki, Tema! Doa kami selalu menyertai kalian, dattebane!" Kushina membuka suara. Menatap dua gadis didepannya secara bergantian.
"Jaga kesehatan kalian juga saat mengawasi putri kami. Kami tidak akan memaafkan kalian berdua jika melalaikan peringatanku!" Mito menimpali seraya mengusap lembut surai panjang berbeda warna didepannya.
Hashirama, Minato, serta orang tua dari Sakura dan Temari memandang mereka penuh haru. Setidaknya selama 23 tahun hidup bungsu Haruno dan 25 tahun hidup sulung Sabaku itu dikelilingi oleh orang yang benar benar tulus menerima dan menyayanginya.
Dan setelah kedua wanita utama kerajaan menghampiri mereka, kini giliran keluarga kandungnya yang datang mengucapkan salam perpisahan untuk anak mereka.
.
.
.
Sekarang Yamato, Sakura, dan Temari berada didalam mobil. Sulung sabaku itu duduk di samping Yamato yang mengemudikan kendaraannya sedangkan Sakura berada dibelakang.
Omake
Tenten dan Naruto masih berumur lima tahun saat itu. Ketika Temari dan Sakura yang bocah kecil itu anggap sebagai kakaknya pergi untuk meneruskan pendidikannya. Saat kepergiannya ke London, Temari masih berumur empat belas tahun dan Sakura berumur dua belas tahun sehingga dua bocah kecil itu dengan mudah melupakan kenangannya dengan dua kakak kesayangan mereka. Hingga tiga hari yang lalu selepas kepergian putri Naruto dan putri Tenten mereka kembali dengan berbagai gelar digenggamannya. Sakura dan Temari yang notabenya adalah anak dari sahabat baik Kushina itu sangat dekat sekali padanya. Ide itu muncul begitu saja, Kushina langsung meminta dengan penuh pengharapan kepada Mebuki dan Karura agar anak mereka bisa mengawasi para putri yang berada di Tokyo dibantu oleh Mito yang setuju atas usul adiknya. Dan kesepakatan itu dimulai yaitu Temari dan Sakura akan pergi ke Tokyo bukan hanya untuk mengawasi dua putri bungsu Uzumaki tetapi mereka juga akan bekerja sebagai Guru dan Dokter pengganti sehingga dengan mudah mereka menyetujuinya.
Tebeche?
Maaf klo part yg kurang memuaskan'¤' see yu next part.
DIRGAHAYU NEGRIKU YANG KE 74 ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen
FanfictionNamikaze Uzumaki Naruto dan Senju Uzumaki Tenten, dua sepupu yang bertempat tinggal di desa tersembunyi Konoha. ketika mereka menginjak umur 16 tahun, mereka akan dikirim ke pusat kota untuk belajar dan bekerja mandiri. Sikap mereka yang 'kampungan...