00, prolog

11.2K 1.1K 395
                                    

Atap sekolah jadi markas, pagi ini—masih sama seperti pagi-pagi sebelumnya—asap masih mendominasi lingkungan sekitar, tentu dengan batang rokok yang masing-masing dipegang empat siswa 11 IPS 3 itu.

Choi Yeonjun merebahkan dirinya di atas aspal tanpa alas, dengan tangan kanannya yang memegang sebatang rokok dan tangan kirinya menggenggam segelas es teh manis—hasil ngutang di kantin sekolah—kepalanya menghadap atas, tetapi matanya terpejam.

"Hoi!"

Yeonjun mendecak, menoleh pada si pelaku—Mark Lee—kemudian beranjak dari tidurnya, memilih untuk duduk berhadapan pada si pemanggil.

"Apaan?" tanyanya.

Yeonjun itu masuk kumpulan orang songong. Ini hari ketiga dia sekolah disini, tapi tingkahnya kayak siswa gak lulus lima tahun—sok senior.

"Hyunjin, Felix, truth or dare kuy."

Hwang Hyunjin mengangguk mengiyakan, diikuti Lee Felix yang juga setuju, setelahnya melempar sembarangan batang rokok yang telah habis dan sudah dipadamkan apinya.

"Dih, males. Basi." tukas Yeonjun, lalu menyesap es tehnya dan beralih pada batang rokoknya lagi, "Yang lain gak ada gitu?"

"Ya lo mau main apalagi, goblok?" sinis Felix di sebelah, kemudian menyambar es teh manis milik Yeonjun begitu saja, dan diteguk pelan, "Petak umpet? Gobak sodor? Benteng? Polisi maling? Ampera? Engklek? Congklak? Bek—"

"Bacot lo, Yongbok."

"Hyunjing bangsat."

Hyunjin terkekeh pelan, untung rokok Felix udah dibuang, mungkin kalo apinya masih nyala, rambut hitamnya udah kebakar sedikit kayak minggu lalu.

"Yaudah apaan?" sahut Mark pasang wajah kesal, Felix dan Hyunjin kompak angkat bahunya—terserah.

Kali ini Mark yang menyambar es teh manis milik Yeonjun, diteguk juga, "Yaudah sih, truth or dare aja, gampang." celetuknya lalu meletakan kembali gelas es teh Yeonjun kepada si pemilik, "Lagian lo berdua gak pada penasaran sama Yeonjun apa?"

Felix menggeleng, "Dih ngapain gue penasaran sama Yeonjun. Gue gak belok, sorry."

"Duain." ujar Hyunjin sembari tunjuk Felix pakai jempolnya, "Lo kali Mark, yang demen sama Yeonjun." kemudian melempar sembarangan batang rokoknya yang sudah padam apinya.

"Amit-amit, dih." tukas Mark kesal saat mendapati pemuda Choi itu terkekeh pelan, buat Mark menoyor kepala Yeonjun keras, "Ya dia kan baru netes tiga hari. Lo berdua gak penasaran, gitu? Kayak latar belakang, siapa yang dia suk—"

"Terus kalo gue aslinya miskin, yatim piatu, oplas, sakit jiwa. Lo pada bakal ninggalin gue, gitu?" tanya Yeonjun sensi, rokok terakhirnya dibuang, "Btw, gue gak suka siapa-siapa, ck. Gak ada yang menarik juga."

"Ah masa? Kembaran Song Joongki ini gak percaya." ujar Hyunjin narsis, setelahnya dihadiahi toyoran kepala oleh Felix di sebelah.

Mark buka suara, "Cewek disini gak ada yang menarik gitu? Kalo gue sih pas pertama masuk ke sekolah ini, awalnya cewek yang deketin gue, jadi gue gak ber—"

"Halah bacot lo jomblo." tukas Yeonjun cepat, buat Felix dan Hyunjin tertawa kencang tatap wajah datar Mark, "Chat sama Simsimi aja belagu lo, babi."

"HEH ANAK BARU LO GAK TA—"

"Ssstt." telunjuk Hyunjin diletakan di depan bibir tebalnya, buat tiga pemuda lainnya juga terdiam. Suara langkah kaki pada anak tangga jadi jawaban tindakan Hyunjin, Yeonjun cuma bisa mendecak pelan.

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang