15, uks lagi

4.1K 820 60
                                    

"Dek, rokoknya tolong dibuang." tukas Soobin pada salah satu adik kelas di atap sekolah. Saat ini—saat jam istirahat pertama—Soobin tidak menemukan empat serangkai bertengger di pinggir atap, melainkan dua orang—yang menurut asumsi dia, mereka itu adik kelas.

Yang merasa terciduk menoleh cepat, raut wajahnya terkejut, dan segera membuang dua batang rokok yang dipegang masing-masing pemuda. Kemudian berlari cepat menuju tangga.

Pemuda kelahiran 2000 itu mengeluarkan kertas kuningnya, kemudian mencatat dua nama yang sempat ia lihat di name tag kedua pemuda tersebut pada baris keempat dan kelima. Karena tiga baris teratas sukses diisi kakak kelas.

Pikirannya berjalan kemana-mana, mulai dari bacotan groupchat tadi malam, Jungkook yang memaksa untuk dibelikan ayam geprek di toko depan, hingga salah satu pemuda yang—demi apapun—Soobin pun muak kalau melihat dan mendengar segala sesuatu tentang dirinya.

Choi Yeonjun ialah bangsat.

"Soobin!"

Soobin menoleh cepat pada sumber suara saat sampai di persimpangan menuju kantin sekolah. Mendapati Choi Beomgyu tergopoh-gopoh seperti kehilangan sesuatu. Napasnya tidak beraturan.

"Yeonjun ber—"

"Gue gak peduli." potong Soobin mengabaikan teman sebangkunya yang belum selesai bicara. Mendengar kata Yeonjun saja rasanya muak. Lantas melanjutkan perjalanannya menuju kantin, tapi kerah belakang seragamnya ditarik Beomgyu cepat.

Beomgyu mendecih. "Ke lapangan sekarang. Yeonjun berantem."

"Tolong catet nama mereka. Gue kantin."

Setelah ngomong begitu, Soobin menyodorkan kertas kuningnya pada Beomgyu, dan satu pulpen dari saku seragam. Lalu berjalan santai lagi menuju kantin.

"Dia berantem sama circlenya. Tiga serangkai. Jadi, tiga lawan satu." celetuk Beomgyu masih usaha. Pemuda yang lebih tinggi mengabaikan dirinya begitu saja, buat Beomgyu naik darah. Lantas melempar kertas kuning dan pulpen yang disodorkan tadi, keras. "GUE TAU LO LAGI MARAH, KESEL DAN BENCI SAMA DIA. TAPI SEENGGAKNYA LO PUNYA PERAN. TOLONG BEDAIN KEWAJIBAN DAN GENG—"

"GUE CUMA BUTUH ISTIRAHAT SATU HARI. TOLONG NGERTIIN GUE, BANG—"

"Lo tau nggak?" Beomgyu maju dua langkah, buat jarak sekitar seratus sentimeter di hadapan Soobin, lalu memegang kedua bahu yang lebih tua penuh tenaga. "Mereka berantem karena lo, Soobin."

***

"A-ah, aish, sakit.. goblok."

Si anak IPA memukul pelan perut pemuda di hadapan, buat si korban meringis pelan.  Bukannya diperlakukan makin baik, malah makin kasar.

Kejadiannya dua puluh menit yang lalu. Sejak Beomgyu bilang penyebab mereka berantem itu karena Soobin, si polisi sekolah itu cepat berlari menuju lapangan, tanpa peduli kertas kuning dan pulpen yang tertinggal di persimpangan kantin, saat itu Soobin hanya ingin lihat apa yang terjadi di lapangan.

Sepuluh detik sampai, sepasang matanya hanya jatuh pada tubuh Yeonjun yang terjerembab di bawah pohon. Rambutnya tidak teratur, seragamnya berantakan, dan jangan lupa piercing yang bertengger di kedua telingnya—khas berandal.

Niatnya ingin bertanya banyak hal pasal penyebab tengkar—seperti kata Beomgyu. Tapi apa daya, teman sebangkunya memaksa Soobin untuk mengobati Yeonjun dahulu, kemudian bebas bertanya banyak hal—jika yang ditanya juga berkenan untuk menjawab.

Alhasil, UKS jadi tujuan. Tempat mereka saat ini.

"Lo tuh mau diobatin atau nggak, sih?!"

"Mau lah."

"Yaudah diem!" celetuk Soobin kesel. Pasalnya pemuda di hadapannya ini—alias Choi Yeonjun si bangsat—gak bisa berhenti merintih kesakitan, padahal lagi diobati. Maksudnya begini, lo itu bisa diem gak sih? Biar gue fokus. Gitu.

"Merintih itu respon kalau seseorang lagi kesakitan." balas Yeonjun gak mau kalah. "Gue sebagai manusia, masa gak boleh kayak gitu? Harusnya pelan-pelan, jangan malah dikasarin dong."

"Lo nya ngerintih sambil ngumpat! Gimana gue gak kesel?!" celetuk Soobin keras kepala. Lantas makin menekan luka Yeonjun di bagian pipinya, buat Pemuda kelahiran 1999 itu merintih, lagi. "Inget, gue ngelakuin ini karena temen sebangku gue maksa. Bukan karena lo."

Hening.

Yeonjun terdiam, sibuk memperhatikan wajah Soobin di hadapan yang sedang mengoleskan obat di bagian pipinya. Sempat bertatap mata sekitar lima detik, tetapi yang lebih muda memutuskan terlebih dahulu.

"Oi."

Soobin melirik pada Yeonjun, merasa tidak ada yang ingin dibicarakan, dan pertanyaan milik Soobin pun berniat untuk diundur—karena ada ulangan fisika jadi ia berniat untuk duluan, Pemuda 5 Desember itu memalingkan kembali kepalanya. Dan sukses membeku di tempat, setelah—

"Tahu gak apa yang bikin gue diem tadi?" celetuk Yeonjun mau gak mau buat Soobin penasaran. Tapi pertanyaan tersebut gak cukup buat Soobin menoleh ke wajah yang lebih tua. "Walaupun lo bilang lo ngobatin gue karena dipaksa temen sebangku lo. Tapi gue nggak. Gue berantem pure bela lo. Choi Soobin, Si Lemah yang gak berhak disalahin."

***

haloo! ada yang inget? wkwkw.

moaaa, reply fav song kalian di album tdc magic dong! ehehehe.

moaaa, reply fav song kalian di album tdc magic dong! ehehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pas vlive tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pas vlive tadi. ceritanya soobin kedinginan dan yeonjun dengan inisiatif sharing jasnya ke soobin, padahal dia pake kaos pendek. abistu dipeluk, dan yang bikin kobam adalah, mereka begitu di tengah jalan. ok. saya mati. bye.

makasi udah bacaa! jangan lupa vote txt ya moa! dan janlup streaming!

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang