07, es teh

4.2K 807 147
                                    

Soobin berjalan santai menuju atap sekolah, setelah tadi sempat ke kantin sekolah untuk memeriksa murid-murid gak taat aturan yang mungkin bolos ke sana—dan nyatanya ada dua kakak kelas.

Kemarin malam Soobin gak bisa tidur. Masih mikirin kenapa si anak baru tahu kalau dia dateng pagi. Soalnya jam enam itu pagi, coy. Jarang banget yang dateng jam segitu.

Tapi lagi-lagi mencoba abai, karena mungkin aja cuma kebetulan.

Dan untuk sesi curhatnya bersama Jungkook kemarin sore, Jungkook sempat kasih masukan, dukungan, semangat, dan hujatan.

"Ya lo santuy aja sih, anggep si anak baru itu gak ada. Lakuin apa yang jadi kewajiban lo, gak usah peduliin omongan orang lain, toh lo udah ngelakuin yang terbaik, kok."

Ujar Jungkook begitu, dan untuk hari ini ; hari ketiga sejak si anak baru itu masuk, Soobin doa supaya hal-hal yang buruk gak terjadi lagi.

Suara berisik mulai terdengar di atap sekolah, Soobin menambah kecepatan, kemudian melewati anak-anak tangga dengan cepat, buat suara yang ditimbulkan juga semakin keras.

Setelah sampai, sepasang matanya hanya mendapati Choi Yeonjun, sedang menyesap es tehnya santai—pakai gelas plastik, sepasang matanya membuat kontak mata dengan Soobin, tapi wajahnya datar, "Heh, anak baru. Yang lain kemana?"

"Lah gue sendiri disini daritadi."

"Tadi berisik, lo jangan bohong sama gue." celetuk Soobin menahan amarah, jelas-jelas matanya menangkap tiga batang rokok yang dibuang sembarangan di aspal, "Tiga temen lo kemana?"

"Mana gue tahu. Halu kali lo."

Sabar, Choi Soobin. Yang kayak gini maunya dibikin perkedel emang.

"Gue cari tiga temen lo dulu. Lo harus ngekor gue di belakang." ujar Soobin kemudian menarik tangan kanan Yeonjun yang bebas, "Lo gue aduin karena udah ketiga kalinya nyebat... dan bolos."

Tenaga Yeonjun masih lebih kuat, yang lebih tua tidak tertarik begitu saja, "Gue jamkos, goblok."

"Dan gue aduin badwordnya." Soobin merasa lengan yang lebih tua tidak mau ditarik, kemudian melepaskannya pasrah, "Yaudah, lo tunggu disini. Gue cari temen lo dulu."

Yang lebih muda mengedarkan pandangannya, kemudian melangkah pelan menuju pintu lainnya—yang sudah pasti si tiga serangkai kabur lewat jalan itu, sebelum—

"Hoi, Soobin."

Soobin menoleh, BYUR!

...the fuck?

Matanya membulat, Soobin total naik darah dan terpancing amarah untuk yang kesekian kalinya oleh pemuda di hadapan, matanya memutar kesal, mendapati seragam sekolahnya berubah warna menjadi putih kecoklatan, dan belum sampai situ aja, dirinya tambah jengkel mendapati wajah sok gak bersalah Choi—Brengsek—Yeonjun yang kemudian bangkit ke hadapannya.

"Ah? Maaf-maaf."

Tangannya terulur berniat menarik kerah seragam yang lebih tua, "MAKSUD LO APAAN SIH BANG—"

Yang lebih tua menahan lengan Soobin, kemudian senyum miring, "Badwordnya, manis?" ujar Yeonjun masih menggenggam lengan yang lebih muda, lantas mendekatkan wajahnya dengan yang lebih tinggi, buat jarak sekitar sepuluh senti, "Kenapa sih lo ke atap terus? Nyariin gue? Suka ya?"

Plak!

Dan tamparan dari Soobin sukses jadi respon.

***

"Bodoh, jadi tambah basah, dong!"

UKS jadi latar, mereka—Soobin dan Beomgyu—izin dari jam pelajaran matematika pagi ini, alasannya Soobin sakit—padahal mau mikirin gimana caranya buat seragam Soobin hari ini bisa kering.

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang