13, belakang sekolah

3.9K 806 83
                                    

Hening.

Selama lima menit, kepala Soobin masih terletak di bahu Yeonjun. Sesekali surai yang lebih muda diusap—karena Yeonjun bisa rasakan bahunya yang mulai basah, sebab air mata yang lebih muda—asumsinya.

Bunyi bel masuk sukses diabaikan. Selang lima menit dalam keadaan seperti itu, Soobin mengangkat kepalanya, kemudian memasang kembali kupluknya dan berlari kecil menuju kelas.

Tetapi sebelum itu, Soobin bisa dengar Yeonjun bergumam pelan di telinganya. "Soobin, maafin gue udah bikin lo takut."

***

Yeonjun menuruni anak tangga satu persatu. Kali ini tujuannya hanya masuk kelas—tapi bedanya hari ini ia akan telat masuk pelajaran sejarah, sendirian.

Berjalan di koridor sembari memainkan ponselnya, Pemuda kelahiran 1999 itu menoleh saat ada suara langkah kaki mendekat, "Yeonjun!"

Yeonjun mendongak, mendapati pemuda asing yang lebih pendek darinya tengah ngos-ngosan akibat lari lumayan jauh, "Em, lo si—"

"Gak penting gue siapa!" celetuk Beomgyu masih sembari mengontrol napasnya. "Gue tau lo benci, gak suka, kesel, sama Soobin. Tapi gue mohon bantu gue cari dia!"

Hah?

Yeonjun menaikan alisnya bingung. Pasalnya baru beberapa menit yang lalu mereka pisah, dan menurut Yeonjun, Soobin—sebagai anak teladan—bakal balik ke kelas, tapi—

"Hah?"

"Gue mohon. Tolong."

Yeonjun mengantungi ponselnya ke dalam saku. Kasihan melihat wajah Beomgyu yang mulai pasrah di hadapan, "Lo udah cari ke perpus? Kantin? UKS?"

"Udah semua di dalem sekolah ini," balas Beomgyu. "Tapi gak mungkin dia kabur, kan?"

Yang lebih tua menggigit bibirnya—ikut panik, "Kelas lo ada guru?"

Beomgyu menggeleng cepat.

"Lo bantu cari ulang di dalem sekolah. Dan gue bakal keluar." celetuk Yeonjun yang dihadiahi anggukan cepat dari Beomgyu.

Dengan cepat Yeonjun lari, menuju pagar tempat pertama kalinya melihat Soobin dulu, kemudian mengulangi hal yang sama untuk kedua kalinya—manjat pager.

Matanya sibuk mencari pemuda kelahiran 2000 itu. Kakinya gak berhenti melangkah, walau buat istirahat sekalipun. Sibuk mencari dan mengintip kafe-kafe sekitaran sekolah, taman, gang-gang terpencil dan terakhir—bangunan gak terpakai tepat di belakang sekolah.

Ah—itu dia.

Melangkah tanpa suara, Yeonjun mendapati keberadaan Soobin yang tengah meletakan kepalanya diantara kedua lutut. Surai lembutnya ikut bergerak mengikuti arah angin.

"Balik."

Hening, Yeonjun tidak direspon.

Yang lebih tua ikut duduk di hadapan Soobin. "Ayo balik."

"Gak usah."

"Balik."

"Gak."

"Balik atau gue—"

"Apa?" Tiba-tiba Soobin mendongak, buat Yeonjun di hadapan sedikit terkejut mendapati mata bengkaknya, "Ayo keluarin semua kata-kata dendam lo sama gue. Sekalian bilang kalo gue baperan, gampang tersinggung sama ucapan orang lain, lemah, gak guna, haha."

Yeonjun terdiam.

"Ayo jawab! Marahin gue! Sekalian!"

Dengan cepat Yeonjun menoyor kepala Soobin dengan telunjuknya, "Lo gak salah, bodoh." celetuk Yeonjun pasang muka datar. "Kadang, kata-kata bisa lebih tajam daripada senjata jenis apapun. Dan manusia bisa lebih nakutin daripada setan manapun."

Tangan yang lebih tua terulur untuk menarik lengan Soobin, yang lebih muda hanya bisa pasrah, kemudian Yeonjun merangkul bahu Soobin untuk berjalan beriringan kembali ke sekolah.

"Kenapa lo jadi berani manjat pager keluar sekolah gini?" tanya Yeonjun di sela-sela keheningan, suara kendaraan bermotor mendominasi keduanya.

"Kalau lo udah dicap jelek sama orang lain," jawab Soobin. "Sekalian aja lo bikin jelek seterusnya."

"Gak gitu, Soobin." celetuk Yeonjun. "Kalau lo udah dicap jelek sama orang lain. Gimana caranya lo bales mereka semua, sama kebaikan yang lo punya."

Soobin menggeleng. "Kalau seseorang udah benci sama lo." balas Soobin. "Mau sebaik apapun lo, tetep aja dipandang jelek."

"Seenggaknya lo udah lakuin yang terbaik."

"Terserah lo, lah." ujar Soobin kesal kemudian menendang kerikil di pinggir jalan. "Sekarang gue yang tanya."

"Apa?"

"Kenapa lo repot-repot cariin gue?"

Hening.

Yeonjun terdiam.

"Kenapa? Gak bisa jawab?"

Soobin menoleh, mendapati tatapan Yeonjun yang lurus ke depan. "Oh yaudah kalo gak bisa jaw—"

"Karena gue khawatir sama lo, goblok."

***

pagiii!

yah sac telat wkwkwk. maafff.

aku sibuk akhir-akhir ini (re : maraton drakor) dan ga kerasa besok ujian ASTAGA ASJSJSSJSJ. wish me luck!

makasih udah baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


makasih udah baca!

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang